Happy reading guys!!!
Lophe,
221092♥◆◆
Faya merasakan ada yang mengikutinya sejak dari toilet tadi. Namun saat dia berbalik, nggak ada seorang pun di belakangnya. Rasa takutnya pun muncul. Lalu dengan langkah cepat dia meninggalkan lorong fakultas kedokteran yang terkenal angker itu.
"Arrrggggghhh" jerit Faya. Sialnya lorong itu sedang kosong.
Seseorang membekap mulut Faya dan mengurungnya dengan kedua lengan kekarnya. Faya masih belum mau membuka matanya karena masih benar-benar takut.
"Please, lo mau apa? Jangan sakitin gue dong!" rengek Faya. Dia memohon pada orang asing itu sampai dia menangis.
"Ini aku Fay. Aku Daffa" perlahan Faya membuka matanya. Benar, dia memang Daffa. Dengan cepat Faya mendorong tubuh Daffa agar menjauh dari tubuhnya.
Daffa pun menarik kembali lengan Faya karena gadis itu melarikan diri.
"Aku perlu ngomong sebentar sama kamu. Dengerin aku Fay"
"Aku anggap kamu udah bukan siapa siapa lagi selain kamu seseorang yang asing yang tiba tiba jadi asdos disini. Itu cukup kan?"
"Aku mau jelasin kepergian aku dulu Fay" Faya menyentakkan tangan Daffa agar terlepas. "Kalo kamu jelasinnya tiga tahun yang lalu, mungkin aku mau denger. Tapi kayaknya itu udah nggak berlaku sekarang"
"Aku udah bilang kan kemarin, aku nggak akan ganggu rumah tanggamu. Aku bukan tipe orang yang suka merebut kebahagiaan orang lain. Paham?" kali ini Faya benar benar pergi dan nggak sekali pun menoleh ke belakang.
◆◆
"Fay, gue beli film serial Thailand terbaru loh. Ke rumah gue yuk!" ajak Avri. Faya masih diam nggak berkomentar.
"FAYA PRATIWI!!" teriak Avri. Faya pun terjengkang dari bangku taman.
"Kebiasaan deh kalo teriak di kuping gue. Sengaja mau bikin gue budek ya?"
"Lo yang kebiasaan bengong melulu. Lo lagi mikirin apa sih? Pasti Daffa? Atau...tetangga lo yang kece badai itu?"
Faya memutar bola matanya karena sebal mengungkit kedua cowok yang buat dirinya uring uringan.
"Daffa udah punya istri. Lagi hamil malahan. Dia tadi hampir buat gue jantungan karena nguntit gue ke toilet padahal dia cuma pengen jelasin kepergiannya dulu"
"Terus?"
"Ya terus gue kabur. Gue harus gitu dengerin dia jelasin sesuatu? Nggak deh makasih ntar yang ada gue khilaf lagi pengen meluk dia"
"Udah ah mending kita cabut ke rumah gue kita nonton bang Mario Maurer" ajak Avri sambil merangkul pundak Faya.
Faya melirik ponselnya dan membuka aplikasi BBM. Matanya hampir loncat karena Eza memajang foto jari manis pacarnya yang dipakaikan cincin indah itu.
Nggak pengen merusak moodnya, Faya lebih memilih mematikan ponselnya.
Seperti biasa rumah Avri sepi nggak ada siapa siapa.
"Fay, lo mau minum apa?"
"Whisky coy" Avri melempar bantal kecil ke arah Faya dan langsung disambut cekikikan oleh Faya. "Apa aja deh asal nggak ada racunnya"
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman rumah Avri. "Paling itu Rian. Udah santai aja" sahut Avri dari dapur.
"Eh ada kamu Fay. Avri mana?" tanya Rian. Faya menunjuk ke arah dapur dengan dagunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbour is Love
Teen FictionSial, kalau saja gue nggak pindah rumah,gue nggak bakalan kena jebakan cewek itu sampai bikin gue nyasar ke Bogor.Awas saja kalau ketemu nggak akan gue lepasin. --Eza Magali Dewandaru-- Denger denger tetangga yang pengen nempatin rumah depan itu ada...