Faya POV
Ada kantong kresek? Atau ada karung terigu? Karung beras juga nggak apa apa deh yang penting muka gue nggak dikenali sama cowok dihadapan gue sekarang.Ternyata cowok itu tetangga gue. Rasakan kau Faya!
Sial, hari-hari gue bakalan penuh dengan kecemasan tingkat dewa.Pasti tuh cowok bakalan balas dendam sama gue. Arrggggghhg ibu, ayah tolong Faya!!
"Eh ada kak Faya, masuk kak." suara Iqbal menolong gue.Thanks my little brother. Gue mengikuti langkah Iqbal masuk ke dalam rumah dan meninggalkan cowok keren yang gue tau pasti kakaknya Iqbal itu.
"Ada apa sayang?" tanya tante Ir.
"Ini tante ada titipan dari ibu. Faya pamit ya tante." Setelah menaruh kue pie titipan ibu, gue langsung melesat pergi. Takut-takut cowok itu bakalan ngapa-ngapain gue. Kan serem.
"Ehem." suara deheman itu membuat gue berhenti melangkah. Aduh kayaknya rumah yang dulu nggak berpenghuni kini lebih menyeramkan. Gue menoleh ke arah cowok itu dan dengan gaya coolnya dia bersandar di sofa yang gue lewati tadi.
"Bang Eza kenal sama kak Faya?" suara Iqbal terdengar. Siapa namanya? Eza? Nggak gentle banget namanya.
"Ya Bal, abang kenal sama cewek ini. KENAL banget malah. " sahut Eza. Tuh kan dia dendam sampai sampai kata-katanya tuh penuh penekanan.
"Sorry ya gue duluan. Selamat malam." ucap gue. Kayaknya gue ada bakat buat jadi atlet marathon abisnya gue lari tanpa spasi dan nggak nengok-nengok ke belakang sama sekali.
**
"Fay, tante bisa minta tolong nggak sayang?" tante Ir tiba tiba muncul di halaman belakang rumah saat gue lagi sibuk memberi makan iguana kesayangannya.
"Minta tolong apa tante?"
"Anterin tante cari sepatu olahraga buat Eza."kata tante Ir. Gue nampak berpikir keras. Mau ditolak pasti tante Ir bakalan tersinggung, mau diterima pun gue takut ketemu sama Eza. "Hey Fay, mau apa nggak sayang?" tangan tante Ir mengibas ngibas di depan wajah gue.
"Oke tante, Faya mau kok. Tapi Faya ganti baju dulu ya." jawab gue akhirnya lalu sambil masuk ke dalam rumah. Hitung-hitung mengisi waktu weekend ini daripada nggak kemana mana. Ibu dan ayah sedang pergi ke rumah saudara di Bogor.
Akhirnya kami pun tiba di mall. Gue dan tante Ir masuk beberapa ke dalam toko untuk mencarikan sepatu yang cocok untuk Eza. Sebenarnya gue nggak terlalu suka pergi ke mall. Gue lebih memilih pantai atau tempat tidur untuk mengisi libur akhir pekan.
"Fay, yang ini cocok nggak buat Eza?" tante Ir menunjukkan sebuah sepatu berwarna biru hitam ke arah gue.
"Nggak deh, tante. Mending ini aja. Warnanya keren dan cocok buat anak tante." kali ini pilihan gue jatuh pada sepatu berwarna merah dan hitam.
"Oke tante pilih itu." jawab tante Ir tanpa basa basi.
Sepertinya kami berdua sudah lapar dan memilih untuk menghabiskan makan siang di sebuah restoran.
"Tante tuh dari dulu pengen banget punya anak cewek, Fay. Makanya pas liat kamu, tante langsung seneng banget deh." aku tante Ir. Duh kenapa gue tiba-tiba jadi blushing karena dipuji seperti itu oleh tante Ir.
"Ah tante bisa aja deh." kata gue malu-malu macam anak perawan dilamar saudagar kaya.
**
"Ibu, ayah!" panggil gue. Ibu muncul dari arah dapur sibuk membereskan panci dan kawan kawannya.
"Ayah mana bu?" tanya gue.
"Yaudah berangkat lah. Emangnya kenapa?"
"Kan Faya mau nebeng sampai kampus bu. Ih ayah mah." gue mendecak sebal kemudian ibu kembali berkutat di dapur tak menghiraukan anak gadisnya yang sedang kesal ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/33122590-288-k943022.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbour is Love
Novela JuvenilSial, kalau saja gue nggak pindah rumah,gue nggak bakalan kena jebakan cewek itu sampai bikin gue nyasar ke Bogor.Awas saja kalau ketemu nggak akan gue lepasin. --Eza Magali Dewandaru-- Denger denger tetangga yang pengen nempatin rumah depan itu ada...