🍪17

9.7K 1.8K 381
                                    

Selayaknya hujan bertabur petir kala sinar mentari sedang menyorot tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selayaknya hujan bertabur petir kala sinar mentari sedang menyorot tajam. Untuk beberapa saat, tubuh dan isi kepala Lisa seakan menolak untuk mempercayai apa yang ditangkap oleh indra penglihatannya, sebelum semuanya terproses secara sempurna guna menghasilkan lesatan pekik, rembesan air mata, serta gemuruh dada yang bertalu tanpa ampun.

Tungkai kakinya yang bergetar membawanya berlari, menghampiri tubuh berlumuran darah yang baru saja dikeluarkan dari sebuah mobil mahal, yang kini lebih mirip seperti mobil-mobil bekas di tempat pembuangan yang baru saja selesai dihancurkan menggunakan alat pemberat. Ringsek.

"J-Jungkook..." Bibir Lisa gemetar. Matanya meliar kesana-kemari, memerhatikan tubuh tak berdaya itu. Tangannya yang lemas mengangkat kepala si pemuda, menjadikan pahanya sendiri sebagai bantalan--tak peduli sekalipun rok beserta blouse-nya ikut terlumuri cairan merah pekat tersebut.

Jungkook menarik napas dengan susah payah. Kelopak matanya terasa begitu berat. Namun ia berjuang sekuat tenaga untuk tetap menggenggam kesadarannya, menatap seraut wajah yang dipenuhi rintik air mata hingga tetesannya tak terkendali. "Noona... I'm okay..."

Lisa mengangguk kuat. "Ya. Aku tahu, kau akan baik-baik saja. Kau adalah seseorang yang kuat, 'kan? Jadi kau harus bertahan! Mengerti?!" ucapnya, optimis.

Jungkook terkekeh pelan kendati rasa sakit luar biasa semakin mengikat kepalanya kuat-kuat. Ia mengangkat tangannya yang sudah tidak bertenaga, menyentuh pipi Lisa, menghapus lelehan air mata itu hingga meninggalkan noda cairan merah pekat disana. "Tolong tunggu sebentar lagi."

Lisa tahu kalau pandangan Jungkook perlahan mengabur ketika pemuda itu mulai menutup kelopak mata. Lisa tahu kalau pemuda itu semakin tak berdaya kala tangannya kembali didaratkan di atas perut. Tapi Lisa tahu betul kalau jantung itu masih berdetak meski lemah. Jungkook hanya perlu beristirahat sebentar. Jadi Lisa membiarkan presensi tersebut tenggelam dalam mobil ambulan, yang kemudian pergi bersama denging nyaring yang menghantarkan segelintir trauma.

Lisa telah bangkit. Ponselnya berdenting satu kali. Ada sederet pesan singkat yang dikirimkan oleh sebuah nomor telepon, yang entah sejak kapan menghasilkan gelegak angkara di dalam dada apabila tertangkap mata--membuat rahangnya mengeras, disertai gemuruh kebencian yang meledak-ledak.

Aku harap, dia benar-benar mati.
Tunggu aku, sayang.
Aku akan segera menjemputmu.

Cih, keparat. Lisa mendengus getir. Gigi-giginya bergemelatuk, menahan hasrat untuk tidak ikut menjadi gila dan melayangkan tikaman pisau tepat pada jantung si brengsek itu apabila mereka bertemu nanti. Kwon Taehyung benar-benar sudah gila. Pemuda tersebut sungguh-sungguh telah kehilangan kewarasan hingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

Taehyung sudah sangat keterlaluan. Pemuda itu tidak bisa diabaikan, apalagi dilepaskan begitu saja.

Dan kini, untuk pertama kalinya Lisa menggerakkan ibu jarinya di atas layar bukan untuk menghapus sederet pesan singkat itu, melainkan untuk mengetikkan sebuah balasan dengan keputusan yang ia ambil dalam waktu singkat.

Between Koo and Jungkook | Lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang