🍪7

13K 2.1K 325
                                    

Lisa melebarkan bola mata, menatap terkejut pada Jungkook yang tahu-tahu sudah menyodorkan ponsel berwarna hitam itu tanpa diperintah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa melebarkan bola mata, menatap terkejut pada Jungkook yang tahu-tahu sudah menyodorkan ponsel berwarna hitam itu tanpa diperintah. Belum lagi dengan pernyataan si pemuda yang membuatnya semakin dibuat tak percaya. Kesal setengah mati. Apa-apaan ini?

"Hei, kau--"

Tuan Kim tampak bahagia. Raut wajahnya secerah sinar mentari tatkala menyambar ponsel Jungkook. Oh, tentu saja. Ia akan memilih sesuatu yang paling menguntungkan, yang paling cepat menghasilkan uang, sehingga membuat Lisa tak bisa melancarkan protes.

Lisa membuang pandangan dengan perasaan jengkel, sementara Jungkook kini menunjukkan layar ponselnya pada Tuan Kim, yang menampilkan bukti bahwa ia telah mentransfer lunas seluruh hutang keluarga Lisa.

Tuan Kim tersenyum senang. Lisa bahkan sanksi bahwa pria paruh baya ini bisa menyentuhkan kedua ujung bibirnya, tepat pada ekor kelopak matanya yang menyipit selayaknya bulan sabit, karena tersenyum dengan begitu lebarnya.

Setelah Tuan Kim mengucapkan terima kasih dan melangkah pergi, Jungkook hendak meraih pergelangan tangan Lisa agar mereka bisa segera pulang. Awan sudah mulai mendung, tak berbeda jauh dengan raut muram yang ditunjukkan Lisa saat ini.

"Kau tidak perlu melunasinya." Lisa berkata dingin, menepis tangan Jungkook, dan masuk ke dalam mobil begitu saja. Harga dirinya sedikit terluka. Mana bisa begitu, heh?! Dia lebih tua tujuh tahun dari Jungkook. Tapi kenapa pemuda ini seakan mendominasinya?

Jungkook menghembuskan napas perlahan, mencoba lebih bersabar lagi. Terkadang para wanita itu memang misterius. Sulit diprediksi. Ia lantas menyusul Lisa, merangsek masuk ke dalam BMW hitamnya. Seakan mengerti akan reaksi Lisa, Jungkook lalu bertutur, "Aku tidak bermaksud untuk merendahkan atau sejenisnya, Noona. Aku hanya ingin membantu."

"Iya, tapi bukan begini caranya." Lisa masih saja tampak kesal, tak ingin menatap Jungkook sedikitpun.

"Lantas, bagaimana caranya? 'Kan Noona sendiri yang bilang, kalau Noona juga ingin membangun rumah itu kembali."

Lisa mendecak, tak setuju. "Iya, Ahn Jungkook. Tapi aku akan melakukan semuanya dengan usahaku sendiri. Kau cukup menyemangatiku saja."

Apa iya Jungkook harus memakai rok pendek, membawa dua buah pom-pom dan bergoyang dihadapan Lisa sembari bersorak gembira, 'Semangat, Noona! Semangat!' selayaknya gadis-gadis cheerleader dipinggir lapangan saat pertandingan basket?

Tidak, tentu saja tidak. Jungkook hanya ingin melakukan sesuatu yang realistis untuk Lisa. Ingin membantu dengan bukti yang terpampang nyata. Ingin juga membuktikan bahwa ia bukanlah bocah delapan tahunan yang gemar menangis seperti dulu.

"Lagipula, aku tahu kau memang berasal dari keluarga konglomerat. Dahulu kakakmu bahkan pernah menawarkan diri untuk membeli kedai es krim agar kami tidak perlu repot-repot mengantri setiap musim panas datang. Tapi, oh, ayolah. Hutang keluargaku itu cukup besar. Bagaimana bisa kau memiliki uang sebanyak itu, sementara kau saja masih berkuliah?" Lisa berucap panjang lebar.

Between Koo and Jungkook | Lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang