Five terus membaca kalimat-kalimat yang ada di buku itu. Saat selesai membaca chapter tentang dirinya, Five langsung membalikkan halaman ke chapter 6.
Chapter 6 : Ben Hargreeves
Dengan sebuah tulisan disana,
Semoga tenang disana, aku rindu padamu.
-V
Five mengernyitkan alisnya.
Tenang? Ada apa dengan Ben?
Segala macam pertanyaan terlintas di otak Five, ia pun memutuskan untuk membaca chapter itu untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Saudara ku yang ke enam, Ben mempunyai kekuatan yang keren dan berbahaya, yaitu dapat mengeluarkan tentakel raksasa dari perutnya.
Tapi, Ben sebenarnya tidak suka mengeluarkan kekuatannya. Karena, ia tidak mau menyakiti orang lain. Ben adalah saudaraku yang sangat dekat denganku, setelah Five. Dia anak yang manis dan senang sekali membaca, bahkan buku-buku di kamarnya sudah tidak bisa ku hitung lagi.
Dengan Ben, aku sering berbagi cerita dengannya. Apalagi saat Five menghilang, Ben adalah satu-satunya harapanku untuk tetap tenang dan tidak terus berlarut-larut dalam kesedihan. Ben suka mengajakku untuk mengendap diam-diam ke dapur untuk mengambil makanan yang akan di makan sembari membaca buku nanti. Ben suka meminjamkan bukunya kepadaku, padahal ia jarang sekali meminjamkan bukunya ke siapapun. Dengan alasan mereka akan merusaknya.
Aku senang karena Ben dapat menjadi pengganti Five disaat aku sedih maupun senang, hari-hariku terasa lebih menyenangkan.
Tapi,
Tidak sampai kejadian itu. Seperti biasa, saudaraku yang lain mendapatkan misi untuk menyelamatkan, aku pun tak tahu untuk menyelamatkan apa karena aku tidak terlibat dalam misi apapun.
Semua tampak berjalan normal. Allison yang selalu lupa topengnya, Klaus yang malah bermain-main, Diego yang masih sering merasa takut, Luther yang selalu siap paling awal, dan Ben yang selalu merasa malas jika ada misi.
Mereka pun pergi ke lokasi kejadian.
Beberapa jam berlalu, aku mendengar pintu akademi terbuka. Aku tahu itu mereka, aku memutuskan untuk keluar dari kamarku untuk melihat wajah yang biasa mereka tunjukkan saat selesai menjalankan misi, wajah yang sumringah karena berhasil.
Tapi, yang ku lihat malah sebaliknya. Wajah mereka terlihat sedih dan murung, Allison pun terlihat menangis di pelukan Luther. Semua anak terlihat menahan tangisnya, Mom bertanya ada apa dengan mereka. Tapi, tak ada satupun yang sanggup menjawab.
Hingga aku berpikir, "kemana Ben?". Pikiranku mulai kalang kabut saat itu, perasaanku tidak enak dan ada rasa sakit di dadaku. Aku tak tahu aku kenapa.
Hingga Dad mengumumkan bahwa Ben tewas saat di lokasi misi mereka hari itu.
Anak-anak yang menjalankan misi terus-menerus murung karena merasa bahwa mereka tidak dapat menyelamatkan saudara mereka sendiri.
Aku tak tahu harus bersikap seperti apa. Ada rasa sedih, bingung, dan marah. Aku merasa dunia ku seperti di hancurkan berkali-kali, sudah cukup aku kehilangan Five, dan kali ini aku kehilangan Ben? Naas sekali nasibku ini.
Semenjak kejadian itu, aku lebih sering menyendiri dan bermain biolaku di kamar. Aku juga sering menangis dan bermimpi tentang Ben dan Five. Aku tak punya siapa-siapa lagi untuk berbagi cerita, aku tak punya siapa-siapa lagi untuk hanya sekedar mengendap-ngendap ke toko donat, aku kesepian.
Five terus membaca dan terlihat menahan tangisnya. Meskipun Five dikenal sebagai orang yang tidak punya emosi, ia punya. Bagaimana rasanya jika seseorang yang sudah kau anggap saudara malah meninggalkanmu selama-lamanya dan kamu bahkan tidak sempat bertemu dengannya.
[Name] yang juga membaca chapter itu pun segera memeluk Five dari samping sambil menepuk-nepuk pundak Five. [Name] tahu Five shock karena itu, Five hanya perlu di tenangkan agar ia tidak meledak.
***
Kini, mereka berdua sudah selesai membaca buku karya Viktor, saudara Five. Emosi yang di rasakan oleh Five benar-benar seperti menusuk jantungnya, banyak hal yang ia lewatkan semenjak kepergiannya dari akademi.
Ia merasa menyesal karena tidak mendengarkan pria tua itu dulu, ia menyesal karena merasa apa yang pria tua katakan itu benar, dan menyesal karena tidak sempat bertemu sekali lagi dengan Ben.
Hingga pada malam hari, Five tidak dapat membendung air mata nya lagi karena terus-menerus terngiang-ngiang dengan chapter 6 itu.
Five menangis dalam diam, tak ingin membangunkan [Name] karena ia tahu gadis itu pasti sangat lelah setelah seharian ini.
Setidaknya, dengan menangis Five bisa mengeluarkan emosinya tanpa harus membentak-bentak [Name] atau menghancurkan sesuatu.
Ia merasa lebih baik sekarang.
Meskipun masih merasa menyesal karena ia tak ada di saat misi itu. Tak ada di saat Ben membutuhkannya, ia ingin sekali memutar waktu, tapi ia takut hanya akan membuat kekacauan untuk kedua kalinya.
"Semoga tenang disana, Ben. Maafkan aku.."
.
..
...
....
.....Huwaa chapter ini mengandung bawang :(
Maapkeun aku krn udh bikin chapter bawang ini huhuhu
Sabtu, 9 Januari 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's About Time (five hargreeves)
Fiksi PenggemarPernahkah kamu membayangkan bahwa ada 2 orang anak yang memiliki kekuatan yang sama dari 43 anak berkekuatan super yang lahir pada tanggal 1 Oktober 1989? Mereka menyebutnya "soulmate", dua orang yang sudah di takdirkan untuk bersama. Number Five, s...