18 - PERUBAHAN SEORANG KETUA

215 20 6
                                    

🦋 𝙃 𝘼 𝙋 𝙋 𝙔 𝙍 𝙀 𝘼 𝘿 𝙄 𝙉 𝙂 🦋
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐭𝐞𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐯𝐨𝐭𝐞, 𝐲𝐚!😬

***

Viola dan Yolan kembali ke rumah setelah berniat untuk menyusul Lewis. Keduanya tidak mendapatkan apapun di sana. Yolan kesal saat tidak ada tanda-tanda bahwa Lewis ada di Pengadilan Agama. Hatinya mengatakan bahwa Lewis sempat datang ke sana. Yolan hanya merasa gagal ketika tidak berhasil melakukan tugasnya.

Namun pandangannya jatuh pada sebuah mobil yang bertengger manis di depan rumah. Yolan menajamkan penglihatannya saat mobil itu terasa familiar.

"Itu mobil Papa, kan?"

Pertanyaan Yolan membuat Viola menatap dengan rinci mobil abu-abu yang berada di depan rumah. Viola ingat betul bahwa mobil itu adalah milik Lewis. Plat nomornya saja Viola hapal. Setelah memastikan benarnya, Viola mengangguk pada Yolan. Dengan cepat Yolan menyuruh Viola untuk turun dan mendekati mobil itu.

Yolan bersama Viola turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Keduanya mendapati Lewis sedang duduk di atas sofa dengan beberapa kertas di hadapannya.

"Pa," panggil Yolan pada Lewis.

Lewis mendongak menatap Viola dan Yolan yang mendekat padanya. "Kalian darimana? Tumben pergi ke luar,"

"Pa," Yolan duduk di samping Lewis. "Kertas apa itu?"

"Oh ini," Lewis mengambil salah satu kertas putih berisikan beberapa huruf tersebut. "Persetujuan perceraian Papa dan Bunda,"

"Perceraian?!" Yolan menggeleng kuat saat sebuah kalimat yang terucap biasa saja dari mulut Lewis itu keluar. "Pa, kenapa Papa sama Bunda harus cerai?!"

"Karena Papa sama Bunda sudah tidak bisa bersama lagi,"

"Pa!" Yolan menelan salivanya kasar. "Kalau memang Papa sama Bunda ada masalah, semuanya bisa diselesaikan dengan baik-baik. Bukan dengan solusi kayak gini. Pa, ayolah pikirin lagi dengan matang. Papa sama Bunda gak bisa langsung--"

"Yolan," Lewis menyentuh lengan Yolan secara lembut. "Semua dimaafkan, kecuali perselingkuhan,"

Yolan menggeleng lagi, "Mungkin Papa salah paham. Bunda juga gak mungkin seperti itu,"

Lewis mencoba menenangkan Yolan. Pria dengan kemeja kotak-kotak itu tersenyum tulus pada anak sulungnya. Lewis yakin Yolan sudah mengetahui permasalahannya dengan Sinta dari Viola. Yolan juga sudah cukup dewasa untuk mengetahui segalanya. "Papa selama ini sudah sabar menghadapi Bunda. Papa selalu izinkan Bunda untuk pergi ke mana pun yang dia mau, makan dengan siapa pun, bahkan semua uang dan kartu debit Papa berikan pada Bunda. Tapi dia tidak pernah sedikit pun menghargai Papa. Jadi, Papa sudah tidak bisa mempertahankan semuanya,"

"Tapi Pa..." Yolan sedikit terenyuh mendengar penuturan Lewis. Memang semuanya benar bahwa Sinta diperlakukan bak ratu oleh Lewis. Tapi Yolan tidak pernah bertemu dengan Sinta saat libur seperti ini. Alasannya adalah Sinta yang sedang pergi ke luar bersama teman-temannya. Sinta seolah tidak memiliki waktu untuk keluarganya.

"Yolan pasti paham perasaan Papa sekarang. Perselingkuhan itu bukan hal pantas untuk dibenarkan. Papa tidak akan mempertahankan Bunda. Tapi Papa akan tetap mempertahankan kalian." Lewis menoleh pada Viola. "Kalian harus menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin. Ada atau tidaknya Bunda dan Papa, kalian tidak boleh berhenti sampai di sini,"

Viola dan Yolan menatap sendu kedua mata Lewis yang terlihat lelah. Pria yang memperjuangkan perekonomian keluarga mereka kini sudah dikhianati oleh cintanya. Lewis yang selama ini terlihat tegas dan berwibawa kini menangis di hadapan kedua putrinya. Rasa sakit itu terasa nyata sekali saat Viola mendekat pada Lewis. Kedua putri Lewis memeluknya dari samping. Lewis yang selalu ingin terlihat kuat kini runtuh karena kekecewaan.

SHAMUDERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang