"Beneran cuma seminggu?" tanya Cila dengan wajah melas. Dia sangat sedih karena Rafa akan pergi ke Surabaya untuk perjalanan bisnis. Kalau saja dia tak sedang melaksanakan ujian di sekolah pasti sudah merengek untuk ikut.
Rafa mengangguk. Sebenarnya dia juga tidak tega meninggalkan istri kecilnya sendirian. Apalagi akhir-akhir ini Adito semakin meresahkan. "Cila gak papa kan, sayang? Kamu nginap di rumah mama aja ya?" ujar Rafa sambil mengusap pipi Cila dengan sayang.
Cila menggeleng malas. Di rumah Mama Intan sudah pasti ada Adito yang bersemayam di sana. "Cila di apart aja. Cila berani kok," ujarnya bohong.
Pemberitahuan tentang penerbangan menuju surabaya terdengar. Rafa langsung bergegas memegang kopernya dan menatap istri cantiknya itu dengan perasaan tak enak. "Afa pergi dulu ya? Afa janji bakal selesaikan kerjaan cepat supaya pulangnya gak sampai seminggu." ujar Rafa menyakinkan Cila.
Cila mengangguk lugu. Gadis itu mengusap ingusnya menggunakan lengan bajunya. Air matanya sudah luruh ke mana-mana. Matanya berkaca-kaca menatap Rafa dengan muka melas. Rafa berdecak sebal dalam hati. Wajah prihatin istrinya membuat dia sedih dan tak tega.
"Kamu nginap di rumah Papa Aris aja. Jangan bandel dan jangan keluar-keluar rumah kecuali sekolah dan di temani mama atau papa. Kalau Adito jahat, tonjok aja mukanya." nasihat Rafa sambil mengelus punggung Cila yang berada di pelukannya.
Cila mengangkat wajahnya dan membiarkan tangannya masih memeluk pinggang Rafa. Gadis yang masih berseragam sekolah itu menatap Rafa dengan bibir yang di monyong-monyongkan. "Cium, Cila mau dicium. Ntar Cila jadi kangen sama Kak Afa kalau gak dicium." rengeknya dengan mata berkaca-kaca.
Rafa menatap Cila gemas. Andai ini di rumah pasti dia akan senang hati melihat rengekan Cila yang menjadi candunya. Namun sekarang mereka ada di bandara dan banyak sekali orang yang berlalu lalang. Dia tak ikhlas banyak yang menyaksikan keimutan istri kecilnya.
"Kamu gak mau di lihatin sama orang?" Cila menggeleng. Masa bodo dengan manusia lain yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dia hanya ingin Rafa menciumnya untuk salam perpisahan.
Rafa melihat keadaam sekitar kemudian mengecup bibir Cila dan seluruh wajah istrinya. Setelah puas Rafa memeluk Cila lagi untuk menyalurkam rasa rindunya. Setelah ini dia pasti akan merindukan istrinya. Dan ini untuk pertama kalinya mereka melakukan LDR.
Cila mencium tangan Rafa sebagai hormat seorang istri pada suaminya. "Aku pergi ya sayang. Assalamualaikum," Rafa melambaikan tangannya dan pergi sembari menyeret koper di ikuti sekretaris dan asistennya.
"Hikss hikss, Cila kangen sama Kak Afa," lirihnya saat melihat punggung Rafa menjauh.
***
Dua hari berlalu dan Cila seperti tak memiliki gairah untuk hidup. Hari-harinya tanpa Rafa sangat sepi dan kosong. Biasanya pria itu akan menjahilinya dan memanjakannya. Rafa yang dewasa selalu membuat Cila nyaman. Apalagi Cila masih sangat remaja untuk membina rumah tangga. Namun Rafa sangat baik dan pengertian membuat Cila betah bersama pria itu.
Cila menghabiskan waktunya dengan belajar dan banyak membaca buku. Seperti saat ini Cila sedang di perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya.
"Kak Afa lama amat pulangnya! Gatau apa kalau aku kangen," rengeknya tanpa sadar.
"Maaf," ucap Cila malu karena menjadi perhatian murid-murid yang ada disana. Perpustakaan adalah tempat yang adem, sunyi dan tenang karena di dalamnya semua orang terfokus pada buku dan dilarang untuk berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
CILLAFA
Teen Fiction[YUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Bertemu sekali mungkin hanya kebetulan tapi apa jadi nya jika berkali-kali bertemu tanpa sengaja. Mungkin jodoh atau memang kebetulan yang tak disengaja. ********* "Kak Afa emang mau nikahin Cila? Cila cengeng terus...