Chapter 5

1K 125 4
                                    

Ah! Ini bahasa... parseltongue! Tapi.. Kenapa Harry bisa lancar berbicara bahasa itu? Aku saja kadang masih ragu-ragu dengan parseltongueku. Aku sih sudah menguasainya sejak kecil, Mum dan Dad bilang padaku bahwa itu adalah kelebihanku.

Harry melanjutkan pembicaraannya dengan si ular. Harry menyuruhnya agar tidak menyerang para siswa. Tapi sepertinya, siswa-siswi itu berbeda pendapat?

"Vipera Evanesca." ucap Profesor Snape. Mantra itu sukses membuat si ular seperti terbakar dan menghilang.

"Apa-apaan ini?" ujar Justin Fletchey kepada Harry, tampaknya si Justin ini tersinggung dan menganggap Harry menyuruh si ular tadi untuk menyerangnya.

Harry menoleh ke arah Profesor Lockhart dan Profesor Snape. Kedua profesor itu nampak kebingungan.

Dan setelah itu aku baru ingat, Draco saja tak bisa bahasa ular. Apa... Sebetulnya Harry keturunan Salazar Slytherin? Tapi soal bahasa ular, aku juga bisa. Masa iya aku dan Harry keturunan Salazar Slytherin? Hahaha, konyol.

Aku pun melanjutkan kelas pelajaranku yang lain bersama Ginny. Setelah selesai, aku dan Ginny sebelumnya ingin ke Hogsmeade. Tapi Harry, Hermione, Ron malah mendatangiku.

"(Name)... Kami ingin meminta maaf atas sikap kami seminggu lalu." ucap Ron. Aku hanya melipat tanganku di depan perut.

"I-iya, (Name). Aku- Aku sudah keterlaluan. Maaf karena kami mencurigai dan mengejek keluargamu." ujar Harry terbata-bata. Aku membuang muka dari mereka.

"Ayolah, (Name). Kau tak ingin main bersamaku lagi?" bujuk Hermione sambil memegang tanganku.

"Tentu mau!" Aku langsung memeluk Hermione erat. Kami tertawa bersama.

Aku dan Ginny tak jadi pergi ke Hogsmeade. Kami semua berkumpul di ruang rekreasi Gryffindor. Ah iya, daritadi aku tak melihat Draco. Dimana dia?

--

Malamnya aku sedang berjalan-jalan di koridor. Dan... Aku mendengar suara 'itu' lagi?

Aku mendekatkan kupingku ke dinding. "Bunuh... Bunuh... Bunuh!" Huh! Aku langsung menutup telingaku.

Dan pada saat itu aku melihat Harry, aku langsung menghampirinya.

"Hai, Harry!" Aku memegang pundak nya. Dia sepertinya lumayan terkejut.

"Astaga! (Name), kau ini membuatku terkejut saja." Dia langsung memegang jantungnya.

"Aku tak mengagetkanmu loh. Memang apa yang kau pikirkan?" tanyaku.

"I don't think so..." Harry memegang dagunya bingung.

"Oh ayolah! Ya? Ya?" Aku memohon-mohon sambil memegang tangan kanannya dengan kedua tanganku.

"Yasudah, baiklah." Aku tersenyum puas.
"Saat aku barusan jalan di koridor sebelah sana. Aku melihat Sir Nicholas berdiri dengan keadaan sangat mengerikan, aku tak tahu itu kenapa." Harry bercerita sambil berjalan bersamaku.
"Dan juga, aku mendengar suara aneh itu lagi.. I don't know why." Aku menganga dan memegang tangan kanan Harry.

"Aku mendengarnya juga Harry. Sangat jelas tadi, sebelum aku menemukanmu di koridor." Kami berdua bertatapan tegang.

"Kita harus cari tahu itu, (Name)." Aku mengangguk. Baru saja kami akan melanjutkan jalan, kami melihat tubuh siswa yang membeku.

"Bloody hell! Siapa itu?!" kejutku. Aku dan Harry langsung menghampiri tubuh siswa itu.

"Tertangkap basah." Kami langsung menoleh ke sumber suara. Huh, ternyata Mr. Filch lagi dan lagi.

"Saya yakin kamu akan dikeluarkan, Potter."
"Ingat ucapanku." ucapnya. Hih, aku ingin sekali memantrainya!

Belum sempat berbicara, si Mr. Filch itu malah pergi mau mengadukannya kepada profesor.

Admirer ; Complications of Life [ Draco Malfoy × You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang