This is too hard, is this path right for me?
I am confused,
Never leave me alone.___
Mungkin, bisa disimpulkan kalau Lila adalah anak yang berbinar-binar saat menatap mimpinya. Bagi Lila, itulah harapan dan cara ia untuk kembali berbahagia.
Buktinya, anak itu sudah banyak berkarya. Menghabiskan tiga perempat kesehariannya untuk menulis dan membaca.
Lila tidak percaya, saat begitu banyaknya postingan di media sosial, mengeluhkan kehidupan yang tak pasti. Bahwa hidup tak pernah tenang dan rindang.
Setiap hari, Lila meyakinkan dirinya bahwa ia bahagia. Ia mengatur jam dan membuat dirinya sibuk tersenyum manis dan tertawa renyah. Bukannya tak butuh orang lain, Lila cuma tak mau bergantung pada siapa pun.
Tapi, mulai hari ini, ia merasa tersesat. Apakah ini sebuah karma?
Lila tahu siapa dirinya dan apa yang ia bisa. Tapi, pertanyaan singkat yang tampak sepele mulai mencuat dalam benak.
Apa keseharianku yang menimbun tulisan sebanyak ini, bisa menjamin masa depanku?
Bagaimana aku akan hidup?
Apakah aku berhenti saja? Aku tidak tahu kenapa aku melakukan semua ini.
Apa ini mimpiku? Yakinkah aku?
Setelah semua ini, apa yang akan aku lakukan?
Pertanyaan itu, dengan kritisnya menohok diri Lila sendiri.
Tatapannya mulai lesu dan ia terdiam cukup lama di dalam ruang belajarnya. Sendirian, dalam rumah tua yang tak pernah terasa begitu hidup jika bukan Lila yang berisik dan berusaha membuat rumah itu "ramai".
Kesepian? Aku?
Tidak.
'Aku tidak akan pernah merasakannya. Aku membaca banyak jurnal penelitian dan artikel profesional. Kini, setelah melihat jutaan orang merasa kesepian, aku tahu penyebabnya. Aku, tidak akan mengizinkan diriku menyentuh penyebab rasa kesepian.'
Lila memang tak pernah menyebut kalimat-kalimat itu secara langsung dalam benaknya. Tapi, kenyataannya, itulah bagaimana ia berpikir.
Lila yang lembut dan santai itu, terlalu keras pada dirinya. Ia menunutut untuk selalu gembira dan merasa cukup.
Tahu mengapa Lila mendesak dirinya untuk menolak mengalami banyak hal?
Lila takut. Ia takut akan rasa kesepian, sebab itulah ia menghindarinya.
Ia takut akan masa depan, sebab itu ia menolak bersikap dewasa. Batasannya adalah tidak manja dan menjadi orang yang bertanggung jawab.
Meskipun pemikirannya sudah seperti orang dewasa, Lila tak ingin itu membuatnya membayangkan masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast; Lie
Teen FictionSemua orang sakit. Semua orang pura-pura. Semua orang bohong. Kenapa semua orang tega melakukan ini? Padahal, hidup Lila sudah mulai baik-baik saja. Lila benci orang munafik, egois, dan mereka yang pura-pura paham tentang Lila. Mereka yang datang...