1.

30 2 0
                                    

Di malam yang sunyi,hanya di temani suara jangkrik yang tengah bernyanyi dan kayak yang ikut serta berkonser dengan jangkrik. Udara dingin menerpa,membuat seorang gadis meringkuk di kasur besar dengan selimut tebal pun tak mampu menghangatkan tubuhnya. Hingga suatu mimpi yang membuat hatinya sakit,selalu saja seperti ini.

"Pergi kau pembunuh!!"

"Dasar jadi anak tidak berguna!!"

"Saya tidak pernah memiliki anak seperti kamu!!"

"Saya tidak sudi memiliki anak seperti kamu!!"

Entah berapa banyak lagi lontaran kata yang telah masuk ke dalam telinganya yang di lontaran dari mulut orang tuanya sendiri. Dia lelah jika terus menjadi seperti ini. Semuanya terasa nyata,rasanya dia ingin menghakhiri hidupnya ini. Menjadi manusia tidak berguna di dunia ini,aku sudah muak seperti ini.

Gadis itu bangkit dari ranjangnya dengan tetesan air mata yang terasa tak ingin berhenti. Dengan langkah tertatih,gadis tersebut menuju sebuah meja kecil membuka laci dan mencari sesuatu untuk menghakhiri rasa sakit ini.

"Hiks bunda,aku kangen sama bunda." Tangis gadis itu kian meluruh.

"Aira pengen ketemu bunda,ayah ga sayang sama Aira." Suara parau Aira mampu memecah keheningan yang terasa sunyi.

Dia,Aira Larasati Mahardika. Seorang gadis pembawa sial di dalam keluargaku,itulah yang di ucapakan oleh ayahku sendiri. Sakit rasanya ketika mendengar perkataan ayah,apakah benar aku ini pembawa sial?

Hap dapat,sebuah cutter berukuran sedang sudah berada di dalam genggamanku.

Perlahan Aira dorong sebuah benda kecil yang berada dalam cutter supaya benda lancip itu keluar. Dengan tangis yang masih meluruh serta bibir terus menggumamkan kata bunda aku siap untuk menghakhiri semua ini.

"Aira tidak boleh seperti itu sayang." Sebuah suara lembut milik seorang wanita cantik mengalihkan atensi Aira.

Wanita dengan cahaya putih yang mengelilingi seluruh tubuhnya,dengan wajah ayu serta senyum manisnya mengingatkan Aira kepada seseorang,Bunda.

"Hiks bunda..." gumanm Aira dengan mata sayunya,kondisinya saat ini terlihat sangat hancur.

"Aira capek bund,ayah ga sayang Aira lagi." Ucap Aira lemah dengan air mata yang terus mengalir.

Bunda semakin mendekat ke arah Aira,sebuah pelukan hangat yang terasa nyata bagi Aira. Pelukannya masih sama seperti dahulu.

Tangan bunda mulai mengelus surai hitam legam milik Aira. Aira mulai memejamkan mata merasakan sentuhan lembut dari sang ibunda.

"Aira ga boleh kaya gitu, Aira pasti bisa jalanin kehidupan ini. Bunda sayang sama Aira,jangan pernah lakuin hal bodoh seperti ini lagi. Ingat masih ada Allah yang sayang sama Aira." Ucap bunda dengan tangan masih mengelus rambut Aira,sesekali mengecup lembut ubun ubun Aira.

"Ttapi kalo Allah sayang sama bunda kenapa ambil bunda dari aku?!" Tanya Aira yang tak terima ibundanya telah di ambil oleh sang pencipta.

"Kamu tidak boleh ngomong begitu sayang,Allah sayang banget sama bunda mangkanya bunda di ambil terlebih dahulu. Ingat,Allah akan memberikan cobaan kepada hambanya tanpa melebihi kesanggupan makhluknya." Ucap bunda.

Aira masih diam tak bergeming,memikirkan ucapan dari bundanya.

"Ingat ya,bunda pokokknya sayang banget sama Aira. Aira jangan sedih lagi. Masa kesayangan bunda cengeng si."

"Hiks Aira ga cengeng bun,tapi rasanya Aira ga kuat." Cicit Aira.

"Kamu kuat,bunda percaya itu."

Ucapan bunda mampu memberikan perasaan tenang kepada Aira. Ketika Aira melihat wajah bundanya yang tersenyum lebar,tak terasa is tertular dan ikut tersenyum. Setelah beberapa saat,cahaya putih itu semakin hilang bersamaan dengan sang bunda.

"Hiks Aira kuat!!" Ucap Aira sembari melepaskan cutter yang berada di dalam genggamannya.

Patah(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang