Ketika pukul 22.00 Wib,Aira terbangun karena tenggorokannya yang terasa kering. Ia berniat ingin mengambil air minum untuk membasahi kerongkongannnya namun tak menyangka melihat ayahnya tengah makan dan rambutnya terlihat sehabis mandi.
"Ayah baru pulang?" Tanya seorang gadis manis kepada ayahnya, siapa lagi kalau bukan Aira.
Pertanyaan itu terlontar dengan sendirinya dari mulut Aira.
1 detik
2 detik
3 detik
Tidak ada sahutan dari ayahnya, Raka. Selalu saja seperti ini. Kapan ayahnya akan memperhatikan Aira?apakah ayahnya tidak memiliki setitik perasaan sayang kepadanya?
Raka yang di tanya hanya diam tak bergeming. Tak berniat membalas ucapan anak bungsunya,anak? bahkan ia tak menganggap gadis itu anaknya.
Gadis itu,pembunuh istrinya_batinnya
"Hiks kapan Ayah sayang sama Aira?Aira kangen bisa kaya dulu lagi." Lirih Aira dengan air mata yang menetesi pipinya.
Menangis,ya dia hanya bisa menangis. Setiap hari pasti akan ia isi dengan tetesan air mata.
Raka yang mendengar itu hanya terdiam. Hatinya terasa tercubit oleh lirihan Aira namun cepat cepat is tepis karena Aira yang membunuh Mila.
"Seperti dulu lagi?" Tanya Raka datar.
"Iiya Ayah hiks,Aira pengen kaya dulu lagi." Jawab Aira dengan hati hati.
"Apakah kamu bisa mengembalikan istri saya kembali?" Pertanyaan sarkasme keluar dari mulut Raka.
Tatapan tajam Raka mampu membuat merinding tubuh Aira. Aira meneguk ludahnya pelan,takut sekali mendengar ucapan Raka Dan juga tatapan tajam milik Raka.
"Hiks ga bisa Ayah,bbunda udah di ambil sama Allah." Cicit Aira.
"Ya,dia di ambil karena kamu pembunuh!!" Teriak Raka murka, wajahnya merah padam menahan amarah.
"Coba saja jika Mila tidak menyelamatkanmu pasti Mila masih hidup!!" Teriak Raka murka,hilang sudah kesabarannya.
"Dasar anak pembawa sial!!" Teriak Raka sembari beranjak dari tempat duduknya.
Aira hanya terdiam membeku di tempatnya kakinya terasa lemas tak mampu menompang bobot tubuhnya,apakah benar ia anak pembawa sial?
Raka berjalan melewati Aira dan matanya tetap menatap tajam wajah Aira,kenapa wajah Aira sangat persis istrinya?dengan wajah itu mampu menambah kebencian Raka kepada Aira.
"Hiks ayahh maafin Aira. Aira udah bunuh bbunda hiks." Ucap Aira dengan suara paraunya.
Aira memeluk kaki kokoh milik Raka,Raka hanya diam sembari menatap tajam Aira,ia muak dengan gadis cengeng yang tengah memeluk kakinya.
"Lepasin sialan!!" Amuk Raka dengan menghempaskan pelukan Aira.
Raka berjalan menuju kamarnya meninggalkan Aira sendirian dengan tangis yang tak kunjung berhenti.
"Hiks sakit sekali!!" Teriak Aira sembari memukul dadanya kencang.
"Aira capek hiks." Lirih Aira dengan air mata yang tetap terus mengalir tanpa niat untuk berhenti.
Aira bangkit dari duduknya,kini tenggorokannya semakin kering karena tangis tadi. Ia mengambil gelas dan menyalakan dispenser yang berisi air dingin,mungkin bisa menghilangkan sesak di tenggorokannya.
Setelah selesai,Aira berjalan ke atas tangga dan masuk ke dalam kamarnya menutup pelan pintu kamarnya. Ia berjalan menuju sebuah figura foto keluarganya.
Terlihat jelas dalam figura itu bahwa keluarga Mahardika adalah keluarga bahagia. Senyum lebar yang terpatri dalam setiap anggota keluarga membuat hati Aira sedih. Dia penyebab bundanya pergi,dia yang menghancurkan keluarga bahagia mereka.
"Bunda Aira kangen banget sama bunda. Kalo Aira nyusul bunda boleh ngga?disini Aira gaada yang sayang sama Aira kecuali kak Nando. Ayah sama kak Rachel benci banget sama aku bunda. Aku harus gimana lagi?mungkin jika Aira nyusulin bunda mereka bakal bahagia." Ucap Aira perlahan.
Aira tengah mencurahkan perasaanya hingga tak sadar bahwa ada cairan merah yang keluar dari hidungnya. Tangannya menyentuh cairan merah itu dan tersentak kaget.
Deg
"Hiks darah apa ini?" Gumam Aira.
"Apa Allah mau nemuin aku sama bunda?" Monolog Aira.
Seketika kepala Aira terasa berdenyut kencang,Aira meringis menahan sakit itu hingga padangannya mengabur dan kegelapan merenggut paksa kesadaran milik Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah(On Going)
Fanfiction"Pergi kau pembunuh!!" "Dasar anak tidak berguna!!" "Saya tidak pernah memiliki anak seperti kamu!!" "Saya tidak sudi memiliki anak seperti kamu!!" "Lebih baik engkau mati!!" Lontaran kalimat kasar itu sudah terbiasa masuk ke dalam telinga Aira. Ga...