Seminggu sudah setelah kejadian menghebohkan dikantor. Dira kini mendapatkan sindiran dan lirikan tak suka dari Listi atau beberapa wanita lainnya secara terang-terangan, namun Dira jelas saja mengabaikan itu, terlalu buang-buang waktu untuk meladeni orang-orang seperti itu. Meskipun ada beberapa orang yang tak menyukai hubungannya dengan Abyan tapi jelas saja ada yang mendukung hubungan mereka, salah satu contohnya ya siapa lagi jika bukan sang Sahabat, Citra. Bahkan menurut Dira, Citra adalah orang yang paling bahagia mendengar kabar itu.
"Dir, besok weekend lo ada acara gk?" tanya Citra.
Dira yang tengah membereskan barang-barangnya menoleh. "Kenapa emang?" tanya balik Dira.
"Jalan yuk, kesepian gue," ucap Citra dengan wajah yang mengenaskan.
"Kenapa gak sama Restu aja? biasanya lo sama dia," ujar Dira menggoda sahabatnya itu.
"Ih apaan si, mana ada gue jalan sama perkedel tahu kaya dia," ucap Citra sambil bergidik sebal.
Dira menggeleng-gelengkan kepala. "Nyangkal terus ya, dikira gue gak tau itu yang merah-merah dileher lo ulah siapa."
Citra mendengar itu gelegapan langsung menutupi lehernya dengan rambut panjangnya. "Bu bukan i ini tuh... emm--"
"Ini tuh apaan? ngeles mulu lo," ucap Dira menggelengkan kepalanya, "ngaku aja kenapa si?" desak Dira.
Citra mengigit bibirnya sambil mengernyitkan dahinya, mencoba mencari penyangkalan lain sampai matanya menangkap sosok tinggi dan tampan yang kini tengan berjalan mendekat. "Engga, ngaco lo! udah sana balik, tuh pangeran lo udah jemput."
Dira menoleh dan ya Abyan tengah berjalan mendekat kearahnya dengan senyum indah yang selalu dia tunjukan untuk Dira.
"Kali ini lo bisa lepas, tapi lainkali mungkin..."
"Aiss!! udah-udah sana cabut!"
"Hem, bye." Dira tersenyum singkat lalu berjalan menjauh menghampiri Abyan. Diruangan kini hanya ada beberapa orang saja, karena memang ini sudah jam pulang malah sudah lewat dari setengan jam yang lalu.
"Pulang?"
"Hem," balas Dira singkat, jangan kira sifat Dira sudah berubah sepenuhnya. Dira masih dia yang kadang tajam jika berkata.
Abyan tak melunturkan senyumnya dia mengambil tangan Dira dan menggandengnya sampai mereka masuk kedalam mobil baru Abyan melepaskannya.
"Mau makan dulu?" tanya Abyan saat mereka baru saja keluar dari daerah perusahaan.
"Bapak laper?"
"Mas, Dira. Kan sekarang cuman berdua," kata Abyan mengoreksi, ya Dira sepakat untuk memanggil Abyan Mas jika sudah diluar kantor atau hanya ada meraka berdua saja, namun lebih tepatnya si Dira dipaksa.
"Hem, Mas laper?" ulang Dira sambil menghela nafas, lidahnya masih sangat asing memanggil Abyan dengan embel-embel Mas.
"He'em, tadi gak sempet makan sian ada rapat."
Dira mengagguk mengerti. "Yaudah."
"Oke, kita cari sekitar sini aja ya? Mas udah laper banget."
Dira merasa telinganya ada yang menggelitik saat mendengar Abyan memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Mas. Dira hanya mengaguk singkat saja membalasnya.
Dan sesampainya mereka disalah satu restoran yang lumayan rame didaerah sana, Abyan langsung saja memesan dan kini mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Abyan dengan ponsel dan Dira dengan pikirnnya.
"Mas udah ijin sama Bapak," ucapn Abyan memutus lamunan Dira.
Dira mengangguk, jadi sedari tadi Abyan tengah meminta ijin pada Bapaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejarmu
ChickLitKetika ego yang mereka pertahankan. Abyan yang lelah mengalah dan Dira yang merasa dirinya memang tak salah. "Harus seperti apa lagi saya memperjuangkan mu? Seberapa lama lagi saya harus menunggu mu membuka hati?" Tatapan Abyan tak lagi hangat. Fr...