Chapter 10 - Jealous?

7.6K 493 2
                                    

Eza siap mengantar pacarnya ke mall. Tapi Eza sama sekali nggak risih dengan kebiasaan ceweknya itu. Apalagi belanja pakai uangnya.

Eza dan pacarnya ini bertemu saat Eza mengantar mamanya dan Faya ke mall tempo hari.

Eza melihat gadis itu menangis sendirian di sebuah cafe. Dengan gentle, Eza mendekati gadis itu dan menanyakan masalahnya. Gayung pun bersambut, gadis itu menerima tawaran Eza untuk curhat masalah yang sedang di hadapinya.

Setelah pertemuan itu, mereka makin intens berhubungan.

Bahkan hanya dalam hitungan minggu, Eza sudah jadian sama cewek itu.

◆◆

Faya masih duduk termenung di balkon kamarnya. Beruntung nggak ada Eza yang iseng mengganggunya.

"Kak Faya!" teriak Iqbal dari seberang. Faya melambaikan tangannya ke arah Iqbal. "Kok kak Faya ngelamun?"tanya Iqbal.

"Nggak ngelamun kok. Kamu ngapain di kamar abang kamu? Ntar dia ngamuk-ngamuk loh!"

"Abang lagi nge-date sama pacarnya. Kak Faya main PS yuk! Iqbal tunggu di rumah ya"

"Tapi-"

Belum selesai Iqbal udah ngacir duluan keluar dari kamar Eza.

◆◆

Kalau lagi nggak banyak masalah, Faya sih oke-oke saja diajak main PS. Lah tapi ini? Pikirannya bercabang karena Daffa yang muncul tiba tiba kayak setan.

"Kak Faya kok bengong?" tanya Iqbal.

Faya menggeleng dan hanya bisa tersenyum. Mereka sekarang sedang asyik duduk di atap sambil memandang langit malam. Tangan Faya merogoh kantong celana pendeknya untuk menemukan permen karet mint kesukaannya.

"Mau nggak Bal?" tanya Faya menawarkan. Iqbal antusias menerima permen karet itu dari Faya.

"Kak Faya lagi ada masalah ya?"

"Nggak kok"

"Bohong ah. Kalo nggak ada kenapa tadi mainnya nggak asyik gitu?" Iqbal sibuk mengunyah dan membuat gelembung kecil dari permen karetnya.

"Biasa ada masalah kecil di kampus. Eza belum pulang?" Cowok manis itu menatap Faya bingung. "Kenapa?"

"Kak Faya jealous ya? Nanyain bang Eza mulu. Udah tiga kali loh kak Faya nanyain. Hahaha"

Untung saja hari sudah malam. Kalau masih siang, bakal keliatan rona merah di pipi Faya.

❤❤❤❤❤

"Pagi Fay. Udah mau berangkat? Ayo!" Faya bingung yang sudah lihat tampang gantengnya Eza pagi-pagi begini.

Tanpa membuang waktu, Eza menarik tangan Faya.

"Tumben diam? Biasanya ribut kayak pedagang di pasar" kata Eza.

"Eh kenapa?" Faya terkejut dengan pertanyaan dadakan dari Eza. "Ih sekarang lo berubah ya jadi lebih lemot"

Faya menoyor kepala Eza. Cowok ganteng itu cuma cekikikan nggak jelas.

"Thanks ya"

"Buat?"

"Buat rekomendasiin kado itu. Cewek gue suka loh" kenapa tiba tiba Faya jadi sesak nafas ya?

Dadanya bergemuruh layaknya kota yang terkena angin tornado. Porak poranda pula.

Faya cuma bisa mengangguk.

Mobil Eza sudah sampai di depan kampusnya Faya.

Faya bingung karena Eza juga ikut-ikutan turun dari mobilnya. "Mau ngapain lo ikutan turun?"

Bukannya menjawab, Eza malah memakai kacamata Rayban miliknya dan bergaya layaknya Zein Malik. Oh tidak!

"Jangan sok ganteng lo disini. Stock cowok ganteng di kampus gue itu udah banyak jadi nggak perlu ganjen gitu kayak kembang desa gitu" sewot Faya. Eza mah malah pura pura nggak mendengar.

"Udah ah gue masuk dulu. Thanks buat tumpangan gratisnya"

Faya lanjut menuju kelasnya. Seketika dia berhenti dan mendadak kaku. Dia berhadapan dengan cowok yang pernah mampir di hidupnya. Daffa.

"Pagi Faya" sapa Daffa. Faya masih diam nggak bergerak. Eza membuka kacamatanya dan mencoba mencairkan suasana. "Eh Faya, kenapa lo jadi kaku gini kayak kutang nenek nenek" cibir Eza.

Daffa melihat tampilan Eza dari atas sampai bawah. "Hello Fay" Daffa mengibas ngibaskan tangannya tepat di wajah Faya dan dia terkesiap.

"Eh iya pak pagi" kata Faya terbata bata.

Membuat Daffa dan Eza yang berdiri di depannya bingung. "Saya pamit ke kelas dulu ya pak" Faya kembali melanjutkan

perjalanannya.

Sementara Daffa melihat Eza yang sudah balik menuju mobilnya dengan segudang tanda tanya.

Neighbour is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang