Jiho menuruni tangga dan disambut dengan suara tawa kecil dari Haru, anak paling kecil dikeluarga ini.
Seingatnya, kehidupan dirumanya tidak pernah seperti ini.
Selalu hening.
Semua orang melihat kearah Jiho dan tersenyum, kecuali Doyoung. Dia tetap fokus dengan serealnya.
Bahkan Haru menghamipiri Jiho dan mencoba memeluknya namun Jiho nggak suka anak kecil. Lebih tepatnya dia nggak tahu bagaimana menghadapi anak kecil karena selama ini selalu hidup sendiri tanpa saudara.
"Duduk sebelah Doyoung," panggil tante Irene, "makan sarapannya terus berangkat yah jangan kesiangan."
"Biasanya sih kalau telat sedikit suka keburu macet, jadi agak cepet ya makannya." Kata Suho, sambil menaruh ipadnya di meja.
"Tapi kan itu sekolahan juga punya om, ngapain pake takut segala?"
"Walaupun itu sekolah punya om, kita semua harus tetap disiplin."
Sangat berbanding terbik dengan sifat Jiho yang selalu ingin melanggar aturan.
"Aku naik motor aja, Papa berangkat aja sama Jiho."
"Doyoung," Suho melepas kacamata bacanya, "papa tau yah kemarin kamu bolos. Dan lagi kamu harus ajak Jiho keliling sekolah."
Seketika Doyoung yang sedang minum tersedak. Dia nggak menyangka gurunya bakal laporin semua ke Papanya.
Jiho mentertawakan Doyoung drngan sangat puas, sembari masih memainkan makanannya di piring.
Irene semakin khawatir melihatnya.
"Kamu harus makan, Jiho. Nggak boleh sakit."
"Aku nggak nafsu makan, Tante."
"Tapi janji ya, siang harus makan?" Jiho tidak menjawab, langsung berdiri dan menyusul Doyoung berjalan keluar rumah.
Didalam mobil, Jiho terus mengecek handphonenya. Masih belum ada balasan pesan dari Johnny maupun Chaeyeon.
Sebisa mungkin Jiho berusaha untuk nggak peduli, mungkin saja mereka sibuk. Tapi susah. Dia terus memikirkan kemana pacar dan sahabatnya itu.
"Kita sampai."
Mobil tersebut berhenti tepat didepan gerbang sekolah.
"Doy, jaga sepupu kamu ya. Pulangnya Papa jemput lagi." Lanjut Suho.
Doyoung nggak menjawab perintah Papanya, dia keluar dari mobil lalu berhalan dengan dua tangan di sakunya.
Tentu saja Jiho mengejar Doyoung karena dia satu-satunya yang dikenal disini.
Semua orang melirik Jiho dengan tatapan sinis dan saling berbisik. Sudah terlalu biasa untuk dia berada di posisi seperti ini. Bahkan lebih buruk juga pernah.
Orang-orang selalu bicara dibelakangnya tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Jauh-jauh dari gue," Doyoung menghentikan langkahnya, "orang-orang jadi pada ngeliatin gue nggak suka."
Jiho menyilanglan lengannya, "Ya nggak usah dipeduliin lah, lemah banget."
"Ya pokoknya jauh-jauh dari gue." Sepupunya itu mempercepat laju jalannya.
Namun Jiho berjalan lambat sambil melihat sekeliling, dengan chanel backpack di tangannya.
"Kenapa semua orang tasnya sama sih?" Gumamnya, mengingat di sekolah lamanya semua orang berlomba-lomba memakai tas paling mahal dan terbaru.

KAMU SEDANG MEMBACA
miracle
Fanfic"dan kamu akan bertemu seseorang yang kemudian merubah hidupmu selamanya"