Promosi.
***
"Maaf pak, ini laporan bulan kemarin." Dira dengan sopan menaruh berkas yang ia bawa.
Nino mengambil, membukanya sekejap.
"Iya, terima kasih Dira."
"Sama sama Pak, kalau begitu saya permisi." Anandira yang merasa menang tak ada kepentingan lainpun pamit undur diri. Namun lagi lagi... .
"Tunggu, tunggu... ." Cegah Nino dengan cepat pula.
"Duduk dulu Dira, ada yang ingin saya tanyakan," ujarnya.
Dira yang hanya bawahan, bisa apa? Menolak? Mana berani. Dira menghela nafasnya pelan sambil tersenyum sopan ia duduk di atas kursi yang berada di depan Nino.
"Ada apa Pak?" Tanya Dira.
Dira melihat Nino membuka laci meja lalu mengeluarkan dua lembar foto lalu menyodorkannya pada Anandira.
"Menurut kamu mana yang lebih bagus untuk Jio?" tanya Nino.
Kan? Apa dibilang. Jio adalah anak tunggal dari duda dihadapannya ini.
Anandira kembali menghela nafasnya saat melihat kedua foto yang berada di hadapannya. Ini terlalu receh untuk menghambat pekerjaannya.
Namun meskipun terpaksa Anandira tetap memilihkan. Anandira menunjuk foto sebelah kiri, sepeda roda tiga.
"Kenapa kamu memilih ini?" Tanya Nino.
"Jio masih kecil, jika dia terus diberi mainan mewah tak menutup kemungkinan besar nanti dia harus terus menggunakan barang barang mewah. Lagipula bermain sepeda lebih bagus untuk gerak motoriknya," jelas Anandira dengan panjang.
Nino yang mendengar penuturan itu pun mengangguk ngangguk mengerti.
"Saya selalu suka cara pemikiran kamu," puji Nino pada Anandira.
Jika perempuan lain akan langsung berseri seri, pipi memerah malu. Anandira jangan harap, bahkan dia hanya tersenyum tipis itupun masih untung. Anandira tak akan mempan dengan hal hal seperti itu.
"Ada lagi Pak? Kalau tidak..--"
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu menghentikan ucapan Dira.
"Masuk." Titah Nino dan muncullah sang sekretaris, Hanum.
"Maaf Pak, rapat dimulai 10 menit lagi." Beritahunya.
Nino mendengar itu mengangguk. "Baiklah. Dira kamu ikut saya rapat," kata Nino membuat Dira sedikit terkejut.
"Tapi Pak--"
"Rapat akan terkait dengan produk yang kamu tangani, makannya saya mengajak kamu." Potong Nino sebelum Dira menyelesaikan ucapannya.
Anandira tak ada lagi alasan untuk menolak, jadi akhirnya dengan terpaksa dia mengikuti perintah Nino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejarmu
ChickLitKetika ego yang mereka pertahankan. Abyan yang lelah mengalah dan Dira yang merasa dirinya memang tak salah. "Harus seperti apa lagi saya memperjuangkan mu? Seberapa lama lagi saya harus menunggu mu membuka hati?" Tatapan Abyan tak lagi hangat. Fr...