“Apabila seseorang pergi lalu kembali pulang. Akankah kembalinya sama dengan pergi?”
—Hey, Geisa!
♡
“Buruan, wey! Lelet amat dah lo!”
“Woy, Guys. Tungguin gue!"
“Gue harus dapetin tempat teduh pokoknya!”
“Misi-misi, halu girls numpang lari!”
“Elah, topi gue ke mana coba. Siapa yang nyuri topi gue?!”
“Dasi! Dasi gue ketinggalan. Mampus!”
“Gila, ngapain tadi gue pakek sepatu berwarna. Mana merah lagi! Arghhhh!”
Suasana kelas sudah riuh semenjak bel pertanda upacara akan dimulai dalam sekian menit. Ada saja alasan anak-anak yang tidak lengkap atributnya. Berbeda dengan siswa-siswi rajin yang sudah melangkah ke lapangan.
“Gila, gue bawa ponsel lagi. Entar ada razia modar¹ gue!”
Geisa menoleh, lalu menggeleng melihat kepanikan di wajah Salsa. Beruntungnya, atributnya lengkap dan tidak tertinggal satu pun. Alhamdulillah.
“Tenang aja kali, gue juga bawa bedak sama liptint, lipstik, lipgloss, dan sebagainya,” ujar Anggi dengan cengiran tak berdosanya.
“Parah Lo, Ngi. Lo mau buka salon apa gimana!”
Anggi mendesis. “Ye ... make up itu kebutuhan ya, Girls. Bisa aja entar abis upacara, kulit bersinar gue gosong dalam sekejap!” Anggi berucap dramatis membuat kedua gadis itu memutar kedua bola matanya malas.
“Pakai sun-sun itu aja kali. Ngapain ribet?”
“Sun apaan? Sunblok? Sunscreen?” tanya Anggi bingung.
“Ya itulah. Gue juga nggak tau soalnya gue nggak punya, hehe.”
Geisa menggeleng kedua kalinya. Ia segera berdiri dan menepuk-nepuk seragamnya, “ke lapangan, yuk.”
Salsa dan Anggi mengangguk, ketiganya berjalan pelan-pelan menuju lapangan. Agaknya, mereka tidak melihat bahwa tempat itu sudah ditempati anak kelas lain dan mereka tidak akan mendapat tempat yang layak—alias desak-desakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Geisa!
Teen Fiction"Lo egois." "Dan lo penipu." Geisa hanya siswi SMA Garbera yang menginginkan kehidupan damai. Akan tetapi, sejak cowok songong menjungkirbalikkan keadaan hingga hal tak terduga menjadi mengejarnya, kedamaian itu sirna. Apalagi saat laki-laki itu ber...