BAB 12 JACK DILLON

66 20 0
                                    

Benda itu menyambar ke bawah, berkilat-kilat kena sinar matahari. Kelihatannya mirip pesawat luar angkasa kecil, berbentuk seperti V! (huruf Not BTS)

Benda itu turun meluncur ke arah anak-anak... tapi tiba-tiba membubung, melayang lewat di atas kepala mereka, mengitar dengan membentuk lengkungan lebar, lalu menghilang di balik pondok. "Apa... apa itu?" kata Pete. Dadanya terasa sesak.

Dari arah belakang pondok terdengar suara orang tertawa keras. Seorang laki-laki tua bertubuh kecil dan berambut panjang beruban muncul, lalu menghampiri anak-anak. Orang itu mengenakan jaket pemburu, celana panjang dari kain tebal, serta

sepatu bot seperti yang biasa dipakai pekerja tambang. Tangan kanannya menggenggam ben-da aneh tadi, yang berbentuk seperti huruf V.

"Kalian tadi setengah mati ketakutan, ya?" Orang itu terkekeh, sambil menggerak-gerakkan benda yang nampaknya berat dan terbuat dari

kayu itu ke arah anak-anak. "Dengan ini, kanguru sejauh lima puluh meter bisa tamat riwayatnya!"

"Bumerang!" seru Bob. "Itu bumerang!" "Kami tadi bisa cedera karenanya!" tukas Pete.

"Ah, mana mungkin," kata lelaki bertubuh kecil itu dengan mata berkilat-kilat jenaka. "Dengan bumerang ini, Jack Dillon mampu dengan tepat membidik mata uang sepuluh sen! Pada zamanku dulu, aku ini pelempar bumerang yang paling jago di Queensland. Tidak ada yang mampu menan dingi."

"Kalau Anda melemparkan, selalukah kembali lagi ke Anda?" tanya Bob. "Ya, kalau tahu cara melemparkannya, Anak muda," kata Jack Dillon. "Dan jika tidak mengenai sasaran yang dibidik," kata Jupiter menambahkan. "Mulanya, bumerang digunakan untuk melempar sesuatu. Orang-orang Aborigin, penduduk asli Australia, dulu mengguna kannya untuk berburu dan berperang."

"Ya, kata anak gendut ini benar. Anak pintar rupanya," kata Jack Dillon. Tapi kemudian sinar matanya berubah. "Sekarang, mau apa kalian kemari?"

Bob dan Pete hendak menjelaskan siapa mereka.

"Aku tahu siapa kalian," kata Dillon memotong "Kalian ini yang membantu Nelly Towne dan Callow mencari harta peninggalan Dingo. Kenapa aku kalian datangi? Aku tidak tahu, di mana harta itu. Kalau tahu pun, takkan kukatakan di mana!"

Jupiter, yang paling benci jika ada yang menyebut dirinya anak gendut, menjawab dengan sikap kaku,

"Menurut kami, Anda tahu jawaban atas salah satu petunjuk dalam syair teka-teki itu. Anda tahu

walau Anda sendiri mungkin tidak tahu bahwa Anda tahu." "Begitu, ya? Nah, jika Dingo dari semula ingin agar Nelly Towne

mewarisi hartanya, ia pasti akan langsung saja menyerahkannya pada menantunya itu. Tapi ia membuat surat wasiat yang baru, lalu aku

disuruhnya mendaftarkan wasiat itu ke pengadilan jika ia meninggal dengan tiba-tiba, lalu-"

"Maksud Anda, Dingo sudah memperkirakan akan mati dengan tiba- tiba?" seru Bob.

"Bukan begitu yang kukatakan. Kondisi jantungnya payah, dan banyak obat-obatan yang harus ditelannya. Waktu itu ia boleh dibilang cuma mengulur waktu ajalnya saja. Tapi kami berdua memang sudah biasa hidup menghadapi berbagai mara bahaya. Sewaktu remaja sama-sama suka menyamun, kemudian beralih menjadi penambang batu mulia. Aku tidak mau menolong siapa pun juga menebak makna surat wasiatnya yang terakhir."

"Menurut Anda, wasiat itu bukan lelucon?" kata Jupe.

"Dingo memang suka berkelakar, dan wasiat itu memang lelucon yang kocak." Jack Dillon terkekeh-kekeh. Kemudian matanya menyipit. "Sedang apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya, aku tak mau mengatakannya!"

(22) TRIO DETEKTIF : MISTERI TEKA TEKI ANEHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang