"Nggak ada lagi naik motor ke sekolah atau jalan-jalan!" Suho mengambil kunci motor Doyoung. "Bikin malu aja kamu anak dari yang punya sekolah tapi bawa majalah dewasa!"
Selagi Doyoung dimarahi Papanya, Jiho dengan antengnya nonton TV sambil ngemil.
Dipikirannya sekarang itu mungkin begitu ya pemandangan waktu Ayahnya marah dan bilang Jiho malu-maluin Ayah.
Kenakalan apasih yang dulu nggak Jiho lakuin?
Cuma nggak narkoba doang.
Ya gimana Ayahnya nggak malu (dan stres).
Setelah tidur siang, Jiho turun ke dapur dan mencari chilled juice di kulkas.
Doyoung masih didepan TV, terlihat masih bete, tapi mau gimana lagi dia nggak bisa ngapa-ngapain juga.
"Dimana Om sama Tante?" Tanya Jiho sambil nuangin chilled juice ke gelasnya.
Doyoung nggak jawab.
"Lo nggak denger gue? Kemana orang-orang?"
"Nggak tau."
"Great. Yuk, cabut!"
"Lo lupa motor gue disita? Gue lagi nggak mood naik bus."
Jiho tertawa, "lo ngeremehin kemampuan gue kabur dari rumah? Lupa gue siapa?" Lalu dia berlari ke kamar utama, dan mengambil kunci motor Doyoung si saku celana Suho yang digantung di kamar.
"Nih," Jiho melempar kunci motornya ke Doyoung. "anter gue jenguk Ayah."
"Lo gila? Nggak takut sama reporter?"
"Di hidup gue yang udah kaya gini apa gue perlu takut sama sesuatu lagi, Doy?"
Akhirnya Doyoung setuju nganterin Jiho ke Ayahnya, apapun yang terjadi nantinya Doyoung nggak peduli.
Sepupunya ini udah cukup menderita karena hidupnya hancur dan nggak bisa ketemu Ayahnya.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hari itu Doyoung ketemu Pamanya.
Seingat Doyoung dulu KimBum nggak seperti ini, sekarang terlihat kayak orang lain. Nggak sehat, nggak segar, kantung matanya hitam, dan badannya kurus banget.
"Doyoung, udah gede ya sekarang?" Sapa Kimbum.
Doyoung mengangguk, "Iya, om. Udah lama ya nggak ketemu."
"Ayah, tadi ngapain Om Dio kesini? Memangnya dia masih kerja sama Ayah?"
"Iya, Om Dio masih ngusahain perusahaan Ayah yang di Singapore. Semoga semuanya berjalan lancar ya."
"Tapi kita bahkan nggak punya pengacara, Yah. Jangan dulu lah mikirin bisnis."
"Punya." Jawab Ayahnya.
"Papanya Jaehyun." Lanjut Doyoung.
"Hah?"
Rasanya disini cuma Jiho yang nggak tau apa-apa. Dia bener-bener kaget. Kenapa tiba-tiba Papanya Jaehyun yang jadi pengacara Ayahnya?
"Nanti gue ceritain."
Setelah berbincang-bincang, akhirnya waktu mereka habis. Dan seperti biasa, perpisahan Ayah dan anak itu selalu diselingi tangisan dan air mata.
Entah kapan Jiho bisa mengunjungi Ayahnya lagi.
"Kenapa nggak ada yang bilang ke gue sih," gumam Jiho, sambil menyender ke punggung Doyoung. "Kenapa Jaehyun peduli banget ya sama Ayah?"
"Iya gue juga bingung, bukan Jaehyun banget ikut campur urusan orang tuh. Rasanya terakhir kali dia peduli sama hidup orang itu ke Mina deh, tapi udah lama banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
miracle
Fanfic"dan kamu akan bertemu seseorang yang kemudian merubah hidupmu selamanya"