11. OBLIGED

586 19 0
                                    

Halo guys, semoga masih ada yg nunggu atau minat sama book ini ya wkkw maaf bgt krn aku lama ga update,kmrn sempet kena writer's block dan banyak bgt tugas jd baru bisa up skrgg hehe semoga sukaa.  

Jangan lupa Vote+Comment ya!! hihi




Alora menggeliat di dalam tidurnya yang terasa begitu nyenyak. Ia mengerutkan dahi nya dengan mata yang masih terpejam ketika mendengar suara kicauan burung. Perlahan ia membuka matanya dan segera mengumpulkan kesadarannya.

"Sudah pagi? Bagaimana bisa aku sudah berada di kamarku?" Gumam gadis itu dengan heran. Netranya memandang kea rah jendela yang sudah terbuka,menampakkan sinar mentari yang menyilaukan matanya. Ia bangun dan segera mendudukkan dirinya sejenak.

"Persetan, yang penting sekarang aku harus segera bersiap – siap ke kampus." Gumamnya lagi pada dirinya sendiri.

Alora bangkit meninggalkan ranjangnya dan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa lama kemudian setelah mandi bersiap siap, ia melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk sarapan.

Saat gadis itu sampai di ruang makan, ia dapat meilhat ibunya dan juga Xavier yang sedang sarapan bersama dalam suasana yang sangat hening. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang beradu. Kalau orang lain yang melihat, mungkin mereka akan menyangka ke dua orang tersebut tak saling mengenal. Padahal kenyataannya mereka adalah sepasang suami istri. Yang tidak saling mencintai. Alora lantas menghela nafasnya sebelum menyapa mereka. Ah, tidak. Hanya ibunya.

"Selamat pagi, Mom" Sapa nya dengan sedikit lesu. Bahunya tertunduk ke bawah, tidak ada senyuman yang menghiasi wajahnya.

Marianne yang menyadari kehadiran putrinya sedikit terkejut.

"Selamat pagi sayang. Kau mau kemana, kok sudah rapi begini?" Tanya Marianne yang melihat penampilan Alora yang sudah rapi pagi – pagi seperti ini.

"Aku harus ke kampus, ada hal yang harus aku urusi di kampus." Jawab Alora singkat sembari mendaratkan bokongnya di sebelah sang Ibu.

"Sayang, memangnya kau sudah tidak apa – apa?" Marianne menempelkan telapak tangannya di dahi putrinya. Alora hanya menghela nafas melihat perilaku sang ibu yang terlalu mengkhawatirkannya. Padahal, kemarin Alora hanya pusing pasca mabuk.

"Aku tidak apa – apa mom, lagi pula kemarin aku hanya sakit biasa." Jawab Alora. Ia mengambil selembar roti di hadapannya dan mengolesinya dengan selai cokelat kacang kesukaannya.

Marianne hanya menghela nafasnya kemudian menganggukkan kepalanya.

"Apa kau sudah meminum obatnya?" Xavier yang sedari tadi bungkam tiba – tiba bersuara membuat Alora sedikit tersentak mendengar suara beratnya.

"Sudah." Jawab gadis itu singkat dan sedikit ketus. Jika pria itu tidak memulai bicara padanya, mungkin Alora tidak akan berbicara pada pria itu.

Xavier mengangkat sebelah alisnya, ia tau gadis itu berbohong.

"Kau tidak pandai berbohong."

Alora mendecak kesal.

"Kalau sudah tau kenapa kau bertanya?" Tanya Alora sembari menatap Xavier dengan sinis. Ayolah Alora, ini bahkan masih pagi, apa kau tidak takut tenagamu terbuang karena marah – marah?

"Minum obat dan vitamin yang dokter berikan kemarin, aku tidak mau usaha ku kemarin mengantarmu ke rumah sakit berakhir sia – sia." Ucap Xavier sembari menatap Alora dengan tatapan tajam, berusaha mengintimidasi gadis itu.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang