17. Haruto

157 48 4
                                    

Jiya dan hanbin sudah duduk dimeja makan. Mereka sedang menunggu Haruto- anak tunggal pak dokter

"Sebentar ya nak" saat Dokter hanbin hendak berdiri. Haruto datang dengan wajah datarnya

Hanbin tersenyum sekilas . Jiya melambaikan tangannya pada haruto

"Hai haruu" sapa nya

Haruto melihat hanbin dengan tatapan bertanya "oh ini Park jiya. Dia akan tinggal dengan kita mulai sekarang"

Haruto hanya mengangguk tak peduli, tak terkejut, maupun antusias, Pemuda itu beralih duduk disamping sang ayah

"Jiya dimakan ya. Jangan sungkan"

Jiya mengangguk antusias. Dengan tangan bergetar dia mulai menyuapkan nasi itu perlahan lahan. Rasanya antara percaya tak percaya

Mengapa bisa manusia yang bahkan baru ia kenali menjadi sebaik ini? Orang orang yang ia temui begitu baik...

Dirinya menghela nafas, lelah rasanya hidup tanpa arah, tanpa bisa mengingat apa apa. Rasanya seperti zombie, hidup tanpa arah dan tujuan.

"Dokter hanbin" panggil jiya pelan. Jiya terisak. "Maafkan jiya" lirihnya "jiya sudah merepotkan ibu, junkyu, bahkan sekarang pak dokter"

"Tidak usah dipikirkan jiya"

"Paman. Jiya rindu dengan ibu" tatapan jiya berubah kosong

"Apa sekarang jiya benar benar tidak bisa mengingat masa lalu jiya selamanya ya paman?"

"Jiya seperti baru terlahir kembali. Entah baik atau buruk. Jiya tetap ingin mengingat semuanya. Semua tentang jiya. Hidup jiya"

Dokter hanbin yang semula nya diam. Mulai angkat bicara
"Takdir Hidup tak pernah bisa ditebak nak... Ada manusia yang awalnya kaya raya namun sekejap mata kehilangan semua harta bendanya. Begitu juga kehidupan, manusia sangat pintar bisa saja diambil kepintarannya, apalagi akal dan pikiran... Jika Tuhan berkehendak, mengapa tidak?"

Jiya terdiam sejenak, menatap dokter itu dengan nanar. Rasanya ingin menangis namun dirinya sudah sering sekali menangis di hadapan dokter hanbin, Dia tak ingin membebani beliau

"Waktu itu saat Kamu kecelakaan, Kamu datang kerumah sakit sendirian, Dengan keadaaan sangat parah kamu jalan sempoyongan dengan keadaan penuh darah dari kepala hingga kaki, jalan terseok Seok, kaki kananmu kamu seret, nafas sudah tersenggal senggal, kepala tak berhenti mengucurkan darah, belum lagi Kamu yang hampir kehilangan kesadaran"

"Kami sangat terkejut waktu itu. Rasanya sakit hati, kecewa bercampur jadi satu, waktu itu kami telat menjemput kamu hingga kamu berjalan sendiri ke rumah sakit dengan keadaan seperti itu" ujar dokter hanbin dengan kedua mata berkaca kaca

"herannya, dengan kondisi itupun kamu sama sekali tak merepotkan orang orang. Tidak berteriak teriak meminta tolong, tidak menangis histeris, tidak menganggu sama sekali.. Setelah melihat kamu, kami langsung bergegas membawa kamu ke bangsal, lalu ke ruang ICU, waktu itu potensi hidup kamu cuman 20 persen. Jika telat sebentar saja kamu sekarang sudah tidak ada... Mungkin saya akan merasa bersalah selamanya jika hal itu terjadi.  Sampai sekarang kamu masih tak percaya bisa menyelamatkan kamu. Kita berusaha selama 9 jam di ruang ICU. Kamu hebat, kamu manusia terhebat yang pernah saya temui..."

Gadis itu tak bisa menahan tangisannya lagi. Dada nya terasa sesak.. begitu sesak. Dia benar benar pernah melewati antara hidup dan mati ya?

"Terimakasih dokter. Terimakasih sudah menyelamatkan saya. Saya tak tau harus membalas kebaikan anda dengan apa.."

"Hiduplah dengan bahagia, itu saja yang bisa saya harap"

Haruto yang sejak tadi menyimak ucapan hanbin menatap gadis didepannya ini tak percaya.

Still life | Junkyu TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang