BAB 11 BOLA BENANG KESEPULUH

63 19 0
                                    

Wow!" seru Pete bergairah. "Apa itu, Jupe?"

"Coba dengar baik-baik," kata Jupiter sambil mengeluarkan salinan teka-teki. "Kubacakan bait

ketiga:

At the tenth ball oftwine, you and me see our handsome mug ahead." Jupiter tertawa lebar.

"Apakah yang sering terlihat kalau kita sedang naik bis, dan namanya berima dengan ungkapan ball of twine? Sesuatu yang menurut Mrs.

Towne

di bisa kita lihat dari atas bis?"

"ia tadi mengatakan, pondok tempat tinggal jack Dillon tidak kelihatan dari jalan raya," kata Pete mengingat-ingat. "Setahuku ia tidak-" "Tapi kita bisa melihat papan namanya!" seru Bob memotong.

"Ya, dan papan nama merupakan semacam Tanda pengenal. Tanda-sign. Twine-sign! Kedua kata itu berima!" kata Jupiter. "Mendiang Dingo dulu selalu naik bis dengan nomor rute yang sama untuk mendatangi teman yang itu-itu juga, sedang petunjuk berikutnya adalah 'bola benang kesepuluh', tenth ball of twine, yang bisa dilihat dari atas bis itu!

Ternyata kita sama sekali tidak perlu mendatangi Jack Dillon, Teman-

teman! Kita cukup menghitung tanda-tanda yang nampak dalam perjalanan dengan bis dari rumah Dingo menuju ke pondok tempat tinggalJack Dillon! Dan tanda kesepuluh, itulah yang dimaksudkan dengan 'bola benang kesepuluh'!"

Anak-anak tidak sabar lagi menunggu kedatang an bis nomor delapan. Akhirnya kendaraan umum itu muncul, dan berhenti di halte depan rumah Dingo. Anak-anak bergegas naik, lalu mulai menghitung papan- papan tanda yang terpasang di pinggir jalan yang dilewati. Dari Kebun Raya, bis itu" menuju pusat perbelanjaan. Di situ membelok, menyusur Kebun Raya dan taman umum, lalu terus mendaki daerah perbukitan. untungnya memasuki kawasan yang letaknya jauh dari rumah yang disewa oleh kedua Percival bersaudara.

Ketika sudah delapan tanda petunjuk yang dihitung, Bob menggeleng- geleng dengan wajah kurang enak.

"Ada sesuatu yang tidak beres, Jupe," katannya

Tanda kedelapan yang nampak sejak kepe rangkatan dari halte di depan rumah Dingo, ternyata papan nama Jack Dillon, terpasang di ujung jalan samping yang menuju ke tempat tinggalnya! Bis berhenti di situ.

"Ya, memang," kata Jupiter dengan lesu. "Apa sih yang tidak beres?" tanya Pete dengan

heran. "Kita kan belum sampai ke tanda yang kesepuluh!"

"Justru itulah yang tidak beres, Pete," ujar Bob menjelaskan. "Rasanya tidak mungkin yang dimaksudkan oleh Dingo adalah tanda yang ada setelah ia turun dari bis!" "Aku mengganggu sebentar, Anak-anak" Ketiga remaja itu kaget, lalu mendongak. ternyata pengemudi bis yang menyapa, ia berdiri di depan mereka. Ketiga remaja itu begitu sibuk dengan persoalan mereka, sehingga tidak menyadari bahwa pengemudi itu beranjak dari tempatnya dan mendatangi para penumpang.

"Kalian masing-masing harus menambah sepuluh sen lagi," kata pengemudi bis. "Hah?" Pete melongo.

"Mulai dari sini tarif bis naik," kata orang itu menjelaskan. "Jika kalian ingin terus, harus menambah sepuluh sen lagi."

"Apaan!" kata Pete sambil beranjak hendak berdiri. "Kami turun di sini!" "Sebentar, Dua!" kata Jupe sambil menarik temannya itu agar duduk kembali. "Lebih baik kita terus saja dulu sampai terlihat tanda kesepuluh, karena siapa tahu, kan? Jangan lupa, Dingo itu banyak tipu dayanya." ia mengambil uang tiga puluh sen dari kantungnya, yang kemudian diserahkan pada pengemudi bis.

Bis berangkat lagi. Tidak lama kemudian nampak tanda kesepuluh-yang ternyata merupa-kan tanda larangan masuk di ujung lintasan keluar dari jalan bebas hambatan! Jupiter menggeleng geleng. Tangannya bergerak ke atas, hendak menarik tali isyarat untuk memberi tanda pada pengemudi bahwa mereka akan turun pada halte berikut.

(22) TRIO DETEKTIF : MISTERI TEKA TEKI ANEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang