[14] Cemburu

10.2K 1.2K 263
                                    

Bell apartemen pagi-pagi sudah brisik sekali, menimbulkan geraman malas dari mulut Mark. Mengusap sebelah kasur beberapa kali, sebelum sedikit membuka mata.

Setelah itu beranjak bangun, menatap  ke arah kanan-kiri mencari dimana Caca berada. Saat ini cuma ada dia sama adek di atas kasur, tapi seketika merasa lega saat mencium bau-bau bumbu masakan.

"Hghhh." Mark menghela napas berat,  sebelum melirik ke arah jam dinding.

Masih pukul setengah enam pagi, ya ampun rasanya malas untuk sekedar beranjak. Tapi bunyi bell apartemen semakin brutal, membuat Mark jadi mengusak-usak rambut frustasi.

Kemana Caca sebenarnya?

Dengan terpaksa dia beranjak berdiri dari kasur, menaikan beberapa senti bokser abu dari dengkul setelah itu berjalan menuju keluar pintu.

"Lo ngapain?" tanya Mark heran saat melihat tubuh Caca menempel pada dinding dengan spatula di tangan kanan.

Caca menolehkan kepala ke arah mas Mark, sebelum tangan Caca menunjuk pintu apartemen dengan takut. Lalu setelah itu berjalan menuju belakang tubuh mas Mark, meremas kaos polos sambil menatap pintu takut-takut.

"Udah di liat?" tanya Mark sambil berbalik menatap Caca.

Sedangkan Caca menggeleng cepat dengan senyuman tanpa dosa. Dan itu membuat Mark berubah menatap Caca dengan malas, sebelum berjalan mendekati pintu.

Membuka tanpa aba karena dia udah ngga tahan sama suara bell. Mereka saling diam saat melihat punggung tegap cewek, di iket satu, ber-jas abu.

"Cari siapa?" tanya Mark sebelum merangkul leher Caca, membuat kepala Caca terhimpit lengan Mark.

Seketika cewek itu berbalik badan dengan raut kesal, sebelum berusaha membungkuk sopan. Menatap pasutri itu dengan senyuman ramah, cantik banget begitu kira-kira pikiran Mark.

"Saya pengacara yang di kirim oleh pak Jepri, untuk anda." ucap Cewek itu dengan ramah, "Perkenalkan saya Natalia ara Shinta." lanjut nya sambil membungkukkan badan kembali.

Mark berdehem singkat setelah itu mempersilahkan masuk, sedangkan Caca cuma menatap dalam diam dengan masih di dalam rangkulan milik Mark.

Memang gara-gara kemaren, Mark di tuntut sama cowok itu yang ingin melecehkan Caca. Berita media tv dimana-mana membicarakan nya, di ikuti terus-menerus. Maka dari itu Mark lebih memilih rebahan di rumah bersama adek, hehehe.

Caca melepaskan diri saat mereka semua sudah berada di ruang tengah, dia berjalan ke arah dapur ingin membuat kopi. Sedangkan Mark dan Nata sudah duduk berhadapan di atas kursi.

"Dia menuntut anda pada tindakan penganiayaan dan ganti rugi biaya rawat inap." kata Nata membaca note di dalam hp tanpa basa-basi.

"Lah? baperan amat." balas Mark cuek sambil menatap mata coklat Nata dengan seksama.

"Kaya cewek ya." kata Nata ikutan bercanda sebelum memasukan hp ke dalam saku rok span.

Membuat Mark mengangguk malas setelah itu terkekeh kecil. Kemudian memajukan badan sedikit, kedua bola mata bulat milik Mark terus-menerus menatap mata coklat Nata.

Melihat itu seketika tubuh Nata reflek mundur beberapa senti, mengulum bibir nya yang tiba-tiba mengering sebelum berusaha tetap bersikap normal.

"Persidangan sore ini, saya su—"

"Mata lo cantik." belum saja Nata selesai berucap sudah di potong oleh Mark dengan kata-kata gombalan.

Nata terdiam sejenak dengan mata melotot kaget, sebelum menggaruk kepala kaku saat mendengar suara gelas dari arah dapur.

Mas Mark ΩTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang