God Of Cooking

Prolog

Tic Toc Tic Toc.

Di dalam dapur kosong, Jo Minjoon diam-diam menatap jam. Jangan pergi. Berhenti. Meski berteriak tanpa suara, jarum jam terus bergerak dengan rajin, seperti biasanya.

Sebelas lima puluh sembilan dan lima puluh tujuh detik. lima puluh delapan detik. lima puluh sembilan detik. Dan jam 12 ... ..

Itu adalah Malam Tahun Baru. Dan dia berada di akhir usia dua puluhan, serta awal tiga puluhan. Jo Minjoon menghela napas dalam saat kelelahan mendadak menyelimuti dirinya. Waktu bergerak lambat, dan dia berpikir, dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan, dia tidak mendapatkan apa-apa.

Jo Minjoon adalah seorang guru sekolah menengah. Tepatnya berbicara, seorang guru bahasa Inggris. Seperti semua pekerjaan mengajar, kariernya tidak sesukses itu, tapi tidak juga gagal. Baik. Setidaknya, seperti itu sampai musim semi di tahun kedelapan puluh delapannya. Namun pada bulan Maret, Jo Minjoon mengundurkan diri dari posisi mengajarnya.

Dia tahu bahwa mengajar tidak dimaksudkan untuknya. Dia bahkan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang guru. Apa yang dicita-citakan Jo Minjoon sejak dia masih muda adalah menjadi seorang koki. Namun, dia tidak bisa melawan keinginan orang tua. Saat itu, Jo Minjoon memiliki nilai yang layak, dan dia telah diterima di perguruan tinggi melalui keputusan awal. Jadi, ketika dia mengatakan ingin menjadi koki, orang tua seperti apa yang akan mendukung keputusan terburu-buru seperti itu.

10 tahun berlalu setelah itu. Jo Minjoon mengikuti keinginan orang tuanya, dan dapat menemukan tempatnya di sekolah menengah. Namun, begitulah. Orang tuanya terus mengatakan bahwa dia akan berterima kasih kepada mereka suatu hari ... tapi bukan itu. Ya, pekerjaannya stabil, tapi Jo Minjoon hanya merasakan kesombongan dari pekerjaannya. Jadi pada akhirnya, dia mengundurkan diri.

Setelah itu, ia mulai bekerja di sebuah restoran. Dia mendapatkan pekerjaan sebagai pencuci piring di sebuah restoran terkenal di Gangnam. Dia mencuci piring selama setengah tahun, dan setelah satu tahun, dia mulai membuat salad dan lauk ceroboh lainnya. Hanya itu yang dia capai selama tiga puluh tahun hidupnya. Seseorang yang tidak punya tempat tujuan di hari Tahun Baru, duduk seiring berjalannya waktu di dapur gelap yang kosong.

Tidak ada gunanya mengeluh tentang itu sekarang. Karena itu adalah pilihan yang telah dibuatnya. Jadi, dia tidak punya hak untuk mengeluh tentang hidupnya yang membuat frustrasi saat ini. Lalu, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng, dan lampu di restoran tersebut menyala.

“Oh, Minjoon hyung. Kamu masih di sini? ”

Itu adalah Park Yooseok. Dia dua tahun lebih muda darinya, tapi dia atasannya. Dia didapuk menjadi kepala koki dalam beberapa tahun.

"Ah iya. Sunbae. Apa yang membawamu kemari?" (* Sunbae = setara dengan bahasa Jepang "senpai". Menunjuk senior dalam bekerja atau belajar.)

Jo Minjoon menggunakan sebutan kehormatan untuk berbicara dengannya. Dia tidak punya pilihan. Itu karena hierarki dunia memasak sangat kuat. Park Yooseok berpura-pura tidak nyaman dengan acara kehormatan, tapi diam-diam dia menikmatinya. Park Yooseok mengeluarkan dompet dari sudut dapur, lalu mengguncangnya di depan Jo Minjoon.

“Ah, sungguh melegakan, kurasa aku meninggalkan sesuatu di suatu tempat. Hyung. Kupas bawang putih itu selagi aku mengambilnya. Sepertinya kita kehabisan bawang putih. Karena sudah ada di sini, alangkah baiknya mengupasnya sekarang daripada melakukannya besok pagi, bukan?

Aku sedikit lelah sekarang.

“Ha …… hyung. Tolong Bantu saya menjaga sopan santun saya terhadap orang tua. Hoobae lainnya, jangan pernah membalas saya ketika saya meminta mereka untuk melakukan tugas-tugas kecil ini. ” (* Hoobae = setara dengan bahasa Jepang "Koohai", menunjuk seorang junior dalam bekerja atau belajar)

“…… ..Dimengerti.”

Aku akan pergi sekarang. Hati hati."

Park Yooseok pergi setelah itu. Tapi Dia menangkap apa yang digumamkan Park Yooseok sebelum dia pergi. “Apakah dia pikir dia seperti itu karena dia lebih tua? Sangat menakutkan ”Jo Minjoon tidak bisa berbuat apa-apa selain menatap ke belakang Park Yooseok. Meskipun kami marah, dia tidak bisa berkata apa-apa. Jika dia melakukannya, dia akan dikenal sebagai orang yang sembrono, dan seseorang yang mengabaikan hierarki. Dia tidak punya pilihan untuk menelan amarahnya.

“Bawang putih pantatku.”

Tapi tetap saja Jo Minjoon mengeluarkan bawang putih dari lemari es dapur. Setelah mengupas bawang putih sebentar, Jo Minjoon menyalakan smartphone-nya. Dan dia masuk ke blognya. Blognya adalah satu-satunya hal yang menenangkannya akhir-akhir ini. Ada postingan tentang hidangan yang dia buat, dan komentar yang diposting tentang itu. Ketika dia membacanya, itu memberinya ketenangan pikiran.

Jo Min Joon mengklik tombol "tulis posting". Topiknya sederhana. Salam Tahun Baru. Bahkan isinya sederhana dan membosankan.

Tidak ada komentar selama kurang lebih 10 menit. Karena Jo Minjoon bukanlah blogger terkenal atau semacamnya. Ketika dia membuat catatan dari resep memasak blog lain, dia menerima pemberitahuan komentar. Itu adalah nama panggilan yang familiar.

CookingGuru: JoChef-nim Selamat Tahun Baru ~ ^^ Salam Tahun Baru Anda adalah yang pertama. (* nim = panggilan kehormatan seseorang yang lebih tinggi, pelanggan atau untuk bersikap sopan. Setara dengan bahasa Jepang "-sama")

[JoChef] adalah nama panggilan Jo Minjoon. Meski hanya satu orang, kesedihannya sedikit mengendur. Jo Minjoon dengan cepat menjawab.

JoChef: Selamat tahun baru untukmu juga, CookingGuru-nim. Salam Anda juga pertama saya.

CookingGuru: hehe hmm tidak ada postingan tentang makan malam, jangan bilang kamu belum makan?

JoChef: Entah bagaimana akhirnya menjadi seperti itu. T__T

Untuk sementara, keduanya bertukar percakapan tingkat permukaan. Setelah sekitar 10 komentar bertukar, percakapan menjadi lebih dalam.

CookingGuru: Lalu JoChef-nim masih di tahun ke-2?

JoChef: Ya, meskipun saya sedikit memamerkan diri saya di blog dengan masakan saya, tetapi saya baru saja mengupas bawang putih di beberapa restoran. lol ..

CookingGuru: Ah .. sayang sekali. Jika Anda mengubah jalan Anda sedikit lebih muda, saya yakin Anda akan berada dalam situasi yang lebih baik.

JoChef: Apa yang bisa saya lakukan. Ini adalah kesalahanku. Saya tidak memiliki keberanian saat itu. Saya terlambat menyadari, bahwa setiap orang memiliki jalannya sendiri.

CookingGuru: Jika Anda bisa kembali ke masa kecil, apakah Anda akan langsung terjun ke dunia memasak?

JoChef: Ya, saya mau. Sekarang saya yakin jalan mana yang menjadi jalan saya. Tentu saja saat ini cukup sulit, tapi tetap saja…

Setelah komentar itu, tidak ada komentar lain untuk beberapa lama. Mungkin dia bosan dengan percakapan yang begitu dalam. Topik yang agak menyedihkan untuk dibicarakan di Tahun Baru. Jo Minjoon menyandarkan kepalanya di atas meja di luar, dan menutup matanya. Dia mengantuk. Lelah. Dia tidak ingin memikirkan apapun.

Sekitar 10 menit setelah Jo Minjoon tertidur. Layar ponselnya yang gelap menyala terang dengan alarm komentar.

CookingGuru BARU: Tentu. Kembali ke saat Anda masih muda. Saya ingin melihat masa muda Anda mengejar jalan Anda juga.

Glosarium

Hyung: Kakak / kakak laki-laki. Mirip dengan bahasa Jepang "onii-san" tetapi hanya digunakan antara pria (pria ke pria).