[M] Sudah lebih dari 10 tahun Lalisa Hwang tidak menginjakkan kaki di Seoul. Kehidupan percintaannya di negeri Kangguru tidak begitu bagus. Jadi ia memilih untuk kembali ke kampung halamannya guna menyembuhkan luka dihati akibat perselingkuhan yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungkook menerima pesan bahwa Lisa sedang berada diapartemen dan berkata bahwa gadis itu akan pulang menggunakan taksi. Tapi kau tahu seberapa keras kepalanya Ahn Jungkook, bukan? Tentu saja ia akan memaksa untuk diberitahu dimana letak gedung dan kamar apartemen Lisa agar ia bisa datang menjemput.
Menginjakkan kaki pada lantai lobby, Jungkook berpikir bahwa sesungguhnya Lisa pantas mendapatkan kawasan apartemen yang jauh lebih baik, kendati apartemen yang disewa Lisa ini juga tidak begitu buruk. Tapi selayaknya seorang laki-laki yang mencintai gadisnya, sudah pasti Jungkook menginginkan yang terbaik untuk Lisa, bukan?
Jungkook masih sangat mampu untuk membayar sewa ruang apartemen yang lebih bagus, tepatnya yang berada diseberang gedung apartemen ini. Namun sudah jelas, ia dapat menebak reaksi yang akan diberikan Lisa. Gadis itu akan menolaknya mentah-mentah dan tentu saja akan menganggap kebaikannya ini sebagai hutang yang harus dibayar.
Kini Jungkook sudah menghentikan langkah didepan sebuah pintu yang memiliki papan kecil, sejajar dengan wajahnya yang bertuliskan nomor 314. Tepat, ini adalah ruang yang disewa Lisa.
Jungkook dengan secuil sifat kurang ajarnya lantas mendorong pintu yang memang sudah sedikit terbuka itu tanpa memencet bel terlebih dahulu, kemudian menutupnya kembali dengan gerakan pelan. Lalu, klik, pintu terkunci secara otomatis.
Ruangan ini tidak beraroma seperti milik Lisa. Hanya tercium samar saja. Wajar, sih. Lisa baru memasuki tempat ini selama beberapa waktu. Berbeda dengan kamar yang gadis itu tempati dirumah Jungkook. Hanya ketika melewati pintu kamarnya yang terbuka saja, Jungkook sudah mampu menghirup harumnya yang begitu manis dan menggoda.
Pemuda itu lalu melangkah masuk dengan perlahan, memerhatikan setiap detail dari ruang tamu yang memang menyambut kedatangannya. Sederhana dan nyaman. Ia hanya berharap kalau Lisa benar-benar bisa menikmati hidupnya dengan baik ditempat ini. Apalagi, Jungkook merasa bahwa selama ini ia belum pernah sekalipun membuat Lisa bahagia. Lisa masih terlalu misteri. Jungkook masih membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk dapat mengerti segala hal tentang gadis itu.
Tapi pernah, tidak, sih, kau merasakan rambatan nyeri kala melihat seseorang yang kau cintai tampak tidak baik-baik saja?
Setidaknya itu yang Jungkook rasakan kala mendapati presensi Lisa yang tengah duduk diatas sofa sembari memandang kosong. Tatapannya terlihat begitu sedih dan terluka walau tak ada setetes pun air mata yang mengalir. Gadis itu bahkan tidak menyadari kehadirannya sama sekali, tidak mendengar suara krieet pintu maupun langkah kakinya.
"Noona?"
Mendengar suara bicara seseorang, barulah Lisa terseret untuk kembali dalam kesadaran. Matanya sedikit membelalak karena terkejut, sebelum akhirnya menaruh atensi penuh pada presensi Jungkook yang kini tengah melangkah mendekat dan mendudukkan diri tepat disisinya.
"Ada apa?" Jungkook bertanya tanpa basa-basi, berharap kalau Lisa segera mengerti akan maksud dari pertanyaannya.
Waktu satu minggu yang telah terlewati membuat kecanggungan yang sempat hadir, kini menjadi sirna sepenuhnya. Jungkook bahkan tak ragu untuk menyentuh sekitar wajah Lisa, merapikan anak rambutnya dengan lembut seperti saat ini.