Suara kumandang adzan subuh mampu memecah keheningan malam. Seorang gadis yang mendengar suara panggilan sholat tersebut segera membuka matanya perlahan. Aira,yap gadis itu adalah Aira.
Aira membuka mata kemudian mendengarkan suara adzan sembari membiarkan tubuhnya di atas ranjang. Setelah suara adzan selesai,is segera berdoa dan bangkit dari tidurnya kemudian merapikan tempat tidur termasuk melipat selimutnya.
Kakinya melangkah ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar tersebut. Setelah selesai berwudhu,ia segera melangkahkan kakinya ke lemari untuk mengambik mukena beserta sajadah.
Setelah selesai sholat dan berdzikir, Aira segera berdoa dengan khusyu meminta permohonan kepada sang pencipta.
"Ya Allah maafkan hambamu yang Kotor ini. Tidak sepantasnya aku berburuk sangka kepadamu karena telah mengambil bunda dariku. Ya Allah semoga Bunda tenang di atas sana dan berikanlah hambamu ini kekuatan untuk menghadapi kerasnya dunia,kerasnya sifat ayahku sendiri. Semoga ayah bisa menerimaku kembali ya Allah. Aamiin." Ucap Aira dengan penuh permohonan,hingga air matanya menetes di pipi mulusnya.
Setelah selesai,ia segera mengambil kitab suci Al Qur'an. Ia membuka perlahan dan membacanya dengan hikmat. Rasanya setelah membacanya,is merasakan ada perasaan tenang dalam dirinya. Bunda benar, Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik untukku.
Setelah beberapa saat,Aira menutup Al Qur'an dan mengembalikan ke tempat semula. Ia segera melepas mukena serta melipatnya dengan rapi beserta sajadahnya.
Aira melihat ke arah jam dinding,ternyata sudah pukul 05.30 ia segera bergegas ke arah kamar mandi untuk mandi dan setelah itu mempersiapkan peralatan yang di gunakan untuk bersekolah.
***
Setelah semuanya selesai,Aira segera keluar kamar lengkap dengan tas di punggungnya. Ketika turun dari kamarnya,sayup sayup ia mendengar gelak tawa beberapa orang. Ayah dan kedua kakaknya tengah memakan sarapan diiringi dengan celotehan kakaknya. Suasana disana terlihat sangat hangat,Aira memegang dadanya perlahan. Sakit,ia tak pernah merasakan semua itu. Lihatlah mereka terlihat seperti keluarga bahagia tanpa ada dirinya. Ketika is berada disana suasana yang awalnya hangat menjadi dingin.
Aira memilih menunggu beberapa saat,setelah dirasa siap ia segera mendekati ke arah meja makan. Benar saja,semua mata melihat ke arahnya. Semuanya diam,ayahnya yang semula tengah tertawa kembali merubah ekspresi dinginnya.
"Cih pengganggu!" Ucap seorang gadis cantik yang terpaut sekitar 2 tahun dari Aira.
Rachelina Mahardika. Kakak perempuannya yang usianya hanya terpaut 1 tahun darinya. Gadis cantik dengan sifat supelnya yang kerap di sapa Rachel. Di balik sikap ramahnya ke semua orang berbeda sekali ketika tengah berhadapan dengan Aira. Rachel selalu menampakkan wajah tak sukanya dan jangan lupakan seringaian sinis miliknya.
Aira terdiam di tempat mendengar ucapan menusuk dari kakaknya.
"Udah hel,kamu ga boleh gitu sama Aira. Aira sini duduk dulu kita sarapan sama sama." Ucap seorang laki laki yang tengah tersenyum manis kepadanya,berbeda dengan 2 orang itu.
Fernando Mahardika. Seorang laki laki tampan dengan senyum manis. Ia adalah kakak laki laki yang terbaik bagi Aira. Ia yang selalu menyayangi Aira,sebagai pelindung bagi Aira ketika tengah tertekan di dalam keluarganya.
"Hilihh bela aja terus,itu adek kesayangan kakak!!" Sungut Rachel tak suka dengan tingkah kakaknya yang membela gadis pembawa sial.
Ketika Aira akan mendudukan pantatnya di kursi, seorang laki laki paruh baya yang masih tampan beranjak dari tempat duduknya. Selalu saja seperti ini ketika Aira duduk,seakan Aira adalah makhluk yang membuat selera makannya menghilang.
Raka Mahardika. Ayah dari Aira, seseorang yang paling membenci Aira. Menurutnya Aira adalah penyebab kepergian dari istrinya. Sampai kapanpun ia akan membenci Aira.
"Ayah udah?" Tanya Rachel ketika melihat ayahnya bangkit dari duduknya.
"Iya sayang,ayah udah kenyang." Jawab sang ayah dengan senyum tipisnya.
"Rachel bareng ayah ya,males kalo sama supir tuh." Pinta Rachel dengan wajah puppy eyes nya.
Raka semakin tersenyum lebar mendengar ucapan dari putri kesayangannya. Ia segera mendekati ke arah Rachel.
"Iya sayang, ayah tunggu di mobil." Ucap Raka sembari mengelus lembut surai coklat milik Rachel dan setelahnya berjalan ke arah pintu.
Aira yang melihat itu hanya tersenyum kecut,kapan ia akan seperti itu? Sepertinya tidak akan pernah karena Raka sangat memencinya.
"Yess." Ucap Rachel sembari tersenyum sinis ke arah Aira.
Rachel segera menyelesaikan sarapannya kemudian beranjak keluar menyusul sang ayah. Nando yang melihat itu merasakan sakit,Aira tak pernah merasakan seperti itu.
Nando melihat ke arah Aira yang masih terdiam di tempatnya. Wajahnya terlihat murung sekali. Sebenarnya Nando ingin protes kepada ayahnya,namun ayahnya akan semakin membenci Aira. Ia tak ingin Aira semakin di benci oleh ayah kandungnya sendiri.
"Kamu mau bareng kakak dek?" Tawar Nando kepada Aira.
Aira yang mendengar pertanyaan dari kakaknya langsung menoleh ke arah wajah sang kakak. Senyum manis yang selalu terpatri dalam bibirnya.
"Emang kakak ga kerepotan?kita kan beda arah." Ucap Aira lembut.
"Ngga kok,kebetulan masih ada waktu buat balik lagi daripada kamu kelamaan nunggu angkot." Ucap Nando meyakinkan Aira.
Aira kini tengah berpikir untuk menerima tawaran dari sang kakak. Tangannya melihat ke arah jam tangannya. Gawat tinggal 20 menit lagi Bel akan masuk,belum lagi angkot yang di tumpanginya lama sampai menunggu penumpangnya penuh.
"Ehm iya kak."
"Yaudah kakak manasin motor dulu,kalo udah selesai segera susul kakak ke depan ya." Ucap kak Nando sembari berjalan ke arah garasi.
Aira segera menyelesaikan sarapannya dengan cepat karena takut terlambat dan mendapatkan hukuman dari guru BK yang killer.

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah(On Going)
Fiksi Penggemar"Pergi kau pembunuh!!" "Dasar anak tidak berguna!!" "Saya tidak pernah memiliki anak seperti kamu!!" "Saya tidak sudi memiliki anak seperti kamu!!" "Lebih baik engkau mati!!" Lontaran kalimat kasar itu sudah terbiasa masuk ke dalam telinga Aira. Ga...