4. Selfish

218 71 0
                                    

Kelas Sudah kosong. Namun dua insan di dalam kelas ini masih enggan bergerak dari meja nya

Dua insan tersebut yaitu : Jiya dan junkyu

Jiya hanya melamun. Menatap putihnya papan tulis yang berada didepan

Sedangkan junkyu- tertidur, menenggelamkan wajahnya kepada lipatan tangan yang ia tumpukan di meja

"Kim junkyu... Kenapa ya Kita harus menjadi manusia? Kenapa kita mempunyai orang tua? Kenapa manusia harus bersosialisasi? Rasanya aku ingin menjadi roti saja. Tak perlu hidup, namun dapat membuat orang bahagia karenanya "

Kim junkyu membuka matanya. Dia merubah arah kepalanya menghadap Jiya. Anak bebek itu terlihat sedih

"Selain tidak bisa diam seperti anak bebek. Kamu senang berovertingking juga Ternyata"

Jiya melirik junkyu "semua orang juga suka berovertingking"

Junkyu kembali terdiam, dia sendiri juga tak tau jawaban yang jiya tanyakan

"Kim junkyu... Kenapa orang dewasa itu merepotkan sekali. Apabila tidak kuat mempunyai anak, kenapa harus membuat anak? Menang enaknya saja. Tapi tidak bisa bertanggungjawab"

Junkyu mengangguk
"Orang dewasa itu egois" jawabnya

Jiya menatap junkyu dengan serius. "Benar mereka egois sekali! Menyebalkan"

Junkyu memejamkan matanya "Sepertinya kamu sangat membenci orang dewasa"

Jiya Merubah raut wajahnya sedih "Tidak. Aku hanya Sedih. Aku tidak tau Ibu ku ada dimana semenjak aku bangun dari kecelakaan... Aku bahkan tidak tau, apa aku mempunyai ayah. Foto mereka tidak ada dirumah"

"Tapi aku tak bisa membenci mereka" jiya menundukkan kepalanya

Junkyu menatap jiya. Ternyata dia tak jauh beda dengannya

"Saya tidak suka keramaian" ucap Kim junkyu tiba tiba "saya lebih tenang apabila saya sendiri" lanjutnya

Jiya mengangguk "Tapi sayangnya. Aku membenci sendirian" gerutunya seperti bisikan

"Ah Kim junkyu kenapa kita jadi akrab yaa?" Tanya jiya menghadap junkyu

Junkyu terbangun. Dia menghendikan bahunya

Semenjak kejadian Junkyu memberikan roti roti nya kemarin. Mereka semakin dekat . Bahkan Junkyu sudah Sering mengajak Jiya mengobrol

"Roti mu tinggal berapa?"

"Tinggal tiga. Cukup untuk makan malam nanti"

Junkyu mengangguk "besok Saya bawakan sepuluh bungkus. Kamu ingin rasa apa?"

Jiya tersenyum lebar. "Terserah! Aku akan memakan semua rasa yang kamu bawa"

Junkyu mengangguk
"Pulanglah. Saya akan pulang"

"Iyaaa"

Junkyu melangkahkan kakinya meninggalkan jiya sendiri dikelas

Hah... Jiya akan sendirian lagi...

Sampai pintu ,langkah junkyu terhenti "Park Jiya. Jangan terlalu percaya dengan orang lain. Termasuk dengan saya. Saya hanya manusia menyeramkan dan pembawa sial"

Ucapan panjang Junkyu tersebut berhasil membuat jiya termangu

"Kim junkyu, hidupmu pasti sulit sekali ya? " lirihnya pelan

**✿❀❀✿****✿❀❀✿****✿❀❀✿**

Jiya melangkahkan kakinya untuk berkeliling ke penjuru sekolah. Dia enggan pulang ke rumah

Entah mengapa tapi dia lebih senang berada disekolah

"Ini kelas sastra Korea... Kece sekali"

Jiya Mengambil jurusan 10 MIPA 5 - lebih tepatnya ibu nya yang memilihkannya

hhh, dia ingin menangis saja rasanya. Dia tidak pernah mengerti tentang perhitungan

Tapi kenapa ibu nya malah mendaftarkannya di MIPA?!

Sudahlah tidak apa apa. Disana dia bahagia kok. Dia juga bisa bertemu malaikat seperti junkyu

DUGHH

"MATI KAU SAMPAH!"

"BISA BISANYA KAU TAK MEMBAWA UANG"

Jiya mematung. Di Samping Ruang musik terdapat koridor. Di sana terdengar suara suara seperti pukulan

"KIM JUNKYU SAMPAH"

Kim junkyu?

Dengan cepat jiya berlari. Menuju koridor di samping ruang musik tersebut

Dia melihat Kim junkyu dipukuli habis habisan oleh 4 siswa. Tidak- lebih tepatnya junkyu dikeroyok oleh mereka

Junkyu tidak melawan, Pandangannya kosong. Badannya Memar. Wajahnya Berdarah

Tidak. dia tak boleh membiarkan Kim Junkyu dipukuli begitu saja

Jiya berlari menuju ruang guru. Namun, Disana tidak ada guru sama sekali. Di lapangan juga tidak ada siswa/siswi.

Kemana semua orang orang ini?!

Astaga Rasanya jiya ingin menangis

Jiya berhenti dari larinya. Satu satunya yang dapat dia andalkan saat ini yaitu dirinya sendiri

Jangan terlalu bergantung pada orang lain. Sekarang Kim junkyu dalam bahaya. Tidak ada waktu untuk Memikirkan hal yang lain

Jiya menggunakan tudung jaketnya. Dia berlari dengan cepat. Untung saja. lari nya lumayan cepat- apabila dia sedang panik saja

Sampai koridor, jiya langsung mendorong orang orang yang memukuli junkyu hingga mereka terjatuh

Tak ingin menyia nyiakan kesempatan

Dia menarik junkyu. Dan membawanya pergi dari sana

Still life | Junkyu TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang