9 - BIANGLALA UNTUK HARI BAHAGIA

287 22 8
                                    

Selamat membaca💗
Tekan bintang yang dipojok ya bunda gratis inimah☺️💖

***

"ASSALAMUALAIKUM!! Ma ada depkolektor!!"

Suara Gewanta menggema di dalam rumah besar itu. Seorang pria dan wanita paruh baya menggelengkan kepala mereka serentak melihat anak laki-laki itu. Gewanta melirik ke kanan-kiri. Orangtuanya tidak ada di ruang tamu. Gewanta segera berjalan dengan cepat menuju meja makan. Dan benar saja, mereka ada di sana. Tidak lupa ada seorang perempuan bersama mereka. Dia adik Gewanta. Sekarang masih duduk dibangku SMP. Namanya Castara. Panggil saja Ara.

"Waalaikumussalam! Berisik banget sih," gerutu Ara yang sedang menikmati makan siangnya.

Dirgantara -- Ayah Gewanta dan Sifa -- Ibu Gewanta terkekeh melihat wajah kesal Ara. Sementara Gewanta langsung melepas tas sekolahnya dan ikut duduk di meja makan.

"Kenapa sih Bang?" tanya Sifa.

"Hari ini adalah hari bersejarah Ma. Abang sebentar lagi bakalan dapet calon istri!" ujar Gewanta semangat. Laki-laki itu memanggil Ibunya dengan sebutan Mama dan begitupun Ayahnya dengan sebutan Papa.

Dirgantara dan Sifa saling tatap. "Calon istri?" ujar keduanya bersamaan.

"Pacar maksudnya," ralat Gewanta.

"Oh," Dirgantara menelan air minumnya. "Papa kira kamu sudah siap untuk menikah,"

"Gak lah Pa!" Gewanta berdiri dari duduknya. "Teruntuk Mama, Papa, dan Ara. Doain Abang semoga misi malam ini sukses!"

"AMIN..." ujar Dirgantara, Sifa, dan Ara berbarangan.

Gewanta menyalami tangan kedua orangtuanya. Digantara menepuk pundak Gewanta memberikan semangat untuknya. "Jangan sampai kamu ditolak,"

"Siap kapten! Orang seganteng Abang gak bakalan ada yang nolak," ujar Gewanta percaya diri.

"Mau nembak cewek aja berasa mau minta restu," celetuk Ara.

Gewanta mendelik tajam. "Restu dan doa Mama Papa itu ajaib. Lihat aja nanti,"

"Aku doain deh semoga diterima. Siapin mental Abang buat ditolak juga," Ara memeletkan lidahnya pada Gewanta.

"Wah, wah, nantangin nih orang!" Gewanta mendekat pada Ara dan mengapit kedua pipinya menggunakan tangan besar Gewanta. Adik perempuannya itu memberontak untuk dilepaskan. Gewanta yang merasa kasihan segera melepaskannya dan mengacak pelan pucuk kepala Ara.

"Abang mau ke atas dulu. Mau nyiapin hati sama belajar," Gewanta berjalan meninggalkan keluarganya di meja makan. Tak lupa merampas tasnya yang berada di atas kursi.

"FIGHTING ABANG!!! SEMOGA AJA CEWEKNYA GAK DIPELET YA!" ujar Ara berteriak.

"MALAM INI KAMU KERJAIN PR SENDIRI YA ARA!" balas Gewanta yang juga berteriak dari tangga. Memberikan ancaman pada perempuan nakal itu.

"Mampus!"

***

Viola berkecak pinggang di depan lemari baju yang sudah berantakan. Viola mengacak-acak bajunya untuk menentukan pakaian apa yang harus ia kenakan malam ini.

SHAMUDERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang