Chapter 4 - Kata Hati Eza

9.6K 589 5
                                    

Saat gue menginjakan kaki lagi di Indonesia itu rasanya nggak percaya. Hampir lima tahun gue menghabiskan masa remaja gue di negara orang.

Apalagi papa yang pengen banget gue nerusin usahanya.

Di liburan musim panas ini, gue memilih pulang ke negara asal gue, negara tercinta.

"Sudah sampai mana bang?" tanya mama dari ujung telepon.

Tut.. tut..tut...ponsel gue pakai acara mati sebelum gue menjawab telepon mama. Akhirnya gue menuju pom bensin untuk mengisi bahan bakar sebelum menuju kota Bekasi. Ya karena ini hari pertama gue menginjakan kaki di kota asing, sebelumnya kami keluarga Dewandaru tinggal di Bali.

"Maaf mas, tau alamat ini nggak?" tanya gue pada petugas pom bensin dengan menyodorkan secarik kertas berisi alamat rumah baru gue.

"Oh itu, deket kok dari sini. Keluar dari pom bensin jalan sekitar lima ratus meter terus ada tulisan perumahan Grand Bekasi" jelas si mas itu.

"Makasih mas"

Sambil mengantri, mata gue iseng menangkap sosok cewek funky yang berpakaian serba hitam dan mengunyah ngunyah permen karet. Matanya yang bulat memandang gue dengan pandangan mengintimidasi.

"Apa lo liat liat?"tanyanya galak. Nyali gue seketika ciut.

"Nggak apa apa mba. Cuma mau-"

"Mau apa?" potongnya tidak sabar.

"Mau nanya alamat ini dimana ya?" Bodoh kau Eza. Masa sama cewek itu saja kau sudah takut.

Cewek manis itu melihat alamat yang ku berikan padanya.

"Oh sayang banget ini tuh masih jauh dari sini" kata cewek itu dengan wajah sedih.

"Tapi kata mas mas disana ini tuh deket dari sini" kataku membela. Cewek itu menggeleng geleng kepala membuatku tambah bingung. "Mas, ini kota besar banyak orang jahat yang mau mengelabui mas. Ntar bikin mas nyasar eh malah masuk ke perangkap orang jahat gimana hayo?"

Tubuhku bergidik ngeri. Aku sering sih nonton film yang awalnya seperti ini. Tapi tiba tiba kalau besok aku masuk koran gimana? Ih ogah amit amit.

"Hey mas malah bengong" aku kaget karena wajah cewek itu tepat di wajahku. "Terus saya mesti lewat mana?"

"Mas keluar dari sini, belok kiri terus lurus aja. Sampai ada perbatasan antara kota Bekasi sama kabupaten Bekasi"

"Terus?"

"Ya kan masnya mau ke kota Bekasi, kalo ini mah kabupatennya jadi mas lurus aja. Ingat, jangan nanya alamat sembarangan. Nanti dibegal loh"

"Begal? Apa tuh?"

"Ih mas tuh dateng dari planet mana sih begal aja masa nggak tau? Begal tuh perampasan kendaraan yang disertai pembunuhan"

"Oh ya deh. Makasih ya mba"

Gue kembali masuk ke dalam mobil dsn mulai melajukan mobil ke arah yang dibilang cewek tadi.

Benar benar sial hari ini.

♥♥♥♥♥

Benar benar sial tuh cewek, gue dibuat nyasar sampai Bogor. Kalau gue nggak beraniin diri nanya ke pos polisi, entahlah gue bakalan tua dijalan.

Ya Tuhan Eza, kau lulusan terbaik luar negeri dan kau masih saja dibodohi cewek aneh itu. Kalau sampai gue ketemu sama cewek itu lagi, gue nggak akan ngelepasin dia. Liat saja.

Akhirnya dengan bantuan pak polisi yang baik hati, gue sampai di alamat yang dituju.

Wait, ini kan pom bensin yang tadi siang. Dan..hanya dekat dari pom bensin tadi. Kenapa gue nggak percaya mas mas itu ya?

Arrggghhh frustasi gue.

"Abang darimana aja? Mama kan khawatir bang" kata mama. Belum hilang rasa kesal gue, Iqbal malah sibuk memberantaki koper untuk mencari oleh oleh.

Malam malam begini, enaknya duduk santai di balkon kamar sambil browsing browsing.

Cause you're the one for me, for me
And i'm the one for you, for you
You take the both of us, of us
And we're the perfect two
We're the perfect two
We're the perfect two
Babh me and you
We're the perfect two

( Perfect Two - Auburn )

Suaranya keren banget deh, halus bener dan gue rasa si pemilik suara orangnya cantik banget.

Rasa penasaran gue pun muncul, mencari cari asal suara yang sukses membuat gue terbang. Lamat lamat suara itu berasal dari kamar seberang deh.

Lah itu kan kamarnya si Faya. Jangan jangan itu suaranya dia lagi.

"Hey, denger suara gue bayar dong!" tuh bener kan suara cempreng itu punya Faya.

"Ye siapa juga yang deger lo nyanyi. Gue kira itu suara kentut" balas gue ketus.

"Sialan lo, sini kalo berani!" Bener bener gila nih cewek, casing sih boleh cewek tapi jeroannya cowok.

"Sorry nggak berminat berantem ama anak mami"

Sepertinya Faya mulai menyerah. Dia masuk ke dalam kamarnya. Hufftt lega.

Tapi, plakkk...sebuah sendal jepit mampir di kepala gue. Mana warnanya pink lagi.

"Hahaha itu baru sebelah kanan. Mau sepasang nggak biar afdol"

dan..plakkk..itu yang kirinya tiba. Wah nggak bisa dibiarin nih. Nggak terima gue seorang Eza Magali Dewandaru dilecehkan.

"Hay kak Faya!" suara siapa tuh? Gue menoleh dan sudah ada Iqbal di belakang gue.

Sejak kapan nih bocah ada di kamar gue.

"Kamu ngapain Bal kesini?" tanya gue.

"Disuruh makan sama mama. Abisnya diteriakin nggak denger" jawab Iqbal. "Kak Faya ngapain malam malam gini di balkon?"

"Biasa gue lagi ngusir kucing bunting" Asli tuh cewek parah.

Bye maksimal. Ogah berurusan sama cewek ajaib itu.

apa kabar?

Segini dulu ya POVnya Eza..

Duhhh nggak akur banget ama tetangga.

Ampun dah.

Tetep kasih aku support ya dengan cara ketik REG ups dengan voment aja. Nggak susah kok. Oke..

Lophe,

221092♥

Neighbour is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang