Saat ini kelas Xll IPA 1 tengah berada di lapangan outdoor SMA Harapan. Lapangan yang luas kini tengah mereka gunakan untuk ujian praktek. Yap, sebentar lagi mereka akan lulus dan merasakan bagaimana kerasnya dunia.
Saat ini kelas tengah melakukan percobaan servis. Satu pasang yang berisi 2 orang itu berdiri saling berhadapan. Aira yang kebetulan tidak bersama Alysa kini malah berpasangan dengan Rachel. Saat aba aba di mulai Rachel mengeluarkan senyum smirk nya.
"Kena Lo sama gue!" Gumam Rachel dengan senyum smirk.
Awalnya servis dari Rachel masih biasa saja namun ketika mereka akan selesai tiba tiba Rachel membuat servis kencang dan mengenai kepala Aira.
"Dugg!!" Suara keras bola yang mengenai sesuatu kini mengalihkan perhatian siswa siswi IPA 1.
"Aww." Ringis Aira.
Aira yang belum sempat menghindar dari bola yang ingin mengenai tubuhnya kini tiba tiba kepalanya terkena bola dengan kencang hingga akhirnya membuatnya pusing. Tangannya memegang kepalanya yang terkena benturan dan matanya yang berkunang kunang hingga membuat pandangannya mengabur hingga kesadarannya terenggut paksa.
Semua siswa kaget melihat Aira dan tak terkecuali Leon. Leon segera berdiri dan berlari ke arah Aira. Tangan kokohnya mengangkat tubuh ringkih milik Aira. Banyak sekali bisikan bisikan dari teman temannya namun ia hiraukan.
Alysa yang sebelumnya tengah beradu argumen dengan Rio pun menghentikan aktivitasnya. Matanya memebelalak kaget ketika melihat tubuh Aira limbung. Tanpa ba bi bu ia segera berlari mengikuti Leon yang tengah membopong Aira menuju UKS.
Di dalam UKS,kak Lia yang merupakan dokter SMA Harapan dan juga anak PMR yang tengah berjaga pun kaget ketika melihat seseorang yang membuka paksa pintu UKS tanpa mengetuk terlebih dahulu. Leon segera merebahkan tubuh Aira di atas kasur UKS dengan sprai putih bersih. Setelah itu merasakan ada seseorang yang mendekat ke arahnya ia segera mundur karena anak anak PMR akan memberikan penanganan pertama bagi Aira.
Kak Lia bergerak cepat dengan melonggarkan atribut yang membuat tubuh Aira menjadi sesak supaya ia tidak kesulitan untuk bernapas. Setelah semua sudah di longgarkan,kak Lia mengambil minyak kayu putih dan di oleskan di hidung mancung milik Aira.
Leon melihat wajah pucat pasi milik Aira membuatnya sedih. Ia tak pernah melihat Aira kesakitan sebelumnya. Hatinya merasakan khawatir dengan keadaan Aira saat ini. Ia tak ingin ada apa apa terhadap gadisnya.
Eh
Gadisnya?sejak kapan Aira menjadi gadisnya? entahlah mungkin Leon tengah berhalusinasi. Alysa yang berada di samping Leon pun sama khawatirnya terhadap Aira. Sahabatnya pingsan membuat tubuhnya lemas seketika. Tangannya saling bertautan dan sesekali meremasnya kuat untuk meredam kekhawatirannya.
Setelah beberapa saat,mata Aira terbuka pelan ketika Indra penciumannya merasakan sebuah wangi kayu putih yang masuk ke dalam hidungnya. Matanya mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
"Ra,Lo gapapa?" Tanya Alysa yang saat ini berada tepat di samping kasur putih yang di tiduri Aira.
Aira tersenyum tipis ketika melihat kehadiran Alysa dan juga Leon. Leon?melihat itu membuat hatinya berdesir hangat apalagi ketika melihat Leon menatapnya dengan tatapan khawatir bukan tatapan datar seperti biasanya. Aira tak berharap lebih namun melihat Leon membuatnya senang.
"Iya gapapa kok sa." Ucap Aira lirih.
Tubuhnya kini terasa lemas setelah pingsan tadi. Yang ia ingat hanya bola yang akan mengenai kepalanya dan setelahnya ia sudah lupa.
"Beneran Ra?kalo masih sakit gue ijinin ke guru kelas biar Lo pulang aja." Tawar Alysa.
"Ga usah,nanti juga sembuh kok. Mau tiduran bentar aja biar pusingnya ilang." Ucap Aira dengan senyum tipisnya.
Alysa menghela napas pelan, sahabatnya itu memang keras kepala sama seperti dirinya. Leon yang sedari diam melihat wajah pucat Aira seperti kehausan akhirnya berinisiatif untuk mengambil air teh yang tadi di siapkan oleh anak PMR.
Leon menyodorkan segelas teh hangat ke pada Aira. Aira yang masih bingung hanya mengerjapkan matanya pelan. Ia tengah berpikir oleh tindakan tiba tiba milik leon. Leon yang sadar pun akhirnya mengucapkan sesuatu.
"Minum."
"Eh?"
"Diminum dulu Ra,Lo pasti haus kan." Ucap Alysa yang paham akan maksud dari Leon.
Aira yang mendengar itu segera mengambil segelas teh itu dan meminumnya pelan. Tenggorokannya yang kering kini akhirnya teraliri oleh air. Setelah dirasa cukup,tangannya terulur ke arah meja kecil di sampingnya namun dengan sigap Leon mengambil alih gelas tersebut.
Alysa yang melihat peristiwa di depannya kini sibuk memperhatikan keduanya. Hatinya berkata bahwa Leon memiliki rasa kepada sahabatnya itu. Secara Leon yang merupakan manusia datar yang tak pernah peduli dengan siapapun namun berbeda kepada Aira. Lelaki tersebut perhatian kepada Aira berbeda ketika bersama orang lain. Pikirannya terlintas ketika seusai Aira pingsan tadi dengan sigap Leon membopong tubuh Aira dan berlari ke arah UKS dengan langkah yang cepat namun Alysa tidak dapat melihat wajah panik milik Leon.
Alysa hanya tersenyum simpul, setidaknya ada laki laki yang peduli kepada Aira. Ralat,banyak sekali lelaki yang selalu mendekati Aira namun oleh sahabatnya tidak di gubris hingga mereka memilih mundur teratur karena tidak mendapat balasan dari Aira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah(On Going)
Fiksi Penggemar"Pergi kau pembunuh!!" "Dasar anak tidak berguna!!" "Saya tidak pernah memiliki anak seperti kamu!!" "Saya tidak sudi memiliki anak seperti kamu!!" "Lebih baik engkau mati!!" Lontaran kalimat kasar itu sudah terbiasa masuk ke dalam telinga Aira. Ga...