Chapter 11

672 91 3
                                    

Harry masuk ke dalam pub Madam Rosmerta. Aku, Hermione, dan Ron tak mengetahui mengapa dia masuk kesitu. Mungkin mau menguping Profesor McGonagall?

Setelah menunggu cukup lama, jejak Harry kembali menyita perhatian kami bertiga. Yeah otomatis aku dan teman-temanku langsung mengikuti jejak kaki itu. Dan berakhir di dekat batu lumayan besar.

Hermione mulai mendekati batu. Aku dan Ron masih berada di belakang. Hermione jongkok di depan batu itu dan mulai memegang-megang. Benar saja, ada Harry yang sedang memakai jubah gaibnya.

Dia sedang menangis(?) Kupikir iya. Mengapa dia menangis? Aku dan Ron belum berkutik.

"Harry, apa yang terjadi?" tanya Hermione sendu.

"Dia adalah teman mereka, dan dia mengkhianati mereka." ujar Harry menunduk. "Dia adalah teman mereka!" tegasnya. "Aku berharap dia menemukanku. Karena disaat dia menemukanku, aku akan siap. Saat dia menemukanku, aku akan membunuhnya" emosi Harry. Hm, aku mengerti sih yang dirasakannya.

Mungkin sekarang Harry sedang banyak pikiran. Aku sangat sedih dengan itu. Aku takut Sirius Black itu melakukan apa-apa kepada Harry.

--

Kami sudah kembali ke Hogwarts. Harry langsung menemui Profesor Lupin- lagi dan lagi. Aku juga berpisah dengan Hermione dan Ron. Pergi ke pinggir Danau Hitam mungkin ide yang bagus.

Melihat air danau yang membeku itu membuat hatiku sejuk. Entah mengapa aku suka hal-hal yang membeku sejak kecil. Cukup aneh bukan? Yeah, aku pun berpikir begitu.

Sekarang aku hanya duduk di tepi Danau Hitam. Tempat kududuki adalah salju! Sangat dingin sih, tapi empuk, aku suka ini. Aku menengadah kepalaku ke atas sambil dengan mataku tertutup.

Menikmati turunnya salju, ditemani angin sepoi-sepoi, dan sendirian. Tapi kurasa sekarang aku tak sendirian lagi. Saat aku menutup mata, terlihat bayangan manusia menghampiriku.

Kau tebak saja lah ya, lelaki berambut pirang yang sedang menuju ke arahku. Pasti Draco, siapa lagi kalau bukan dia? Aku masih cukup kesal dengannya karena kejadian tadi di Hogsmeade.

Aku membuka mataku dan melirik Draco sekilas lalu menghela nafas.

"Kau lagi, kau lagi." ucapku.

Draco mengambil posisi duduk tepat di sampingku. Sekarang dia yang menengadah ke atas sambil menutup matanya. Dia terdiam cukup lama sebelum membalas ucapanku tadi.

"Timingnya selalu pas, bukan? Positive thinking saja mungkin kita jodoh." ujarnya santai.

"Gila kau! Mana mungkin adik kakak berjodoh? Dasar bodoh!" pekikku sambil menoyor kepala Draco.

Dia hanya tertawa kecil. Kami berdua kembali terdiam dengan masih tak berkutik melihat pemandangan yang sangat indah pada hari ini. Draco pun memulai percakapan lagi.

"Mengapa kau sejak kecil suka dengan hal-hal yang berbau dengan 'beku' sih?" tanyanya.

"Aku pun tak tahu, Dray. Mungkin dulu saat Mum hamil aku, Mum mengidam sesuatu dari es(?)" balasku.

Draco tersenyum simpul. Lalu menghela nafas kecil sebelum berbicara.

"Mum itu tak suka es, kau tahu. Yeah, mungkin saja kau suka 'beku' itu bawaan sejak lahir." aku hanya mengangguk-angguk.

"Dan kau juga, kenapa kau sangat suka mengoleksi karya karya Muggle? Padahal kau sering mengata-ngatai mereka Mudblood." ucapku sambil memutar bola mataku malas.

"Aku hanya menyukai karya mereka, (Name). Bukan manusianya." Draco ini memang pintar ngeles.

"Ya, ya. Terserahmu saja." ujarku sambil memicingkan mataku ke arah Draco.

Admirer ; Complications of Life [ Draco Malfoy × You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang