[17] Siapa yang salah?

11.1K 1.1K 175
                                    

“Hidup itu memang belat, maka nya jangan di angkat.”— adek zeyuna.







|full ribut, drama, asoy lah|

Semua orang memiliki alasan untuk pergi dan tinggal. Entah karena udah merasa ngga cocok, atau hal lain-lain bisa juga ada orang lain. Tapi bagi dia, si mantan istri Mark keputusan cerai memang sebuah keharusan.

Mark itu baik, cinta dia ke Mina ngga bisa di jelaskan. Bahkan bisa di bilang Mark ini bucin akut, sampe-sampe ke arah posesif parah.

Karena keposesifan itu, kadang Mina ngga bisa leluasa ngelakuin apapun. Dikit-dikit kena curiga, dikit-dikit kena lirikan maut.

Padahal Mina merupakan seorang artis, jelas di kenal semua orang. Dan lebih-lebih dia jadi artis karena Mark sendiri.

Mark nge-keep dia waktu jajan, terus tiba-tiba bilang kalo mata Mina cocok menjadi pemeran sinetron. Dari pada ngelonte mending ngeartis aja kan, ini kesempatan merubah nasib.

Tapi ternyata nasib mina kebanyakan maju, malah di lamar Mark pas udah sukses. Mereka bisa memiliki anak karena Mark ingin cepat-cepat Mina menjadi hak paten dia, padahal bagi Mina lebih baik menunda.

Karena dia lagi naik daun banget.

Saat ingin menolak ajakan mas suami, malah Mark mikir ngga-ngga. Di kira dia ada yang lain, dia suka banget jadi pusat perhatian, sama ngga mau fans ilang.

Dia jadi kena kdrt berkali-kali.

Dan pada hari itu, Mina bener-bener mikir buat ngambil cerai tapi malah adek muncul ke dunia. Entah sebuah anugrah atau another level pain, lebih lagi keposesifan Mark makin menjadi.

Apalagi pas adek lahir, itu kenapa dia memutuskan untuk mencari orang lain buat bantu keluar dari kehidupan Mark, walaupun egois ninggalin adek sendirian tanpa mama.

bisa di mengerti ngga? bisa lah maksa aku.

.
.

--+++--

"Kenapa ya." ucap Mina dengan mata menatap ke arah lain.

Berusaha untuk ngga panik ataupun keliatan gugup. Sedangkan di depan dia, Mark malah mengangkat sudut bibir pelan. Sebelum pelan-pelan mas Mark memajukan kepala, seperti akan menerkam.

Mina memejamkan mata kaget, takut dan juga panik. Jari-jari mungil milik Mina meremas kaos abu depan sang mantan suami, setelah itu membuka mata pelan saat mendengar ketawa recah Mark.

Mata sipit Mina menatap heran Mark di depannya, mengerutkan alis ngga paham. Apalagi saat si mantan suami malah menarik-narik pipi dia.

"Panik kan." kata Mark sehabis tawa receh itu berhenti, berganti dengan nada mengintimidasi.

Seketika itu juga Mina gelagapan dan bingung, ingin cepat-cepat pergi. Dari nada suara, seperti waktu dulu Mark akan memberikan hukuman.

dia trauma.

Mencoba menarik nafas panjang serta meneguk ludah susah payah, "tolong gue buru-buru."

"Buru-buru ngapain?" tanya Mark sebelum semakin memojokkan tubuh Mina ke dinding lift. "Buru-buru mau nyebar berita burung lagi?" lanjut dia kemudian.

"B-bukan gue, itu bukan gue." ucap Mina sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Kepala Mark semakin maju ke arah muka Mina, menyipitkan mata intens seolah-olah mencari apa ada sebuah kebohongan di sana.

"Kalo itu lo atau bisa aja itu babu lo, harusnya bisa mikir dikit." ucap Mark marah.

Sebelum jari telunjuk Mark menekan bahu Mina berkali-kali, "yang mutusin buat ninggalin anak nya itu lo, yang mutusin buat milih orang lain itu lo, jadi jangan seolah tersakiti terus karena gue ngga ngijinin lo balik jemput dia."

Jantung milik Mina berdetak dua kali lebih cepat, lebih-lebih saat jari-jari Mark menekan bahu dia kasar banget sama omongan sarkas itu. Tapi Mina punya alasan buat lakuin itu kan.

"Gue nyesel Mark, gue nyesel." balas Mina dengan mata berkaca-kaca.

Mengulum bibir sedikit sebelum lanjut membalas, "Besok adek ulang tahun kan? ini udah hampir lima tahun Mark, sampe kapan begini."

"Sampe lo mikir, buat ngga libatin media buat pansos. Lo boleh pansos ke gue, tapi jangan bawa-bawa orang lain. Karir lo itu—" kata-kata Mark terhenti dengan nafas naik-turun menahan emosi.

"Lo mutusin ninggalin gue sama adek demi karir lo itu, terus milih cowok lain. Iya tau, gue salah nyakitin lo terus. Itu karena gue sayang sama lo dan gamau lo pergi." lanjut Mark sebelum memalingkan muka.

Saat ini Mina udah nangis, setiap mereka ngga sengaja ketemu pasti begini.

"Kalo sayang itu ngga begitu! lo udah berulang kali nyakitin gue Mark! gue cape! tapi tolong gue pengen ketemu adek, dia anak gue Mark. Rasanya sakit banget dia bisa care ke orang lain, dan nyebut mama."

Mendengar kalimat terakhir mina, dengan segera Mark menatap mata sipit berkaca-kaca itu kembali.

"Caca bukan orang lain! dia mama adek dan bakal terus begitu!" ucap Mark sebelum mendorong Mina ke lantai lift.

Menatap lift yang akan sampai tujuan, setelah itu berbalik kembali menatap Mina. Menunjuk orang itu, tanpa peduli Mina udah jatuh.

"Jangan libatin nama-nama orang lain, apalagi di berita sampah. Ini peringatan terakhir—" ucapan Mark terpotong karena lift terbuka.

"Mina!" terus muncul ceo MS.

Dengan buru-buru Mahesa, si ceo MS berjalan masuk ke arah Mina dengan melewati tubuh Mark.

"Atau lo berdua mampus." lanjut Mark sebelum berjalan keluar dari lift, meninggalkan mereka yang menatap Mark dengan pandangan sulit terbaca.









-----------
TBC

Ya begitu, dikit dulu biar miss nya nambah dua kali lipat.

wkwkwk, apa kabar?

Jadi, siapa yang salah?

— Teh jasmine

Mas Mark ΩTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang