Jiho melempar sepatunya kearah perempuan paruh baya tersebut, namun sayangnya sudah terlalu jauh jarak mereka dan sepatu tersebut terlempar entah kemana.
Jiho terus berteriak memaki perempuan itu.
Untuk yang tahu bagaimana masa muda Kimbum, hal ini rasanya seperti flashback.
Tidak tahan lagi dengan kehebohan yang Jiho buat, Johnny segera menggendong kekasihnya itu masuk kedalam mobil. Sebelum semuanya semakin kacau.
Chaeyeon membukakan pintu dan menaruh barang-barang Jiho ke kursi belakang bersamanya, sendirian.
"Dia nggak tau gue! Nggak ada yang tau gue! Kenapa mereka harus percaya berita di internet dan sok tahu sendiri, sih?!"
Chaeyeon dan Johnny hanya bisa mendengerkan, karena percuma, nggak ada yang bisa meluruskan kesalahan yang diperbuat Jiho ini.
Menurutnya, tidak ada yang salah.
"Aku nggak masuk ya, sayang?" Ucap Johnny, mengelus kepala Jiho dengan lembut.
Jiho mengangguk, "Iya takut ada Ayah juga kasian kamu nanti dimarahin lagi."
"Jangan duduk dibelakang, sini," Johnny melihat kearah Chaeyeon, setelah Jiho memasuki rumahnya. "Aku bukan supir kamu."
"Terus, kamu siapa?"
"Pacar kamu."
Senyuman Johnny yang nggak pernah gagal membuat Chaeyeon luluh. Senyuman yang bahkan merusak persahabatan Chaeyeon dan Jiho.
"I'm getting tired," keluh Chaeyeon, sambil menatap jendela dan pemandangan kota dimalam hari, "kapan kamu putusin dia?"
Johnny mengangkat bahunya, "Nggak tau, aku juga capek, Jiho childish banget. Aku bahkan udah nggak punya perasaan apapun ke dia sekarang."
"Putusin dia kalo gitu."
"Wait for the right timing, ya? Nggak akan lama, kok." Johnny meraih tangan Chaeyeon dan mengelusnya lembut. "I love you."
"I love you too."
Sembilan bulan yang lalu, Jiho mengenalkan sahabatnya itu kepada pacar barunya, Johnny. Pada saat itu Jiho nggak tahu kalau dia telah membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Begitu pula Chaeyeon yang dibutakan oleh cinta. Dia bahkan mendapatkan Johnny yang nggak benar-benar mencintainya.
Mereka berdua telah dibodohi.
➖
"Ini apa-apa an?" Ahra berteriak setelah memasuki rumahnya dan melihat semua barangnya sudah dikemas kedalam koper.
"Kami akan menyita rumah ini untuk investigasi lebih lanjut." Jawab salah satu polisi yang tiba-tiba muncul dihadapan Jiho, lalu memberikan selembar kertas.
"Pencucian uang? Maksudnya? Ayah nggak mungkin ngelakuin ini! Kalian salah orang!"
Jiho terus berteriak, sekuat tenaga mengusir dan mendorong polisi-polisi tersebut, namun ia kalah. Ahra terjatuh dan pingsan.
Ketika Jiho mulai sadar, beberapa asisten rumah tangga dan supir yang selama ini menjaga Jiho terlihat menunggu dengan khawatir.
Tentu saja, mereka semua kehilangan pekerjaan, tapi hati mereka rasanya lebih sakit melihat Jiho seperti ini.
"Maafin aku ya, selama ini nggak baik memperlakukan kalian." Ucapnya, sambil mencoba berdiri dari sofa.
Udah nggak ada waktu lagi untuk Jiho tinggal disini.
"Saya masih harus anter non Jiho untuk terakhir kalinya." Ucap Pak Didi.
"Kemana?"
"Kerumah kakak dari Bapak Kim."
"Kerumah tante?"
Selama perjalanan Jiho terus melamun melihat ke jendela, rasanya hidupnya hancur, dunianya runtuh dalam sekejap.
Semuanya yang dia punya hilang begitu saja.
Bahkan Ayahnya, Jiho bahkan nggak melihat Ayahnya sebelum pergi. Mereka bahkan bertengkar pagi ini.
"Ini tugas terakhir saya, Non." Pak Didi membukakan pintu. "Tapi kalau Non butuh, bisa telepon saya kapan saja ya."
Jiho mengangguk dan tersenyum, "Makasih banyak ya Pak Didi, maaf sering bikin Bapak ngejar-ngejar aku sampai sakit kaki."
Dan untuk yang terakhir kalinya Pak Didi selesai menyelesaikan tugasnya.
"Tante!" Jiho berlari dan memeluk tantenya itu sambil menangis.
Semenjak Mamanya meninggal, Tante Irene lah yang mengurusnya kalau Ayahnya pergi. Kebetulan Tante Irene menikah dengan adik dari ayahnya, Kim Suho.
"Anggep aja rumah sendiri ya, we will figure it out, okay?"
Jiho mengangguk.
"Ma! Jangan bilang dia?" Seorang lelaki bertubuh tinggi menuruni tangga.
"Iya, Jiho tinggal sama kita mulai sekarang. Kamu tidur sama adikmu ya, kamarmu dipake Jiho dulu."
"Maaa, ih kenapa harus kamarku?"
"Kim Doyoung!! I mis you!" Jiho berlari menghampiri sepupunya itu.
"Doyoung ini kenapa PS lo mati sendiri?" Seseorang berteriak dari kamar atas.
Seingat Jiho, Doyoung hanya punya satu adik yang masih kecil.
"Bilangin Jaehyun matiin dulu gamenya, kita makan dulu." Perintah tante Irene.
"Jeff turun sini makan dulu." Teriak Doyoung sambil menuruni tangga menuju meja makan.
"Doy," Jiho berjalan mengikuti Doyoung, "lo punya adek yang udah gede apa gimana?"
"Itu tetangga gue."
Tidak lama kemudian Jaehyun menuruni tangga dan saat itu mata mereka berdua bertemu, jatung Jiho berdebar kencang seketika.
Takdir mempertemukan mereka.
"Dan kemudian kamu akan bertemu seseorang yang akan mengubah hidupmu sepenuhnya, selamanya." Kata-kata itu tiba-tiba terulang dipikirannya.
➖
➖Guys kalian suka cerita ini gak? Let me know!🥺
![](https://img.wattpad.com/cover/261129002-288-k926399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
miracle
Фанфик"dan kamu akan bertemu seseorang yang kemudian merubah hidupmu selamanya"