Cila mondar mandir sambil menggigiti kukunya dengan perasaan cemas. Gimana gak cemas kalau sekarang di apartnya listrik sedang padam. Dan masalahnya Rafa sedang tidak di rumah karena suaminya itu belum pulang.
Dengan tangan berketar Cila meraih ponselnya dan langsung menjatuhkan badannya dikasur dengan tergesa-gesa. Cila langsung mengambil selimut dan menyembunyikan badannya didalam sana.
"Duh, angkat dong kakak." Cila hampir menangis karena Rafa tak kunjung menjawab panggilannya.
"Nyebelin banget! Liat aja nanti kalau sudah pulang."
"Halo assalamualaikum, sayang,"
Pandangan Cila langsung teralih saat mendengar suara Rafa. Dia kaget karena wajah Rafa terpampang disana. Dia kira tadi hanya menelpon ternyata kepencet panggilan video.
Rafa yang di sebrang sana bingung karena layar hp nya gelap tak menampakkan Cila bahkan suara istrinya pun tak terdengar.
"Hueeee..... Kak Afa, Cila takut," tangisan Cila yang sangat keras membuat Rafa panik.
"Sayang kamu kenapa? Kok gelap? Ada apa, Cila?"
"Mati lampu! Takut.... Hueee,"
"Jangan nangis nanti jelek loh, itu ingusnya keluar." Rafa menghibur supaya istrinya tak panik.
"Pulang, buruan pulang. Kalau gak pulang Cila bakalan kabur dari rumah." dengan suara serak karena habis menangis Cila mengancam Rafa. Setelah itu panggilan video langsung berakhir karena Cila duluan yang memutuskan panggilan.
"Ya Allah, Cila, ada-ada aja sih." dengus Rafa kesal. Pria itu langsung menghubungi abang iparnya dengan sangat terpaksa.
***
"Cila, assalamualaikum! Cila ohhh Cila!" teriak Adito menggedor pintu dan memencet bel.
Cila yang merasa dipanggil hanya diam dan tak berani bergerak. Dia takut untuk membukakan pintu Adito. Dia tanda dengan suara abangnya itu, namun apa boleh buat karena seluruh rumah gelap jadi dia takut.
"Dek, buka pintu kamarnya!" tiba-tiba saja Adito sudah di depan pintu kamar Cila.
Cila langsung bergerak cepat dan membuka pintu. "Abang, Cila takut," teriak Cila dan langsung menerjang tubuh Adito dengan pelukannya.
"Cemen banget sih, gelap doang di takuti. Oh iya tadi ada yang bukain pintu gue, cewek cakep banget. Siapa dek?" tanya Adito sambil menutup pintu kamar dengan satu tangannya.
Wajah Cila langsung panik. Jelas-jelas dia seorang diri di apart ini. "Abang, Cila kan sendirian disini." ucapnya dengan nada gemetar.
"Hah? Yang bener? TERUS TADI YANG BUKAIN GUE PINTU SIAPA?!" teriak Adito panik.
"AAAAAAAAA," Cila ikutan teriak karena merasa seram.
Kedua kakak beradik itu langsung melepaskan diri dari pelukan dan berlari menaiki kasur. Adito menutup tubuh keduanya dengan selimut tebal milik Cila. "Buruan telpon, Rafa. Buruan, Cil!"
"Iya... Sebentar," dengan tangan gemetar Cila menelpon suaminya.
"Kalau tau itu setan gue lebih baik pingsan." tak henti-henti Adito mengucapkan penyesalannya karena bertemu setan. Walaupun cantik tetap saja itu setan.
"Sayang, ada hantu," mendengar Cila bersuara Adito langsung merampas hp adiknya itu.
"Rafa buruan lo pulang! Kalau dalam 5 menit lo kaga pulang, gak gue anggap adik ipar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CILLAFA
Teen Fiction[YUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Bertemu sekali mungkin hanya kebetulan tapi apa jadi nya jika berkali-kali bertemu tanpa sengaja. Mungkin jodoh atau memang kebetulan yang tak disengaja. ********* "Kak Afa emang mau nikahin Cila? Cila cengeng terus...