*•Tetangga[34]•*

31 5 4
                                    

Kebingungan yang dirasakan Hanna terus saja berjalan, tanpa pikir panjang Hanna langsung masuk ke ruangan Zyana.

Dengan perasaan penuh harap Hanna membuka pintu ruangan itu. Hanna seperti diberikan sebuah kejutan, Zyana sudah sadar namun matanya masih saja sayu.

"Zyana?! Astagfirullahalazim Lo udah sadar?! Ya Allah Alhamdulillah!!" Pekik Hanna sembari mengelus kepala Zyana. "G...gue dimana?"

Apakah baik jika Hanna menceritakan semuanya sekarang?

"Lo ga apa-apa kok." Penuturan Hanna membuat Zyana mengangguk lemah. Tak mungkin tak apa-apa, pasti ada apa-apa.

Ceklek. . .

Pintu terbuka, menampakkan sosok wanita paruh baya yang sangat mereka kenal. Ibu Zyana.

"Alhamdulillah nak! Kamu sudah sadar?"

Zyana mengangguk pelan dengan posisi masih berbaring. "Makasih ya, Hanna. Sudah mau menemani Zyana kali ini, dan pacarnya juga."

Hanna membelalakkan mata seraya sedikit menunduk malu dan tak berani melihat ke arah Seonghwa. Apa tingkahnya terlalu mencolok sehingga Seonghwa bisa tau kalau Hanna sudah mulai nyaman?

"Sama-sama Tante."

Jawaban Seonghwa seolah-olah menerima gelar itu. Pacarnya Hanna.

"Ehm. . .  Kalau gitu Hanna boleh permisi dulu gak Tante? Mau ke toilet sebentar."

"Oh, boleh-boleh gapapa"

Hanna mengangguk lalu pergi dari hadapan 3 orang itu. Hanna berjalan santai di koridor rumah sakit menuju toilet. Pipinya sudah mulai merah merekah atas kejadian tadi.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan dari suatu ruangan.
(Author jadi merinding sendiriT_T)

Hanna yang notabenya kepo akan suara kesedihan seperti itu mencoba untuk mendengar lebih jelas. Samar-samar terdengar olehnya kata "maaf, Zyana." dari balik pintu itu.

Hanna terkejut, apa dia pelaku yang telah menabrak Zyana? Hanna sangat penasaran namun tak sopan rasanya jika ia bersikeras masuk.

"Ah mungkin salah denger." Hanna membuang pikiran spontan itu dengan cepat lalu kembali berjalan menuju toilet. Dirinya benar-benar harus lebih mempertimbangkan sesuatu sebelum memutuskan.

Tapi menurut kalian apa itu benar pelakunya?

•{∆}•

Hanna membasuh wajahnya dan menjernihkan pikirannya. Namun rasa penasaran itu tetap ada dalam otaknya sedari tadi.

"Ah! Jangan-jangan iya lagi itu pelakunya?"

"Eh tapi bisa aja ada Zyana yang lain ya kan?"

"Ih bisa-bisa gila gue mikirin satu orang doang."

Hanna mencabik satu lembar tisu yang berada di samping wastafel lalu mengelap wajahnya. Kini ia hanya harus memberi semangat pada Zyana agar cepat sembuh, ia hanya bisa menyerahkan semuanya pada polisi agar pelakunya cepat tertangkap.

Hanna berjalan kembali menuju ruang Zyana, namun telinganya malah mendengar kata-kata itu lagi yang membuatnya otomatis berhenti.

"Zyana maafin gue!"

Hanna benar-benar mendengar kata itu dengan jelas! Hanna tak bisa menahan dirinya lagi, dengan bergegas ia berjalan ke arah ruangan itu dan. . . .





JRENG!







Seorang laki-laki berkursi roda keluar dari ruangan yang tadinya menjadi tujuan Hanna karna rasa penasaran. Hanna menghentikan langkahnya lagi karna matanya terkunci pada manik-manik mata berwarna coklat itu.

Tetangga •*°[Seonghwa]°*•ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang