Setelah melihat Alora memasuki kamar mandi, Xavier memejamkan matanya untuk beristirahat sebentar sambil menunggu Alora. Akhir – akhir ini pekerjaannya sangat banyak dan berat, sehingga waktu istirahatnya banyak terkuras. Mumpung sedang seperti ini, ia memanfaatkan kesempatan untuk beristirahat walau sebentar.
Setelah beberapa menit, Alora keluar dari walk in closet dengan penampilan yang berbeda. Ia terlihat begitu menawan walaupun pakaiannya sederhana. Ia hanya memakai skinny jeans, kaos polos, jaket denim dan sneakers. Rambutnya juga ia biarkan terurai. Wajahnya hanya ia rias dengan sedikit polesan bedak dan liptint yang membuat bibirnya begitu menggoda.
"Aku sudah siap. Cepat katakan." Ucap Alora dengan wajah kesalnya.
Xavier yang mendengarnya langsung membuka matanya dan bangun dari posisinya. Ia melihat penampilan Alora dari atas sampai bawah. Kemudian kembali lagi ke wajah Alora. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Selain wajah Alora yang memang begitu cantik, Xavier menjatuhkan pandangannya di bibir merah Alora. Tiba – tiba ia mengingat kejadian malam sebelumnya bersama Alora.
Tiba – tiba senyum terbentuk di bibir Xavier walaupun samar.
"Cepat jawab!" Sentak Alora yang sudah tidak sabar karena melihat Xavier yang hanya diam tanpa menjawabnya.
Xavier memutar bola matanya. Sesaat kemudian, Ia langsung menarik tangan Alora yang sukses membuat Alora berteriak.
Xavier meringis ketika mendengar suara teriakan Alora. Ia mengusap telinganya dengan sebelah tangannya yang kosong.
Kini Xavier dan Alora sudah berada di dalam mobil milik Xavier. Keduanya hanya bungkam tak bersuara. Alora pun sudah menyerah untuk bertanya kepada Xavier karena dengan cara apapun Ia bertanya, Xavier tetap diam tak menjawabnya.
Alora melipatkan kedua tangannya di depan dada sembari memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela. Ia mendengus dengan kesal.
"Kau menyebalkan." Ucap Xavier secara tiba – tiba yang membuat Alora secara otomatis mengalihkan pandangannya ke arah Xavier.
"Excuse me?!" Ucap Alora dengan wajah muaknya. Sedangkan Xavier dengan begitu tenangnya hanya diam dan fokus mengendarai mobil.
"Orang dewasa memang tidak tahu malu!" Maki Alora yang sudah dibuat sangat kesal oleh Xavier.
"Kau anak kecil diam saja." Balas Xavier sembari membelokkan mobilnya dengan sedikit kencang sehingga membuat kepala Alora terbentur kaca mobil.
"Kau ini bisa menyetir tidak sih! Kalau Kau tidak becus mengendarai mobil biar aku saja! Dasar Om – om menyebalkan!" Teriak Alora dengan keras sembari meringis kesakitan akibat kepalanya yang terbentur cukup keras.
Tak lama kemudian Xavier menepikan mobilnya di pinggir jalan dengan wajah yang memerah. Ia memejamkan matanya sembari mengambil napas cukup dalam kemudian menatap Alora dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Alora membuang mukanya kea rah luar.
Alora merasakan ada yang tidak beres. Saat akan menoleh untuk melihat Xavier, betapa terkejutnya Ia ketika melihat wajah Xavier berada tepat di depan wajahnya. Bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan. Alora menahan napasnya ketika Xavier menatapnya sedekat itu.
"Bisakah tutup mulutmu sebentar?" Ucap Xavier dengan suaranya yang dingin dan datar. Hal itu membuat Alora merinding ketika mendengarnya.
Alora mengangguk dengan kaku. Kemudian akhirnya Ia bisa bernapas dengan lega ketika Xavier menjauhkan wajahnya dan kembali melanjutkan perjalana mereka.
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah rumah sakit ternama. Alora yang tersadar bahwa dirinya dibawa ke sebuah rumah sakit mengerutkan dahinya sembari bertanya – tanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
Storie d'amoreSerendipity adalah suatu kejadian dimana seseorang menemukan sesuatu yang indah tanpa harus susah susah mencarinya. Begitu juga dengan Xavier dan Alora. Pada awalnya mereka terjebak di dalam kondisi yang kacau. Namun lama kelamaan mereka menyadari b...