4. NIGHT CLUB

964 20 0
                                    

Author's POV

Sudah terhitung 3 hari semenjak kepindahan Alora ke mansion milik Xavier. Sudah selama itu juga Alora mengurung dirinya di kamarnya. Ia hanya keluar untuk sekedar makan malam atau jika ada keperluan lainnya yang tidak bisa ia dapatkan di kamarnya. Sejauh ini ia sudah bisa menerima bahwa dirinya akan terus tinggal di mansion itu. Tetapi tidak untuk menerima pernikahan ibunya.

Hari ini adalah pertama kalinya Alora keluar dari mansion setelah 3 hari kepindahannya. Hari ini dia akan datang ke kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya dan mempersiapkan sidangnya. Alora merupakan mahasiswa yang cukup pintar di kampusnya. Ia adalah mahasiswi jurusan Fashion Designer. Menjadi Designer ternama merupakan cita – citanya sejak kecil. Tak heran Alora selalu tampil fashionable. Ia cukup digilai oleh para mahasiswa di kampusnya. Namun hanya ada satu pria yang Alora cintai,Harry.

Alora tersenyum ketika ia memikirkan Harry. Pagi ini Harry akan menjemputnya untuk pergi ke kampus. Alora menatap bayangan dirinya pada cermin besar di kamarnya. Sempurna. Alora segera keluar dari kamarnya menuju ke ruang makan. Disana sudah ada ibunya dan juga Xavier.

Alora memutar bola matanya ketika ia harus melihat wajah Xavier kembali. Xavier menatap penampilan Alora yang sudah rapih tak seperti biasanya. Saat Alora menatapnya, buru – buru Xavier mengalihkan tatapannya kea rah lain.

"Sweetheart, kau mau kemana?" Tanya Marianne kepada Alora saat Alora menarik sebuah kursi untuk duduk.

Alora menatap ibunya yang duduk di seberangnya.

"Aku akan pergi ke kampus,Mom." Jawab Alora singkat.

"Kau akan berangkat dengan siapa?" Tanya Marianne lagi.

"Harry akan menjemputku." Jawab Alora yang dibalas anggukkan oleh Marianne. Namun jawaban dari Alora membuat Xavier mengerutkan dahinya.

Alora mengambil sehelai roti kemudian mengolesnya dengan selai cokelat kacang kesukaannya. Setelah itu, ia langsung melahapnya. Tanpa disadari Alora, Xavier menatapnya dengan intens.

Kring...kring...

Dering telepon berbunyi dari ponsel Alora. Segera diangkatnya panggilan itu oleh Alora.

"Halo? Oh,kau sudah di depan? Baiklah tunggu aku ya." Alora segera mematikan panggilan tersebut kemudian ia langsung menyesap susu putih yang ada di sebelahnya. Hal itu tak luput dari pandangan Xavier. Wajahnya yang berseri ketika mengangkat panggilan tersebut. Xavier dapat mengetahui bahwa itu adalah panggilan dari kekasih Alora.

"Aku akan berangkat sekarang,Mom." Alora bangkit dari kursinya. Ia menyampirkan sling bag nya di pundaknya.

"Hati – hati,sweetheart." Ucap Marianne yang membuat Alora menghampirinya kemudian mencium pipinya.

Baru saja Alora melangkahkan kakinya, ibunya berkata.

"Kau tak pamit kepada ayahmu?"

"Seriously, Mom? Dia tidak terlihat seperti seorang ayah." Jawab Alora.

Ya tuhan, dia terlalu muda dan tampan untuk ku panggil ayah. Alora! apa yang kau pikirkan! Batin Alora bergelut.

"Xav, aku berangkat." Ucap Alora dengan seringai mengejeknya. Setelah itu Alora segera pergi dari hadapan Xavier dan Marianne.

Xavier tersenyum miring.

Gadis pembangkang. Tapi tingkahnya sangat lucu. Batin Xavier terkekeh.

"Maafkan putriku Xavier, mungkin dia butuh beradaptasi." Ucap Marianne menyesali tingkah putrinya.

"Ya, tak apa." Jawab Xavier dengan singkat.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang