forgive or forget?

233 57 7
                                        

"Haaaa itu orang gila hampir nyium gue."

Jiho menutup pintu kamarnya lalu bersandar, dan perlahan menjatuhkan dirinya kelantai.

"Nggak. Sadar, Jiho! Nggak boleh lo jatuh cinta sama manusia satu itu!"

Jantungnya berdegup kencang, rasanya badan Jiho panas setiap inget kejadian tadi.

Nggak yah. Jiho terus menolak memori tadi.

Setiap kali Jaehyun menatap Jiho, setiap kali mereka lagi berdua atau berdekatan, setiap kali Jiho mikirin Jaehyun, kata-kata Ibu waktu itu terus terulang.

Sampai satu hari Jiho sadar dia terlalu menurunkan temboknya buat Jaehyun.

Untuk pertama kalinya Jiho merasa nyaman ada didekat orang lain semenjak kejadian Johnny dan Chaeyeon.

Iya, semenjak kejadian itu, Jiho nggak mau ngebiarin temboknya runtuh dan dikecewain orang lain lagi.

Rasanya nggak ada lagi yang bisa Jiho percaya didunia ini selain Ayahnya.

Tapi rasanya Jiho merinding setiap kali dia inget takdirnya dan Jaehyun.

Hari itu Jiho secara kebetulan sembunyi di mobil Jaehyun, terus harus jadi tetangga Jaehyun, harus satu sekolah, dan bahkan jadi study partner.

"Serem banget," Jiho mengacak-acak rambutnya. "Gue harus cepet sadar sebelum terlambat."


"Semalam kami menemukan ini." Guru BK mengangkat satu plastik bening berisi bra dan bungkus kondom. "Ada siswa yang diam-diam melakukan hal tidak senonoh tadi malam disekolah!"

Semua murid dikumpulin di gymnasium. Semuanya berbisik dan bergosip menerka-nerka kira-kira siapa yang ngelakuin hal itu disekolah.

Berani beraninya.

"Semuanya sekarang baris didepan loker masing-masing kita akan ada razia!"

Banyak yang merasa santai aja, tapi banyak juga yang panik.

"Itu katanya Mingyu bukan sihhhh sama si adik kelas?"

"Iya kayaknya tadi soalnya mereka berdua nggak ada gue liat."

"Ih ada yang videoin gak ya? Takut kasian banget mereka."

"Tapi ngapain juga anjir gituan di sekolah."

"Ya siapa yang bisa nolak Mingyu lah nyet gue aja mau????"

"Orang-orang disini disgusting." Gumam Jiho waktu lewatin segerombolan cewek yang lagi ngegosipin Mingyu.

Tentu Jiho nggak panik karena isi lokernya cuma payung, buku, dan beberapa alat tulis aja.

"Remaja jaman sekarang keterlaluan memang." Kata satu guru, membawa satu keranjang berisi majalah dewasa, kondom, make up, mainan, dan pil KB.

Setelah lolos dari razia, Jiho kembali kekantim dan duduk bareng Taeyong, Yuta, dan Jungwoo.

"Si tolol pasti ketauan." Kata Taeyong, yang sepertinya niatnya bisikin Yuta tapi kekencengan.

"Aduhhh pasti dibakar tuh maj—" Yuta tiba-tiba berhenti, "mainan gue dibakar tuh maksudnya."

"Jadi lo yang bawa mainan? Apaan sih ke sekolah bawa hot wheels."

"....pasti bokap gue dipanggil lagi terus gue dihukum lagi elahhh lo kok nggak hati-hati sih!" Terdengar suara Doyoung yang mulai mendekat ke meja Jiho dan kawan kawan.

"Doy bukan cuma lo yang dalam masalah, gue juga anjir laguan gue bilang itu majalah taro dirumah aja malah dibawa-bawa." Sahut Jaehyun, yang kemudian tersadar di meja itu ada Jiho.

"Jadi lo sama Doyoung yang bawa itu majalah?"

"Punya Yuta semua itu kitamah pinjem doang!"

"Nyet kok bawa-bawa gue sekarang?"

"Lagian normal lah cowok, cowok sehat." Jaehyun mencoba membela diri.

"Jangan-jangan lo juga yang bawa kondom?"

"Nggak gue cuma bawa majalah."



Hari itu Jiho pulang sekolah sendirian karena Doyoung dan Jaehyun masih dihukum disekolah.

Semakin lama jalanan ini semakin familiar untuk Jiho.

Udaranya sejuk, banyak pohon, banyak juga anak kecil.

Lingkungan ini terasa hidup. Nggak seperti rumahnya dulu.

Jadi ini kenapa Tante Irene dan Om Suho lebih memilih hidup sederhana.

Ada satu perempuan yang berdiri didekat Jiho. Seragamnya cukup familiar. Rambutnya berantakan, begitu pula seragamnya.

Perempuan itu tersenyum melihat Jiho.

Tapi Jiho nggak membalas senyumannya.

"Jiho, apa kabar?"

"Dari mana lo tau tempat tinggal gue?"

"Beberapa kali gue ikutin lo dari sekolah baru lo. Karena lo sempet masuk berita waktu itu dan gue nyari sekolah lo akhirnya." Chaeyeon menjawab, suaranya mulai bergetar.

Jiho nggak mau peduli dan terus berjalan, sengaja menabrakan badannya ke badan Chaeyeon.

"Jiho, maaf." Tangisan Chaeyeon mulai terdengar. "Aku minta maaf, maaf banget."

Jiho akhirnya berhennti, memutar badannya, dan melihat Chaeyeon sedang berlutut di tanah.

"Gue nggak percaya air mata lo, Chaeyeon. Pulang sebelum gue teriak maling."

"Johnny, dia nggak cinta gue. Cuma ada lo di hatinya."

"Gue nggak peduli. Pulang dan bilang ke pacar lo itu gue udah nggak punya apa-apa buat naikin popularitasnya lagi." Jawab Jiho dengan lantang. "Dan kemana aja lo selama ini? Dia kan emang brengsek. Baru sadar lo?"

Walaupun dalam hatinya Jiho pengen Chaeyeon balik lagi jadi temannya.

Chaeyeon terus menangis sambil berlutut, "maafin aku, Jiho." Tangisannya semakin keras.

"Nggak semudah itu, Chaeyeon. Lo nggak tau gimana hancurnya dunia gue waktu kalian berdua ngelakuin itu."

Disatu sisi Jiho ingin banget meluk Chaeyeon dan maafin dia. Tapi disisi lain Jiho bener-bener sakit hati atas apa yang Chaeyeon lakuin sama Johnny.

Dimana dia waktu Jiho sendiri dan nggak punya siapa-siapa?

Tidur sama Johnny?

miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang