Chapter 9 - Bagian Masa Lalu

8.2K 498 5
                                    

Flashback on:

"Terimaaa....terimaaaa...terimaaa"riuh ramai memadati kelas Akuntansi 1 pasalnya sedang berlangsung acara live penembakan yang dilakukan seorang cowok kece kepada cewek tomboy nan slebor.

"Terima aja Fay, dia kan ganteng, jenius lagi. Masih sodaraan dia sama Einstein" bisik Avri.

Faya adalah korban penembakannya. Dan sebagai penembaknya ada Daffa Eka Dharmadikari. Sang ketua osis yang ketjeh bin aduhai.

Hanya dia yang mengerti aku

Cuma dia yang bisa luluhkan hatiku

Hanya dia yang manjakan aku

Cuma dia yang bisa baca pikiranku

Lagu ini ku nyanyikan untuknya

Bukan hanya sekedar lagu cinta

Karena cintaku tak biasa, cintaku istimewa

God, cewek mana yang nggak klepek klepek dinyanyiin lagi romantis sama cowok keren. Di depan satu kelas lagi.

Faya the most luckiest woman. Bisa dibilang Faya mengenal Daffa pun nggak sengaja. Saat mereka sama sama hampir ketabrak gerobak ketoprak waktu pulang sekolah. Nggak banget ya?

Tapi itulah cinta, datang dengan caranya masing masing. Setelah kejadian itu, mereka jadi intens komunikasi. Sampailah pada hari ini puncaknya.

"Would you be my girlfriend, Faya Pratiwi?"

Tangan halus dan dingin itu menggenggam tangan Faya. Menggenggam erat tangan Faya yang gemetar. "Fay, your answer?"

Faya mengangguk malu malu. Berkali-kali Avri menyenggol lengannya agar menerima Daffa.

"Gue mau jadi cewek lo Daf"

Wajah sumringah diperlihatkan Daffa kepada Faya.

Penembakan itu terjadi saat Faya dan Daffa sama sama kelas 11. Hari hari mereka bahagia layaknya pasangan abege lain. Suka hang out bareng, nonton bareng, makan bareng sampai belajar bareng.

Entah kenapa sehari setelah ujian, Daffa tiba tiba menghilang. Semua sosmednya pun dia block, nomor teleponnya juga nggak aktif. Bolak balik Faya menemui Daffa di rumahnya tapi kata pembantu Daffa kalau majikannya itu sudah pergi ke Amerika untuk kuliah.

Faya kecewa berat pada Daffa. Kenapa cowok itu nggak sedikitpun menyinggung soal Amerika? Padahal setahun mereka pacaran.

Flashback off:

Kejadian itu sekitar tiga tahun yang lalu. Sekarang Faya bertemu lagi dengan Daffa dalam keadaan dan status berbeda.

Faya seorang mahasiswa dan Daffa seorang asdos.

"Fay, lo nggak apa apa?" Avri mengelus pelan punggung Faya mencoba memberinya semangat.

"Gue nggak apa apa Vri. Emangnya gue kenapa?" tanya Faya.

"Abisnya lo diem dari tadi. Kok bisa ya Daffa ada disini?" Faya mengedikkan bahunya.

♥♥♥♥♥

"Selamat pagi kawan. Perkenalkan nama saya Daffa Eka Dharmadikari. Panggil saya Daffa tanpa embel embel 'bapak' karena saya seumuran dari kalian"

Faya memangku dagu dengan kedua tangannya di atas meja. Memperhatikan betul betul penjelasan dari Daffa.

"Oke, sebelum kita mulai kelas, ada yang pengen ditanyakan? Mungkin ada yang belum mengerti dengan apa yang dipelajari sama Profesor Dion?"

Faya mengacungkan tangan tinggi tinggi.

Daffa menajamkan penglihatannya. Dia terkejut saat melihat Faya ada di hadapannya.

"Ya kamu yang pakai kaos hitam" Daffa berusaha profesional. Avri menengok ke arah sahabatnya itu. Faya kini sudah berdiri dan siap untuk bertanya.

"Aku mau tanya, kenapa kamu ninggalin aku dulu?" tanya Faya dengan tatapan kosongnya.

Avri menyuruh Faya untuk duduk kembali dengan menarik ujung kaosnya.

"Maaf?" Daffa menyipit agar lebih jelas melihat Faya.

Uuuuuuu...sorakan dari satu kelas membuat Faya tersadar. Dia buru buru duduk kembali dan menutup wajahnya dengan buku.

Avri menarik Faya agar tidak menemui Daffa dan membuat keributan.

"Fay, sadar dong! Ini tuh kampus. Kalo kalian mau nyelesain masalah ya nggak disini juga" kata Avri meraung.

"Gue nggak bikin keributan kok Vri. Percaya deh. Gue cuma minta kejelasan tentang hubungan kita. Itu doang"

"Fay, itu udah tiga tahun yang lalu. Lo masih nggak bisa move on? Hey lo bodoh ya, di luar sana banyak cowok cowok keren dan jenius kenapa lo nggak coba buka hati lo buat mereka?"

Faya memberhentikan langkahnya. Dia berbalik dan membuat Avri menabrak tubuhnya. Tiba tiba Faya menangis di pelukan Avri.

◆◆

Faya melihat mobil Eza terparkir di halaman kampus.

Matanya mencari cari sosok cowok menyebalkan itu.

"Lo nyari gue?" sebuah tepukan mendarat di pundak Faya dan membuatnya kaget.

"Lo ngapain di kampus gue?"

"Mau jemput lo sekalian nyari kado"

Faya memutar bola matanya. "Jadi lo belum nemu kado yang cocok di toko itu? Helooooo lo ngapain aja disana? Nge-gebet pelayannya?" ejek Faya.

"Sialan lo. Ayo jangan banyak ngomong" Eza menarik tas ransel Faya agar cepat menuju toko kado.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka.

Neighbour is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang