Chapter 16

1.1K 64 2
                                    

Aku dan Cedric sampai di Black Lake sejak 5 menit yang lalu. Aku duduk di rumput pinggir Black Lake, dan Cedric menaruh kepalanya di pahaku. Rambutnya sangat wangi, aroma itu tercium saat angin disekitarnya berhembus. Aku mengelus-elus rambutnya halus. Melihat wajahnya yang tertutup matanya dan terlalu tampan itu membuatku senyum-senyum tak jelas. Hingga sampai ia membuka matanya membuatku spontan membuang muka. Mukaku itu tipe muka yang mudah memerah. Entah mukanya yang mudah memerah atau hatinya yang mudah tersipu.

"Hei, mukamu memerah." ujarnya seraya memegang pipiku dengan tangan kanannya.

"My goodness! Kenapa wajahmu harus setampan ini? Jantungku tidak aman kalau begini!" keluhku dengan mengerutkan dahi.

"Memangnya setampan apa aku ini sampai bisa membuat adik seorang Malfoy terpesona?" tanyanya.

"Kau ini laki-laki tertampan setelah Dad dan Draco." jelasku yang sukses membuatnya tersipu.

Mulutnya melengkung membentuk senyuman. Matanya berkeliling. Pipinya berubah merah muda. Lalu ia mengamati mukaku instens.

"Kau juga perempuan cantik yang berhasil meluluhkan hatiku." ucapnya dengan tulus.

Aku membungkukkan badanku dan mengecup bibirnya singkat.

Kami saling bertatapan lekat, cukup lama.

"I love you, babe." ungkap Cedric.

"I love you too, babe. Berjanjilah kau akan selalu bersamaku."

"Pastinya." Aku menautkan jari kelingkingku dengan kelingking Cedric sebagai tanda perjanjian.

"Em, Ced?" ujarku.

"Ya?"

"Apakah aku boleh bertanya padamu?"

"Tentu, tanyakan saja."

Sebelum bertanya, Cedric merubah posisinya menjadi duduk biasa. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya.

"Begini.. Apakah kau benar-benar ingin melanjutkan menjadi pejuang Triwizard?" tanyaku, awalnya aku sedikit ragu tapi ku memberanikan diri.

"Yeah, aku ingin. Sudah lama aku menginginkan ini. Bisa dibilang hal yang aku impikan saat umur ke-17." Pupus harapan sudah, tadinya aku ingin sekali membujuknya untuk mundur. Jika ini memang impiannya, maka dia harus mewujudkannya. Aku tidak bisa menjadi penghalang impiannya kan?

Aku menghirup udara dalam-dalam, "Okey kalau itu impianmu. Tapi kau harus berjanji lagi padaku, kau harus berhati-hati dalam menyelesaikan tantangannya nanti. Aku tak ingin kau terluka sedikitpun."

Cedric tertawa kecil, "Baiklah, sayang. Aku pasti akan berhati-hati. Aku juga tak ingin meninggalkanmu." ucapnya seraya mengelus punggungku hangat.

Mencoba positif thinking, walaupun sebenarnya aku mempunyai firasat buruk kepadanya. Tapi semoga tidak.

--

Setelah menghabiskan waktu bersama Cedric, aku berniat kembali ke asramaku. Namun di tengah perjalanan, Harry lari menghampiriku.

"Hei. Kenapa kau berlari?" tanyaku keheranan.

"Sirius- Sirius meminta kita berdua untuk ke perapian di ruang rekreasi Gryffindor." jelasnya dengan nafas tak beraturan karena dia baru lari.

"Ada apa memangnya?"

"I don't know."

Aku dan Harry pun beranjak ke ruang rekreasi Gryffindor. Nampak cukup asing karena ruang rekreasi Gryffindor sudah sedikit direnovasi.

Kami berjalan mendekati perapian. Lalu memastikan tidak ada orang lain selain kami malam itu.

Memang benar, terpampang Sirius di perapian itu.

Admirer ; Complications of Life [ Draco Malfoy × You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang