benefit

265 56 16
                                    

"Gue capek!" Jiho melempar pensilnya, dan kembali berbaring di karpet, lalu diikuti oleh Jaehyun.

"Gue nggak peduli hasilnya nanti gimana."

Jaehyun menutup matanya.

Tiba-tiba ada yang mengelus lembut rambutnya.

"Siapa yang bolehin lo pegang-pegang rambut gue?"

"Sebentar... please..."

Untuk pertama kalinya Jaehyun mendengar Jiho memohon dengan lembut.

"Gue suka ngelus rambut orang, rasanya tenang."

"Gue bukan Johnny," Jaehyun menyingkirkan tangan Jiho dari rambutnya. "Jangan perlamuin gue sebagaimana lo merlakuin Johnny. Gue benci."

Keduanya terdiam.

"Sedari kecil gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya rambut disisirin sama Ibu sendiri, atau dikepangin, atau sekedar dielus kaya gini. Gue selalu sirik kalo lihat orang lain dielus rambutnya sama Ibu mereka."

Penyesalan menghantui Jaehyun sesaat setelah Jiho menceritakan alasannya.

"Maaf." Ucapnya.

Jiho tersenyum lalu mengangguk, "Gue punya trust issue yang cukup besar, tapi entah kenapa semuanya mengalir begitu aja kalau gue lagi sama lo."

"Really?"

"Yes," Jiho berdiri lalu menarik Jaehyun. "dan gue nggak akan biarin lo tau lebih dari ini! Pergi dari kamar gue!"

Lalu dia membanting, menutup pintu kamarnya.

"Wow? You're welcome, I guess?"



Selama pelajaran berlangsung, sekuat tenaga Jiho dan Jaehyun memperhatikan materi. Tapi tetap saja, semuanya hanya numpang lewat.

Mungkin kalau bisa, kepala mereka berdua udah keluar asap sekarang.

Jiho mengetuk pelan pulpennya ke punggung Jaehyun.

"Apa?"

"Save semua ke otak lo jangan lupa." Bisiknya, sambil menunjuk kepalanya.

"Kalo gitu berhenti gangguin gue!"


"Ternyata belajar bisa semelelahkan ini." Jiho menjatuhkan dagunya ke tumpukan buku di meja. Semua buku itu berisi rumus yang bahkan nggak dia mengerti.

Tanpa banyak basa-basi, Jaehyun menariknya keluar dari kelas menuju kantin. Bahkan sekuat apapun Jiho mencoba, dia nggak bisa mengalahkan kekuatan Jaehyun.

"Seneng banget sih lo tuh narik gue kesana kesini?" Serunya, ketika mereka akhirnya sampai kantin.

Setelah membuat Jiho duduk, Jaehyun memberikannya satu tray berisi makanan dan minuman yang sudah dibawakan Yuta tadi.

"Loh? Katanya lo minta bawain kok malah dikasih Jiho?" Protes Yuta.

Jaehyun nggak menjawab temannya, malah mendekatkan tray itu kepada Jiho. "Makan. Lo nggak bisa mikir kalo laper."

"Lo nggak perlu narik gue kesini cuma buat nyuruh makan. Ngomong aja baik-baik." Jawab Jiho sambil mengambil satu suap nasi.


"Gue nggak akan pernah ngerjain PR lagi! Bisa-bisanya gue dikasih nilai 0?" Jiho terus protes dan berteriak sambil mengacak-acak bukunya.

"Bisa nggak sih lo berhenti teriak? Kuping gue sakit!"

miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang