.⑅˖13: Familiar 🎻

23 9 0
                                    

"Bahkan, mesin membutuhkan bantuan untuk bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bahkan, mesin membutuhkan bantuan untuk bergerak ... apalagi hati."

Hey, Geisa!

🎻♡

"Dek Ge!"

Geisa menatap pemuda itu geram. "Gue bukan adek lo dan berhenti panggil gue 'Ge'!"

"Salah sendiri mungil kayak bocil SD," ejek Laksa dengan raut menyebalkan.

"Tinggi gue seratus enam puluh senti, ya!" Geisa melotot tidak terima sebelum berlalu, meninggalkan Laksa yang justru mengikutinya seperti anak ayam.

Meet and Greet kemarin hanya bertahan sekitar sepuluh menit, keriuhan tersebut dibubarkan para guru sementara Cakra mendapat panggilan ke ruang BK. Geisa hanya bertahan lima menit, merasa gerah berdesak-desakan. Ia memutuskan menikmati sepiring nasi goreng dengan kerupuk udang.

Geisa berdeham sebelum memutuskan bertanya, "Cakra ... temen lo?"

"Lo salah satu fans-nya?" tebak Laksa asal.

Geisa mendelik tidak terima. "Oh, temen lo. Pantesan–"

"Pantesan?" Pemuda itu menghentikan langkah membuat sang gadis turut serta.

"Sama-sama aneh!"

Geisa melangkah tergesa-gesa seakan sesuatu memburunya. Laksa memandang gadis itu dengan sudut bibir terangkat, "hati-hati! Awas nabrak tembok!"

Mungkin ucapan Laksa memang doa terang-terangan karena Geisa sungguhan menabrak ... seseorang alih-alih tembok. Untuk sesaat, dunia seperti berputar-putar. Gadis itu lekas meminta maaf, tetapi jangankan menjawab, orang tersebut langsung pergi tanpa mengucap sepatah kata.

"Dia nggak puyeng gitu abis tabrakan?" Geisa mengerutkan dahi. "Kirain Laksa doang yang aneh, ternyata ada saingannya."

Geisa kembali meneruskan langkah yang tertunda, mengabaikan orang aneh barusan. Ia bersemangat menemui Anggi dan Salsa untuk membicarakan banyak hal. Akan tetapi, lagi-lagi sesuatu berhasil mencuri perhatian.

Matanya memicing, menemukan siswi dari kelasnya tengah berbincang dengan seorang pemuda. Sayangnya, posisi pemuda tersebut membelakangi si gadis sehingga Geisa sukar menebak sosoknya.

"Mora bukan, ya?" gumam Geisa, mendadak melupakan wajah teman sekelasnya itu. Salahkan saja mereka yang menyembunyikan diri dekat tanaman pucuk merah, "tapi ... sama siapa? Anak kelas sebelah yang style-nya gitu, emang ada, ya?"

"Ya udahlah. Urusan orang juga." Geisa memilih menyudahi kegiatan memata-matainya. Bahkan, ia sempat gagal fokus dengan gaya rambut cowok tadi yang ... cukup keren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey, Geisa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang