15 - LAPANGAN BASKET

234 25 18
                                    

Happy reading❤️
Tekan bintang di pojok kiri dulu ya biar bacanya nyaman❤️❤️

***

Upacara rutin setiap hari senin akan segera dilaksanakan. Sudah banyak siswa-siswi yang berkumpul di lapangan. Entah saling mengatur barisan, melempar topi sana-sini, atau duduk di bawah pohon untuk menghindari panasnya terik matahari pagi. Aidan selaku ketua kelas segera merapikan barisan warga kelasnya saat mendengar suara guru piket agar segera bersiap. Aidan menghitung jumlah teman-temannya menggunakan jari telunjuk, seperti ada yang kurang. Aidan hanya memutar bola matanya malas, lagi-lagi Banar membuat masalah karena belum juga hadir.

"WOI BARIS YANG RAPIH NANTI MALAH KENA SIRAM LO PADA!!!"

"Iya raja yang terhormat," jawab Reina pelan. Perempuan itu melipat kedua tangannya di depan dada malas karena cuaca hari ini sangat panas. Apalagi seperti biasa bahwa peserta upacara akan mendapatkan sinar matahari, sedangkan para guru sangat dingin dan sejuk. Menyebalkan.

"JANGAN RIBUT YA LO PADA NANTI PAS UPACARA, GUE YANG KENA IMBASNYA TAU GAK?!" Adidan berkecak pinggang memandang satu-persatu teman-temannya.

"Berisik lo Dan. Baris sana," ujar Viola.

Aidan mendelik, "Awas aja lo sama Reina gibah di sini,"

"Gibahin lo nanti!" Viola memeletkan lidahnya pada Aidan.

"INGAT PESAN GUE TADI! PAHAM, GAK?!"

"PAHAM RAJA TERHORMAT!"

"Gue bukan raja, gue Aidan." Aidan berdecak sebal.

"Udah-udah sana. Muka lo bikin badmood pagi-pagi aja," kata Reina pada Aidan.

"Enak aja lo ngomong. Tampang Iqbal Ramadhan gini lo bilang bikin badmood? Mata lo katarak,"

Reina langsung menunjukkan ekspresi ingin memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Merasa risih dengan apa yang diucapkan Aidan tadi. Sementara Aidan yang merasa bangga dengan itu segera masuk pada barisan tertentunya.

"ANAK-ANAK SILAHKAN RAPIHKAN BARISAN KALIAN, UPACARA AKAN SEGERA DIMULAI," Suara Bu Wiwin memenuhi lapangan yang sudah ramai itu.

Viola sedikit melirik anak-anak kelas Gewanta yang sudah tersusun rapih juga. Matanya ke sana ke mari saat merasa ada yang kurang. Gewanta dan Alex tidak ada di sana. Viola masih mencoba mencari ternyata benar memang kedua laki-laki itu tidak ada. Hanya ada teman Gewanta yang lain. Viola meremas kedua tangannya cemas. Ke mana? Pikirnya. Jika mereka telat, otomatis nantinya mereka akan mendapat hukuman.

"Kenapa La?" tanya Jeni yang melihat kegusaran Viola.

"Gewanta sama Alex nggak ada di barisan kelasnya. Kira-kira mereka ke mana ya?"

Jeni yang mendengar hal itu segera ikut melirik barisan kelas Gewanta dan Alex. "Iya gak ada. Telat mungkin,"

"Nanti mereka pasti kena hukum Jen,"

"Gapapa," Jeni terkekeh.

Viola memandang Jeni heran, "Lo gimana sih?! Kok gitu?"

SHAMUDERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang