[Name]'s POV.
Aku sedang mencari pasokan makanan untuk hari ini dan beberapa hari kedepan.
Sendirian.
Five sedang mengeluh sakit kepala karena perhitungannya yang sudah memenuhi tembok rumah tetapi tak kunjung ada jawabannya.
Aku menelusuri jalan demi jalan, celah demi celah dan bebatuan demi bebatuan yang aku temukan. Mungkin ada makanan kaleng yang bersembunyi disitu. Aku bosan jika harus makan kecoak lagi, dagingnya tidak enak.
Aku berjalan terus, tak tahu aku sudah sejauh mana.
Sampai aku berhenti di sebuah persimpangan jalan yang tidak begitu luas, namun menurutku cukup untuk 5 orang.
Aku menemukan sebuah rumah kecil dengan atap yang sempurna. Hanya sedikit tembok nya yang mengelupas.
Aku heran.
Apakah kiamat tidak seburuk itu?
Mungkin tidak seburuk itu.
Sampai-sampai ada rumah yang tidak ikut hancur. Padahal, bangunan di sekelilingnya sudah hancur menyatu dengan tanah.
Tapi, sepertinya tempat ini cukup bagus untuk di tinggali. Terlebih lagi, tempat kami yang lama sudah sangat tidak layak untuk di huni. Sebaiknya aku memberi tanda di tempat ini dan pulang untuk memberi tahu Five dan Dolores.
[Name]'s POV end.
[Name] menaruh beberapa batu besar di depan rumah tersebut, menyeimbangkan tas nya yang berisi makanan kaleng lalu pulang kerumah untuk memberi tahu Five dan Dolores mengenai hal ini.
Nasib baik, [Name] sudah hafal jalan-jalan di sekitar sini. Karena sudah bertahun-tahun lamanya ia tinggal di neraka bumi ini.
[Name] sampai di rumah dengan sumringah dan menghampiri Five yang sedang tidur. Ia pun membangunkan Five,
"Love, bangun!"
"Cepat bangun! Aku punya kabar baik!"Mendengar suara [Name] yang berteriak itu, Five spontan langsung bangun dari tidurnya.
"Ada apa? Kau kenapa?" katanya dengan panik.
"Kau tahu? Aku menemukan rumah layak huni di persimpangan jalan sana. Aku rasa, lebih baik kita pindah kesana karena tempat ini sudah terlalu usang untuk di huni." kata [Name].
"Rumah? Siapa yang membangun rumah di kiamat? Tidak mungkin." balas Five sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku serius! Aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri! Aku tidak berhalusinasi. Ayo ikut aku, aku akan tunjukkan."
[Name] menarik Five dari ranjangnya dan Five pun tidak menolak.
Mereka pun berjalan menuju tempat rumah tersebut.
Omong-omong, jangan khawatirkan Dolores ia sudah besar. Ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri disaat [Name] dan Five pergi.
***
Di perjalanan menuju rumah yang [Name] bilang, [Name] terus meyakinkan Five bahwa yang ia katakan adalah benar dan bukan fatamorgana. Five hanya mendengarkan, tidak ingin berdebat karena ia masih sangat mengantuk sebenarnya.
Dan mereka pun sampai.
"Tadaaa!!" teriak [Name] sambil mengangkat tangannya menunjuk ke rumah tersebut.
Five hanya bisa melongo. Perkataan [Name] ternyata benar, aneh sekali bahwa ada rumah yang di bangun disini, apalagi kondisinya bisa di bilang layak huni.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Time (five hargreeves)
ФанфикPernahkah kamu membayangkan bahwa ada 2 orang anak yang memiliki kekuatan yang sama dari 43 anak berkekuatan super yang lahir pada tanggal 1 Oktober 1989? Mereka menyebutnya "soulmate", dua orang yang sudah di takdirkan untuk bersama. Number Five, s...