"Kamu nggak makan, Jiho?"
"Nggak ah, Tante. Besok lagi aja."
"You okay kan?"
"I'm okay, Tanteee."
"Apaan tadi sorry tante gue ngajak ngobrol?"
Entah kenapa rasanya Jaehyun lega. Semoga aja Jiho nggak denger soal permintaan Jaehyun yang terakhir tadi.
"Nggak, lupain aja. Tidur gih."
"Iya, bye."
"Bye."
➖
"Pah, Jeffrey boleh minta tolong?" Malam itu Jaehyun nggak tidur tapi menunggu Papanya pulang. Walaupun badan rasanya sakit semua, tapi demi hal ini dia rela nggak istirahat dulu.
"Yes, Jeff?" Papanya duduk disebelah anak bungsunya itu.
"Soal kasus Ayahnya Jiho, mau nggak Papa bantuin? Jeffrey udah bilang ke Tante Irene dan Om Suho gimana kalau dibantu sama Papa, tapi katanya Ayahnya Jiho nggak punya dana untuk sewa pengacara dan nggak mau dipinjemin uang juga. Mungkin kalau Papa yang bilang ada jalan keluar?"
Ayahnya Jaehyun itu pengacara, dan udah dari awal menawarkan diri untuk bantu kasus ini tapi keluarga Jiho selalu menolak karena merasa nggak enak kalau nggak bayar.
"Papa selalu mau bantu bahkan nggak dibayar pun Papa rela. Mereka udah kaya keluarga kita sendiri? Besok Papa coba ngomong lagi sama Pak Suho deh."
Jaehyun memeluk Papanya, "Makasih, Pa."
"Sama-sama, bungsunya Papa."
Jaehyun baru aja berjalan berapa langkah lalu Papanya memanggil lagi.
"Jeff,"
"Ya, Pa?"
"Kamu hutang cerita sama Papa soal memar sama luka diwajah kamu ya. Kamu berantem sama siapa?"
Jaehyun nggak menjawab apapun.
"Tapi kalau itu berantem karena Jiho, go fight for her. Lindungi dia."
Anak bungsu dikeluarga itu lalu tersenyum, dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Rasanya Jaehyun rela ngelakuin apapun untuk Jiho sekarang. Beban hidupnya terlalu berat untuk anak SMA. Jaehyun cuma mau Jiho bahagia.
➖
Hari ini hari libur, Doyoung dan Jiho lagi nonton TV berdua, sambil makan astor didalem toples.
Mereka berdua saling bergantian mengambil astor, matanya fokus menonton TV.
"Ngantuk juga," Jiho berdiri tepat setelah film selesai, lalu berjalan ke kamarnya.
Ternyata Doyoung mengikuti Jiho dari belakang, dan ikut masuk ke kamar, duduk di tempat tidur memandangi Jiho yang sedang menyisir rambutnya.
"Apasih risih gue diliatin," Protes Jiho. "Mau nanya apa?"
"Hehe. Sana ulangtaun."
"Terus?"
"Gue kasih kuenya pagi pagi apa tengah malem ya?"
"Terserah lo." Jiho terus menyisir rambutnya.
"Gue gakan nanya kalo ujungnya disuruh mikir sih jawab aja cepet."
"Tengah malem, jam 12."
Doyoung berdiri dan tersenyum lebar, "Thank you!"
Jiho akhirnya merebahkan badannya di tempt tidur sambil memainkan ponselnya, sampai tiba-tiba Doyoung membuka pintu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
miracle
Fanfiction"dan kamu akan bertemu seseorang yang kemudian merubah hidupmu selamanya"