kehidupan baru

275 61 2
                                        

"Kok pada diem?" Tante Irene memanggil lagi, "sini duduk, makan."

Jiho terbangun dari lamunannya, dan expresi Jaehyun masih sama. He doesn't give a damn.

Ketiganya sekarang sudah duduk di meja makan dengan Doyoung disebelah kiri Jiho, dan Jaehyun disebelah kanannya.

Semua orang menikmati makanannya, kecuali Jiho. Dia hanya memainkan alat makannya.

Ya, disaat seperti ini boro-boro Jiho punya nafsu makan. Dunianya baru saja runtuh.

"Kalo lo nggak suka makanannya, bilang, jangan dimainin gitu." Protes Doyoung, "jijik tau nggak."

Jiho merasa tersinggung dan melempar sendoknya, "Ada masalah apa sih sama lo? Kalo emang lo nggak suka sama gue, bilang aja. Jijik tau nggak!" Katanya sambil berdiri dan hendak meninggalkan meja.

Namun Tante Irene memukul meja dan memarahi mereka.

"Nggak ada yang pergi sebelum makanannya habis and no fights here, please?"

Dan disaat yang bersamaan, Jaehyun bahkan nggak peduli, dia masih menikmati makanannya dengan tenang sampai habis.

"Lihat Jaehyun, dia bisa makan dengan tenang, kenapa kalian berdua nggak?"

Akhirnya mereka berdua duduk kembali dan mencoba menghabiskan makanannya walaupun moodnya sudah hilang.

"Dan kamu, Jiho, jangan coba-coba untuk nyari atau jenguk Ayahmu dulu. Reporter diluar sana lagi gila-gilaan nyariin kamu gara-gara kasus ini dan kasus dimana kamu berantem sama ibu-ibu di restoran. Wajahmu masih jadi headlines. Tante benar-benar bersyukur dan berterimakasih sama laki-laki yang ngaduin kamu kabur kemana waktu itu ke Pak Didi."

Jaehyun dan Jiho tersedak seketika mendengar kalimat terakhir dari Tante Irene. Sekarang mereka ingat kenapa wajah mereka familiar.

"Lo!" Teriak mereka bersamaan.

Tante Irene dan Doyoung sama-sama bingung.

"Jadi lo —" Jaehyun segera menutup mulut Jiho dan menariknya pergi dari ruang makan. Sekuat apapun Jiho melawan dia tetap tidak bisa mengalahkan Jaehyun yang terus menarik tangannya sampai merah.

"Apa-apaan lo?!"

"Jangan berisik," Jaehun berbisik. "To the point aja, jangan ada yang tau waktu itu gue yang ketemu lo. Karena sejujurnya gue lagi kabur dari rumah bawa mobil si Papa. Kalau ketauan nanti gue nggak boleh nyetir lagi. Ok? Gue percaya lo ya."

"Kenapa gue harus nyimpen rahasia lo? Lo bahkan ga nyimpen rahasia gue waktu itu." Jawabnya, masih dendam karena waktu itu Jaehyun melaporkannya ke Pak Didi. "An eye to an eye."

"Tant —" Jiho mencoba memanggil tantenya untuk menggertaj Jaehyun, dan berhasil.

"Iya iya!" Jaehyun kembali menutup mulut Jiho. "Gue kasih lo satu permintaan tapi tutup mulut lo."

Jiho melempar tangan Jaehyun yang sedari tadi menutup mulutnya. "Satu? Tiga dong."

"Bodoh. Gue nggak lagi tawar menawar."

"Yaudah gue bilang tante."

Jaehyun menarik nafas panjang dan akhirnya mengalah. "Ok. Tiga."

Akhirnya Jiho tersenyum lebar. "Ok deh tugas pertama lo besok siang anterin gue ke apartment pacar gue."

"Maksudnya?"

"Kan tiga permintaan. Nggak ada maksudnya maksudnya turutin gue aja."

"Kalian nggak apa-apa kan?" Tante Irene teriak dari ruang makan.

"We are okay, tante." Jiho menjawab. "Besok ya, or say goodbye to your car."

Jaehyun hanya bisa menyesali perbuatannya.

Mereka berdua kembali ke ruang makan namun Jaehyun buru-buru pamit karena rasanya dia nggak mau lama-lama berada di satu ruangan dengan Jiho lagi.

Setelah selesai makan, Jiho duduk di sofa sambil memainkan handphonenya, membaca berita-berita di internet tentang ayahnya. Sementara Doyoung menjemput adiknya yang sedang bermain dirumah tetangga.

"Keatas yuk," ajak tante, "kamu tidur dikamar Doyoung dulu yah sementara ruang tidur tamu kita benerin dan bersihin dulu."

Jiho mengangguk dan menaruh kopernya didalam kamar.

"Dan satu lagi, kamu besok udah mulai pindah sekolah punya om, bareng Doyoung. Semua udah tante dan om urus. Jangan khawatir ada Doyoung dan Jaehyun, kok."

Seketika Jiho berdiri dan menatap tantenya dengan serius. Dia nggak mau terima kalau harus pindah sekolah juga. Itu artinya Jiho harus memulai semua dari awal dan bahkan nggak bisa bertemu sahabatnya, Chaeyeon.

"Tante, are you crazy? Just few months before graduation? No. A big no."

"I don't take no for answer." Jawab tante Irene dengan dingin, lalu meninggalkan Jiho dan menutup pintu kamar.

Jiho menjatuhkan badannya ke tempat tidur lalu menutup matanya. Semua hal yang terjadi di hari ini rasanya seperti mimpi.

Satu hal yang terus muncul dibenaknya adalah, bagaimana keadaan Ayahnya?

"Ayah kedinginan nggak ya." Gumamnya, tanpa terasa air mata jatuh begitu saja. "Ayah udah makan belum yah. Kapan aku bisa ketemu Ayah lagi?"

Tangisan itu membawanya lelap kedalam tidur.

Tangisan dari Haru adalah hal pertama yang membangunkan Jiho pagi ini. Yang membuatnya mudah terbangun adalah, Jiho nggak pernah nyaman tidur ditempat orang lain.

Melihat sekeliling, dia menemukan satu set seragam menggantung di lemari. Mengembalikannya ke realita bahwa dia harus pindah sekolah.

Jiho juga menyadari bahwa pacarnya masih belum membalas chatnya sampai saat ini. "Kayaknya Johnny sibuk deh." Ucapnya, sambil berjalan ke kamar mandi dan melihat kaca.

"I hate this. I hate my life."

miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang