Semua orang sakit. Semua orang pura-pura. Semua orang bohong.
Kenapa semua orang tega melakukan ini? Padahal, hidup Lila sudah mulai baik-baik saja.
Lila benci orang munafik, egois, dan mereka yang pura-pura paham tentang Lila.
Mereka yang datang...
"Huft. Ketuk pintu sambil salam dulu, Mas Ardhan."
Gue ngeluh tanpa noleh sedikit pun. Iya, tanpa nengok juga gue tahu kalau yang buka pintu rumah sembarangan itu Ardhan.
"Et, makanya jangan gelap-gelapan. Baru balik lo? Udah jadi anak malam?" omel Ardhan diiringi bunyi berisik plastik yang gue sendiri gak tahu plastik apa.
"Lagian, stop call me 'mas' please. Gue bukan mas lo!" lanjutnya.
Salah gue di mana? Dari dulu, setiap kali gue panggil 'Kak, Bang, A', atau bahkan namanya sekali pun, dia gak pernah langsung nyahut.
Giliran dipanggil 'Mas' langsung nengok.
Kan gue jadi berasa jadi pemeran sinetron yang manggil pemeran cowoknya 'Mas'.
"Iya iya," gue nurut aja. "Gue baru balik, tapi bukan anak malam juga, anjir." sambung gue.
"Terus kemana? Wait, lo gak habis pacaran, kan?!" Nada suara Ardhan naik. Kenapa coba dia?
Amin, sih. Pacaran sama Kak Dirga, uwu. Gemessendiriguebayanginnya.
"Emang kenapa sih kalau abis pacaran? Kan uwu." Gue yang baru selesai nyuciberas, datengin Ardhan di ruang tamu setelah bersihintangan gue pakai lap bersih.
"Halah, gak usah deh pacar-pacaran. Lo tuh gak tau apa-apa soal cinta." Suara Ardhan kedengaran lebih dingin. Ah, udah biasa.
Ardhan itu udah kayak abang sendiri buat gue. Umur kita beda enam tahun, tapi dia gak pernah ngasih gue buat bertingkah kayak adik kecil di depan dia.
Awalnya aja, dia sempat ngusir gue, bilang 'Jauh-jauh sana, janganganggugue.' sambil megang rokok.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu itu mukanya bonyok banget, gue gak paham dia habis ngapain. Gue mau nanya, tapi nyamperin aja langsung diusir. Gimana?
Giliran gue yang kelihatan lusuh sambil nangis, dia langsung nyamperin gue sambil ngomel-ngomel.
'Ribut sama siapa? Masihkecil aja suka ribut. Mana, mana orangnya?'
Padahal gue lusuh habis nolongin kucing ketabrak motor, terus nangis karena kucingnya meninggal. Tukang nethink Ardhan mah.
Kita tetanggaan, tapi tetangga aja ngira gue adik kandung Ardhan.
"Itu apa?" tanya gue sambil lihat bungkusan plastik yang dibawa Ardhan.
"Ayam geprek," Ardhan yang tadinya duduk sedikir bungkuk, sekarang nyender di sofa.
