"Rahasia tetaplah rahasia. Seandainya kamu diberi tahu, artikan saja dia mulai mempercayaimu."
—Hey, Geisa!
🎻♡
"Semoga gue enggak bolos lagi." Geisa mengepalkan tangannya kuat.
Hari kesekian dalam kehidupan Geisa yang berjalan begitu-begitu saja. Tidak ada yang cukup menarik, sampai akhirnya ia meresmikan cowok sok care itu menjadi temannya. Menunggu waktu saja hingga suatu saat nanti akan naik pangkat menjadi sahabat karib.
Geisa menghela napas berat. Pelajaran baru saja selesai tetapi tidak secuil pun tertinggal dalam ingatannya. Barang kali satu materi berhasil menerobos ke dalam otak. Namun, ia kehilangan itu akibat tertimbun unek-unek lain.
Geisa tersentak saat Salsa tiba-tiba menggebrak bangku. Pandangannya menatap lurus ke depan. Dia menatap Geisa tajam lalu berkata serius, "Masih menjadi misteri! Apakah X dan Y adalah amoeba yang terbelah? Apakah mereka saudara se-emak?!"
Geisa mendengkus. Kesal mendengar teori ajaib Salsa. Bukan urusannya jika X dan Y memang bersaudara, satu emak dan satu bapak. Gadis itu menggeleng, berhenti ikut-ikutan memikirkan perkataan Salsa.
Ting!
Geisa tersentak mendengar notifikasi ponselnya sendiri. Pasalnya benda tersebut terhubung dengan earphone yang mengarah langsung ke pendengaran. Ia malas menduga-duga seseorang berkepentingan mengirimkan pesan, isi pesan penting, atau omong kosong belaka. Bahkan di antara teman sekelasnya, juga terdapat mereka yang tidak pernah saling membalas pesan.
Nomor Tak Dikenal
Halo, Sahabat!Kedua alisnya bertaut. Ia menoleh pada Salsa yang mencoret-coret selembar kertas sementara Anggi sibuk berswafoto. Meskipun berteman, mereka sangat jarang memanggil 'sahabat' satu sama lain. Lebih sering nama atau sebutan kesayangan.
Apa jangan-jangan Laksa?
Geisa menatap keyboard-nya ragu. Online di sana berubah menjadi mengetik, lalu beberapa detik menghilang membuat gadis itu mendengkus. Terasa menjengkelkan.
Nomor Tak Dikenal
Cieee, nungguin, yak?Geisa memilih keluar dari room chat, pasti orang iseng. Ia beralih menonton unduhan video mukbang berdurasi sepuluh menit. Gadis itu selalu dibuat takjub, keroncongan, dan terhipnotis untuk mengambil beberapa centong nasi. Meskipun kadang kala, keinginan makannya terjun bebas, segelas air sudah membuatnya kekenyangan.
Gadis itu meneguk ludah, ngiler sendiri dan teramat ingin makanan pedas tetapi malas keluar kelas. Tatapannya terhenti di sudut kiri atas layar. Waktu menuju pulang masih jauh. Apa ia tidur saja?
Nomor Tak Dikenal
Bisa-bisanya lo read chat gue!Oke, karena gue rendah hati. Lo gue maafin.
Lo amnesia?
Lo nggak ingat manusia baik hati ini?
Geisa
G
Nomor Tak Dikenal
Jahad :<Geisa
YKeyakinan Geisa kalau nomor tak dikenal tersebut adalah Laksa bertambah besar. Ia bertekad mengabaikan. Dasar manusia kurang kerjaan! Mengapa terus mengirim pesan? Pesan tidak bermutu pula.
Geisa tidak muluk-muluk mengenal pertemanan. Mau, silakan. Tidak mau, bye-bye. Sesimpel itu. Kebanyakan suka memanfaatkan membuat gadis itu harus lebih ekstra berhati-hati. Pernah embel-embel teman membuat jawaban ulangannya terbagi rata ke sekelas. Bukannya tidak ikhlas, mengingat ia juga tidak pintar-pintar amat. Mereka mana mengerti.
Geisa menggeleng-geleng, mengusir kilasan ingatan dari kepala. Ia mengecek saku rok, mendapati uang saku masih cukup untuk pergi ke kantin. Perutnya sudah menabuh genderang lapar semenjak tadi.
"GEY, KE MANA? BENTAR LAGI MASUK!"
"KANTIN!"
🎻♡
"Lak, lo jarang banget, sih, ngomong sama gue." Laksa melirik Reyhan yang membuka percakapan dengan keluhannya.
"Terus?" Laksa kembali fokus ke ponsel.
"Ya, lo curhat gitu kek."
Laksa menatap Reyhan aneh. "Lo habis kebentur? Ngapain curhat sama lo."
"Gue kan best friend lo dari masih baby."
Laksa bergidik ngeri. "Ngawur."
Keduanya menoleh ketika melihat Cakra datang dengan senyuman lebar. Dia membawa kardus seukuran kotak sepatu. Ketika tiba di hadapan teman-temannya, pemuda itu membuka kotak tersebut dan memberikan masing-masing satu karcis.
"Datang ke meet&greet Mas Cakra, ya." Senyuman sepertinya nama belakang Cakra.
"Hah?" Laksa dan Reyhan kompak melotot, antara berhalusinasi atau takjub.
Cakra mengangguk. "Udah, ya. Pertanyaannya disimpan buat nanti aja. Gue mau meet kilat sama fans-fans gue."
Cakra berlalu begitu saja, meninggalkan kedua orang di sana menatap lekat pemberiannya. Karcis aneh. Cakra lebih absurd! Meet&Greet pemuda itu dengan para fan diadakan di lapangan sekolah satu jam lagi. Sejak kapan sahabat mereka memiliki fan?
"Gue rasa kita harus dateng," ucap Reyhan serius.
Laksa melirik Reyhan sebentar. "Ngapain?"
"Bantu-bantu? Kali aja ada tugas ngangkat galon."
Laksa mendesis. "Gendong si Cakra aja sono sekalian!"
🎻♡
"Loh, kok rame?"
Geisa menatap koridor yang dipenuhi para siswi berbagai angkatan. Mereka berlarian menuju lapangan dengan banyak barang. Ada yang membawa buket juga coklat. Ia baru sadar bahwa sebagian besar teman sekelasnya juga ke sana. Penasaran, gadis itu turut mengajak Anggi dan Salsa.
Setiba di sana, Geisa dibuat tercengang. Cowok tengil yang suka beradu mulut dengan Salsa tengah memegang sebuah mikrofon. Banyak siswi menggerombol di dekat Cakra. Entah meneriakkan nama atau melempar senyum. Kenapa mereka mau melakukan hal seperti itu?
Geisa menoleh ke kanan-kiri, dua temannya sudah tidak ada. Merasa ada yang menatap, gadis itu mengedarkan pandangan dan terpaku pada seseorang. Laksa di sana, hanya sekian meter.
Geisa mendongak, matahari begitu terik tetapi kenapa tubuhnya menggigil?
♡
Hello, Pemirsa. (◍•ᴗ•◍)❤
Berapa lama aku nggak update? Lama, ya? Maafkan. 😫✨
Insyaallah, cerita ini bakalan aku update di sini sampai tamat. Jangan sungkan menyumbang vote sama komen. 💃Semoga suka, ya.
Maaf kalau kurang memuaskan. 🌞Babay❤️
13 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Geisa!
Novela Juvenil"Lo egois." "Dan lo penipu." Geisa hanya siswi SMA Garbera yang menginginkan kehidupan damai. Akan tetapi, sejak cowok songong menjungkirbalikkan keadaan hingga hal tak terduga menjadi mengejarnya, kedamaian itu sirna. Apalagi saat laki-laki itu ber...