16. Endure

167 45 7
                                    

happy Reading~

"Bagaimana hoon. Kamu sudah menemukan adikmu?"

"Papa sungguh merindukannya. dimana lagi kita akan mencarinya?"

Jihoon menggeleng tak perduli. Bahkan di ruang makan pun, Papa nya terus membicarakan adiknya yang menghilang itu

Sejujurnya jihoon frustasi. Jihan, Jihan dan Jihan. 10 tahun jihoon hidup, Jihoon terus mendengarkan keluhan sang papa tentang kembarannya itu

Jihoon seperti ingin mati. Pagi, siang, hingga malam Beliau terus menerus membicarakan adiknya. Tak tau mengapa, Hanya jihan yang ada di otak pria tua itu

Apa perlu jihoon menghilang seperti jihan, Agar pria itu juga memperhatikannya sedikit saja?

Jihoon muak. Rasanya dia ingin berteriak dengan keras dihadapan Manusia yang sudah hidup dengannya selama 17 tahun, Namun itu tak akan mungkin Terjadi, Ia terlalu takut

Jika kalian mengira jihoon itu jahat dan pembangkang maka kalian salah. Jihoon itu anak yang cukup penurut, pendiam dan cukup pintar. ia hanyalah korban pelampiasan kekesalan dari orang tua nya

Sekali dua kali, Tak jarang Pria tua itu menyalahkan jihoon atas menghilangnya jihan, Jihoon disalahkan karena tidak becus menjaga adik kecilnya itu

Namun bagaimana bisa menjaga nya jika saat kejadian itu dia pergi bersama papa nya? Jihoon juga tak akan mengira hal mengerikan itu terjadi pada adiknya. Jika tau hal itu akan terjadi, jihoon akan mengunci jihan di kamar agar gadis itu tak akan pergi kemana mana

Ah... Sial memikirkannya sudah membuat jihoon sesak. Nafsu makan jihoon mendadak menghilang, tak hanya itu rasanya ia juga sangat mual

Jihoon berdiri meninggalkan papanya tanpa sepatah kata. Bahkan, pemuda itu tidak menyentuh makanannya sama sekali

Di dalam kamar, jihoon termenung. Jika saja junkyu tidak mengajak jihan pergi waktu itu. Jihan tidak akan menghilang dan tidak akan menghancurkan hidupnya seperti ini

Kenapa harus junkyu yang bisa selamat dan hidup? Kenapa bukan adiknya saja? Itu sangat tidak adil
Junkyu bedebah itu yang seharusnya menghilang

Jihoon merasa pusing, ia tidak bisa berpikir jernih. Tubuhnya ia rebahkan pada ranjang, Pikirannya Melayang

Tiba tiba jihoon teringat kejadian tadi siang. Dimana dia yang sengaja memukul gadis itu karena emosi. Sial, entah mengapa rasa bersalah tiba tiba muncul di benaknya

Ah Tidak. Dia tidak seharusnya merasa bersalah. Gadis itu yang memancing amarahnya terlebih dahulu

Melihat junkyu saja sudah emosi. Ditambah omong kosong gadis itu. Emosi jihoon semakin meledak ledak, seperti bom waktu

Jihoon memejamkan kedua netranya, pemuda itu merasa sedikit tenang. Ah rasanya Dia ingin tertidur dengan tenang seperti ini, selamanya.


**✿❀❀✿****✿❀❀✿****✿❀❀✿**


"Kamu mau berdiri di sana terus jiya?" tanya dokter hanbin heran melihat gadis itu hanya termenung di dekat pintu

Gadis itu tak berhenti menatap rumah itu dengan tatapan takjub. "Rumah paman bagus sekali"

"Terimakasih pujiannya. Sekarang kamu bisa pergi kekamar kamu yang Sudah saya siapkan"

Jiya mengangguk antusias

"Kamar nya diatas. Pintu kayu dengan cat cokelat"

"Baik paman dokter!"

Still life | Junkyu TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang