BAB 13 BAHAYA MENGHADANG

71 20 0
                                    

"Ini pasti tanda yang keliru lagi," ujar Bob dengan lesu, sambil memperhatikan suasana di pusat perbelanjaan itu.

"Dan kalau tidak," kata Pete menambahkan "inilah akhir dari perburuan harta yang meng asyikkan."

"Mungkin saja kita tadi salah menghitung," kata Bob berharap, "atau mungkin juga tidak melihat tanda kecil yang terdapat antara tanda kesembilan dan tanda yang di sini."

"Tidak," kata Jupiter. "Aku yakin, tanda penunjuk ke pusat perbelanjaan inilah yang harus kita cari. Kita sudah mengetahui kebiasaan Dingo? kalau hendak naik bis, dan kita tadi juga sudah menghitung dengan seksama. Jadi petunjuk berikut pasti terdapat di tempat ini."

"Di sini? Di mana?" Bob mendesah, sambil memandang toko-toko yang berjejer di depannya.

"Teka-teki Dingo sejauh ini sudah kita telusuri dengan benar," kata Jupiter. "Kini mulai nampak suatu pola tertentu. Jika suatu petunjuk sudah mengarahkan kita ke salah satu tempat, maka petunjuk berikutnya mengatakan apa yang harus kita cari di tempat itu."

Pemimpin Trio Dektektif bertubuh gempal itu mengeluarkan salinan surat wasiat dari kantungnya.

" 'Teman' yang dimaksudkan di sini menyuruh kita datang ke 'bola benang kesepuluh', yang ternyata merupakan pusat perbelanjaan ini. Jadi petunjuk selanjutnya dalam bait ketiga pasti mengatakan apa yang harus kita cari di sini."

Jupiter membaca bait ketiga dari syair teka-teki itu dengan jelas:

"At the tenth ball of twine, you and me see our handsome mug ahead."

"Kita sudah tahu, ungkapan 'kau dan aku' itu logat berima yang artinya 'secangkir teh'," kata Bob.

"Hebat," gumam Pete. ia memandang berkeliling, memperhatikan tempat luas yang sedang penuh sesak dengan orang-orang yang hendak berbelanja. "Ada di antara kalian yang melihat secangkir teh menunggu kita?"

"Tidak," kata Jupiter, "tapi aku melihat di mana kita bisa memperolehnya!" ia menuding. "Itu-di sana!"

Bob dan Pete memandang ke arah yang ditunjuk. Di antara sebuah toko yang menjual keju dan toko permadani ada sebuah restoran kecil, bernama The Stratford Tea Shoppe! Mama itu tertulis dengan huruf Inggris Kuno pada sebuah papan yang digantungkan di dinding depan toko itu. Sebagian dinding itu dilapisi papan. Di balik jendela dengan kaca yang kecil-kecil berbingkai timah nampak dipajang sejumlah kue. "Restoran," kata Bob.

"Betul," kata Jupiter, "dan tempat ini hanya beberapa blok saja dari tempat tinggal mendiang Dingo. Aku berani bertaruh, ia dulu pasti sering kemari untuk minum teh."

Mereka mendatangi restoran itu, lalu masuk ke dalam. Tempat itu terdiri dari sejumlah bilik kecil berlangit-langit rendah, persis seperti kedai-kedai tempat minum teh yang asli di Inggris. Di dinding terpajang ikan-ikan yang sudah diawetkan, begitu pula kepala berbagai jenis binatang buruan serta foto-foto berbingkai yang menampakkan pemandangan kota Rocky Beach. Meja-meja kecil di situ penuh sesak dengan orang-orang yang berbelanja. Mereka minum teh, serta menikmati hidangan kue dan berbagai jenis jajanan lainnya.

Seorang gadis pelayan restoran yang cantik menghampiri ketiga remaja itu.

"Barangkali aku bisa membantu, Anak-anak?" kata wanita muda itu menyapa dengan ramah.

Jupiter menjawab dengan suara penuh wibawa.

"Mr. Marcus Towne dulu sering datang kemari, Miss?"

"Ya, betul. Paling sedikit tiga atau empat kali dalam seminggu."

"Dan tentu saja untuk dia tersedia mangkuk yang khusus," sambung Jupiter. "Bolehkah kami melihat mangkuk itu sebentar?"

"Mangkuk?" Pelayan itu kelihatan bingung. "Di sini tidak ada mangkuk khusus untuk dia."

(22) TRIO DETEKTIF : MISTERI TEKA TEKI ANEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang