31 - KEBENARAN SESUNGGUHNYA

221 8 1
                                    

Happy reading semuanya!🤍
Part ini lumayan panjang karena semuanya mauu dibuka ya. Bacanyaa pelan-pelan ajaa, inget inget di part sebelumnya itu ada sangkut-pautnya semua. Jadi, dipahami betul-betul, diresapi dan diliat juga nama-nama mereka. Biar gak bingung, hihi. Maaf ya kaloi agak ribett. But, aku berharap kalian paham dan gak bikin pusing mwehhehehehe

Nih aku kasih petunjuk yaa:
Roy Gumilang Leonarda : Papa Banar & Regar
• Sinta : Bundanya Viola
• Regar : Adiknya Banar
• Renata : Mama Banar

Pokonya enjoy aja bacanya yaa!🤍🕊️


***

Sekembalinya Gewanta dari Jogjakarta disambut meriah oleh Dirgantara, Sifa dan Castara. Ketiga orang itu melemparkan senyum merekah kepada Gewanta saat laki-laki itu berada di ambang pintu.

Perasaan Gewanta tidak tenang. Bagaimana caranya memberitahukan hal ini kepada mereka bahwa sekolahnya tidak berhasil memenangkan olimpiade itu. Gewanta rasanya tidak siap jika harus menerima kata-kata menusuk dari Dirgantara mengenai geng motor yang ia bangun. Dirgantara sudah berpesan padanya jika Gewanta ingin menghidupkan geng motor itu, maka Gewanta harus memenangkan olimpiade ini. Nyatanya...

"Welcome home Abang!" Castara berlari ke arah Gewanta dan memeluk laki-laki itu dengan erat.

Gewanta menundukkan tubuhnya. Ia menangkup pipi Castara dan menciumnya satu-persatu. Gewanta menyayangi Castara. Sangat. Adik perempuannya itu adalah salah satu nyawa yang harus Gewanta lindungi.

"Ara kangen sama Abang! Kenapa lama sih?!" Castara memasang wajah galak seakan Gewanta takut padanya.

"I'm sorry, Princess. Abang lupa kalau di rumah ini ada cewek cantik yang nungguin pulang,"

"REALLY?! Abang serius bilang Ara cantik?!" Castara membuka lebar-lebar matanya yang kecil itu.

"Of course. Ara itu cewek paling cantik, setelah Mama,"

Castara mendelik, "Itu artinya Kak Viola gak cantik dong?!"

"Cantik juga! Setelah Mama dan Ara," Gewanta mengacak-acak rambut Castara pelan.

Castara tersenyum lebar. Ia mencium pipi kanan Gewanta dengan gemas. "I miss you so much Abang! Walaupun Abang nyebelin tapi kalo di rumah gak ada Abang, Ara kesepian. Terus juga gak ada yang bantuin PR Ara,"

"KEBIASAAN!!" Gewanta berdiri. Laki-laki itu mendekati Sifa dan Dirgantara. Ia memeluk satu-persatu orang yang dirindukannya. Gewanta menyalami tangan Sifa lalu mencium kening wanita yang sudah menginjak usia lima puluh tahun itu. Masih sama dengan beberapa tahun yang lalu, Sifa selalu cantik dan elegan. Tidak ada kata bosan untuk memandanginya.

"Pa," Gewanta memandang Dirgantara. Ia tidak menemukan tatapan menusuk dari pria itu. Entah karena Dirgantara sudah mengetahui tentang olimpiade ini atau belum. Gewanta hanya berharap izin tersebut tetap diberikan tanpa alasan apapun.

"It's okay, Abang!" Dirgantara memberikan semangat untuk Gewanta.

"Papa u-udah..."

"Papa tau. Tapi, semuanya jangan dijadikan beban tersendiri untuk kamu. Kemarin, Papa mengatakan itu karena Papa ingin kamu termotivasi. Papa ingin kamu jadi orang yang kuat. Mungkin Papa terlalu keras, tapi sejujurnya Papa nggak seserius itu untuk menekan kamu harus menang. Papa bangga sama kamu," ujar Dirgantara tulus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHAMUDERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang